RinzaiSekolah Rinzai ((臨済宗; Romaji: Rinzai-shū, Pinyin: línjì zōng) adalah satu dari tiga sekte Zen Jepang. Rinzai merupakan jajaran dari sekolah Linji Cina di Jepang, yang didirikan pada masa Dinasti Tang oleh Linji Yixuan (dalam bahasa Jepang: Rinzai Gigen). Walaupun terdapat beberapa kali upaya pendirian aliran Rinzai di Jepang, hal ini pertama kali dilakukan dengan upaya keras biksu Myōan Eisai, sekembalinya dari China pada tahun 1191. Eisai dengan demikian dihargai untuk penyebaran Rinzai ke Jepang. Sekolah ini dapat dikatakan berkembang dengan baik, dan menerima keberadaan jelas di Jepang, beserta dengan Shuho Myocho (Daito Kosuki, 1283-1337) dan Musō Soseki (1275-1351), para guru yang berpengaruh yang tidak berkelana ke China untuk belajar. KarakteristikRinzai Zen ditandai dengan penekanannya pada Kensho (“melihat asal usul diri”, atau pencerahan) sebagai pintu gerbang penerapan Buddhist yang sejati, dank arena pernyataan yang tegas selama bertahun-tahun akan pelatihan pasca-pencerahan yang melelahkan guna mewujudkan penggunaan bebas akan kebijaksanaan dalam kehidupan beraktivitas sehari-hari. Pelatihan dipusatkan pada Koan yang merupakan salah satu media hingga saat ini, yang oleh Sekolah Rinzai dikembangkan hingga kepada tingkatan yang tinggi. Pada umumnya, sekolah Rinzai dikenal akan metode pelatihan yang keras dan tegas. Sejarah awalDi Jepang saat ini, Rinzai Zen bukan merupakan satu-satu-nya badan organisasi. Terlebih ia telah dibagi menjadi 15 aliran-aliran, yang dikenal berdasarkan kepala kuil. Aliran yang terbesar dan sangat berpengaruh adalah aliran Myoshin-ji, yang didirikan pada tahun 1342 oleh Kanzan Egen Zenji (1277-1360). Aliran besar lainnya termasuk Nanzen-ji dan Tenryū-ji (keduanya didirikan oleh Muso Soseki), Daitoku-ji (didirikan oleh Shuho Myocho), dan Tofuku-ji (didirikan oleh Enni Ben’en, tahun 1202-1280). Harus diketahui bahwa aliran-aliran ini merupakan pembagian organisasi yang berasal dari sejarah kuil dan garis keturunan guru-murid, dan tidak mewakilkan pembagian sekte atau perbedaan dalam pelaksanaan penting. Pada waktu bersamaan dengan berdirinya Rinzai Zen di Jepang, terlihat pula kenaikan kekuasaan Samurai. Bersamaan dengan dukungan awal kekaisaran, Rinzai meraih hak perlindungan atas golongan pejuang yang berpengaruh; karena gaya Rinzai dalam penerapan Zen dapat digolongkan sebagai keperkasaan atau kejelian (mengikuti semangat dari Linji Yixuan), hal ini mungkin tidaklah mengejutkan. Oleh karenanya, Rinzai sering kali dibandingkan dengan sekte lain dari Zen yang telah lama berada di Jepang, Sōtō yang sering kali disebut sebagai aliran yang lebih lembut dan bahkan kuno. Pepatah Jepang menggambarkan persepsi ini: “Rinzai untuk Shōgun, Sōtō untuk petani” (臨済将軍、曹洞土民, Rinzai Shōgun, Sōtō Domin). Hasil yang luar biasa akan hubungan awal antara Rinzai Zen dan golongan yang berkuasa adalah pengaruh Rinzai dalam bidang pendidikan dan pemerintahan, dan kontribusi Rinzai pada berkembangnya seni budaya Jepang seperti, kaligrafi, seni lukis, literature, upacara minum teh, rancangan taman gaya Jepang, arsitektur dan bahkan seni bela diri. Hasil yang tidak diantisipasi adalah Kuil Soto-Zen, dengan hubungan mereka dan daya tarik pada rakyat, yang pada akhirnya berjumlah lebih besar dari kuil Rinzai. Disamping Rinzai dan Sōtō, terdapat tradisi Zen ketiga di Jepang, sekte Ōbaku Zen. Yang menarik adalah Ōbaku juga merupakan warisan dari sekolah Linji China, dan secara teknis mungkin dapat dianggap bagian dari gerakan Rinzai. Adapun sekte ini dibawa ke Jepang pada abad ke 17, dan menunjukkan pengaruh yang signifikan dari sekolah Buddhis Murni (Pure Land Buddhism). Hal ini menggambarkan penyatuan kecenderungan yang berkembang pada era Buddhisme China setelah aliran awal Rinzai disampaikan di Jepang. Sedangkan Manpuku-ji, Kuil utama Ōbaku, dianggap sebagai salah satu dari 15 aliran Rinzai sebagaimana disebutkan diatas, Secara administrative, Ōbaku Zen terpisah dari 14 aliran lainnya dan terus mempertahankan identitas khususnya. Sekte Zen Jepang yang memperkenalkan diri sebagai titisan dari sekolah Linji adalah sekte Fuke; Fuke Zen tertekan oleh Restorasi Meiji pada abad ke 19 dan sudah tidak lagi ada. Pengaruhnya pada perkembangan musik untuk shakuhachi (seruling bamboo), biar bagaimanapun, sangatlah besar. Perkembangan selanjutnyaPada abad ke 18, sekolah Rinzai memasuki masa stagnasi (kemandekan) dan kemerosotan. Pada saat itu, bhikkhu Hakuin Ekaku (1686-1769) menjadi terkenal sebagai seorang yang menggiatkan kembali dan mengatur kembali Rinzai Zen, caranya yang dengan penuh semangat dijadikan pemicu kebangkitan yang bertahan lama. Pengaruh Hakuin dan para pengikutnya sangatlah besar sehingga seluruh guru Rinzai Zen saat ini melacak silsilah mereka melaluinya. Sistem pelatihan Koan yang disampaikan oleh Hakuin hingga saat ini diperlakukan sebagai kerangka resmi pelatihan Rinzai. Beberapa garis aliran Rinzai telah dipindahkan dari Jepang ke Eropa, Amerika dan Australia, praktisi non-jepang telah disertifikasi sebagai guru dan peneruh dari aliran-aliran tersebut. Kuil Rinzai, demikian juga dengan kumpulan pelatihan yang dipimpin oleh praktisi, dapat ditemukan sekarang ini di banyak negara. Daftar pustaka
Pranala luar |