Rempuhan

Rempuhan kuda-kuda liar

Rempuhan (bahasa Inggris: stampede)[1] adalah situasi di mana sekelompok hewan besar tiba-tiba mulai berlari ke arah yang sama, terutama karena mereka merasa antusias atau ketakutan. Beberapa spesies non-manusia yang diasosiasikan dengan perilaku rempuhan di antaranya zebra, sapi, gajah, rusa kutub, domba, babi, kambing, walrus,[2] kuda liar, badak dan kangguru.

Beberapa sumber media berbahasa Inggris menyebut situasi di mana orang-orang mengalami cedera atau meninggal dunia karena terimpit dalam kerumunan yang sangat padat sebagai "stampede", tetapi ini adalah istilah yang keliru; istilah yang lebih tepat adalah crush atau crowd collapse, yang dalam artian bahasa Indonesia: pengimpitan atau keambrukan kerumunan.[3]

Rempuhan ternak

Rempuhan ternak
Kegiatan tahunan penggiringan ternak Saskatchewan melalui Val Marie

Apa pun yang tidak biasa dapat memulai rempuhan di antara ternak. Terutama pada malam hari, hal-hal seperti menyalakan korek api, seseorang melompat dari kuda, kuda yang menggoyangkan dirinya sendiri, sambaran petir, tumbleweed yang tertiup ke dalam kawanan, atau "seekor kuda yang sedang berlari melintasi kawanan, menendang pelana yang telah berbalik di bawah perutnya" telah diketahui dapat menyebabkan rempuhan.[4]

Rempuhan besar biasanya mengenyahkan segala sesuatu yang dilaluinya. Dengan ternak, para koboi berusaha untuk mengarahkan gerakan kawanan ternak menuju dirinya, sehingga kawanan ternak berjalan berputar-putar, alih-alih terjun dari tebing atau ke sungai, dan menghindari korban jiwa ataupun properti. Taktik yang digunakan untuk membuat kawanan ternak berbalik ke arah dirinya meliputi menembakkan pistol, yang menciptakan suara keras untuk membuat ternak-ternak yang memimpin rempuhan berbalik ke arahnya.[4]

Hewan-hewan yang melakukan rempuhan, terutama sapi, cenderung tidak melakukannya setelah makan yang mana mereka menyebar menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil untuk mencerna makanan mereka.[4] Untuk mengurangi risiko rempuhan, para koboi terkadang bernyanyi atau bersiul untuk menenangkan kawanan ternak yang gelisah saat malam tiba. Mereka yang berjaga di malam hari menghindari melakukan hal-hal yang dapat mengejutkan kawanan dan bahkan menjauhkan diri dari kawanan sebelum turun dari kuda atau menyalakan korek api.[5]

Terkadang manusia dengan sengaja mendorong ternak untuk merempuh sebagai bagian dari peperangan atau kegiatan berburu, seperti beberapa penduduk asli Amerika, yang dikenal berburu bison Amerika dengan cara membuat mereka merempuh agar jatuh dari tebing, lalu memanen hewan-hewan tersebut setelah mereka terbunuh atau lumpuh karena jatuh.

Rempuhan manusia dan pengimpitan

Pengimpitan sering terjadi selama ziarah keagamaan[6] dan acara hiburan besar, karena cenderung melibatkan kerumunan orang yang padat, dengan tiap-tiap individu dikelilingi oleh orang-orang lain di sekitar mereka. Rempuhan manusia dan pengimpitan juga terjadi ketika orang-orang mencoba untuk menjauh dari bahaya yang dirasakan, seperti dalam kasus di mana gas beracun dilepaskan di tempat yang ramai.[7]

Stampede bukan hanya istilah yang salah, tapi kata ini juga sarat akan tuduhan, menyalahkan para korban sebagai pihak yang berperilaku tidak rasional, merusak diri mereka sendiri, tidak berpikir dan tidak berhati-hati, ini adalah murni ketidaktahuan dan kemalasan... Kata ini memberikan kesan bahwa orang-orang di kerumunan hanya peduli dengan diri mereka sendiri dan bersedia untuk menghancurkan orang lain.

Dalam hampir semua situasi hal ini adalah salah, dan biasanya pihak berwenanglah yang patut disalahkan karena perencanaan yang buruk, desain yang buruk, kontrol yang buruk, pengawasan yang buruk, dan salah penanganan.

Kenyataannya adalah bahwa orang-orang (yang menjadi korban) hanya terimpit secara langsung oleh orang lain yang tidak memiliki pilihan dalam masalah ini, dan orang-orang yang bisa memilih tidak tahu apa yang sedang terjadi karena mereka terlalu jauh dari pusat insiden.

Edwin Galea, profesor teknik keselamatan kebakaran di Universitas Greenwich, Inggris[8]

Meskipun laporan berita sering membicarakan tentang "kepanikan", penelitian telah menemukan bahwa kepanikan massal jarang terjadi;[9] sebaliknya, orang-orang justru senantiasa saling menolong satu sama lain dengan mempertaruhkan nyawa mereka ketika hal itu terjadi.[10] Konsensus ilmiah adalah bahwa "human stampede" atau rempuhan manusia yang sesungguhnya (dan "kepanikan"[9]) jarang terjadi kecuali ketika banyak orang melarikan diri dalam ketakutan, seperti dari kebakaran,[10] dan terinjak-injak oleh orang-orang dalam kondisi "stampede" seperti itu jarang menyebabkan cedera fatal.[3]

Referensi

  1. ^ "stampede 1 (noun)". Oxford Learner's Dictionary. Oxford University Press. Diakses tanggal 16 June 2021. 
  2. ^ "3,000 walruses die in stampede tied to climate". NBC News. Associated Press. 14 December 2007. Diakses tanggal 4 September 2016. 
  3. ^ a b Benedictus, Leo (3 October 2015). "Hajj crush: how crowd disasters happen, and how they can be avoided". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 July 2019. Diakses tanggal 4 October 2015. 
  4. ^ a b c Fay E. Ward, The cowboy at work, Courier Dover Publications, 2003, ISBN 0-486-42699-8 p. 28
  5. ^ Fay E. Ward, The cowboy at work, Courier Dover Publications, 2003, ISBN 0-486-42699-8 p. 31
  6. ^ Illiyas, F.T.; Mani, S.K.; Pradeepkumar, A.P.; Mohan, K. (2013). "Human stampedes during religious festivals: A comparative review of mass gathering emergencies in India". International Journal of Disaster Risk Reduction. 5: 10–18. doi:10.1016/j.ijdrr.2013.09.003. 
  7. ^ "Updated - Paceville crush: Man arrested for letting off gas spray; heated exchanges in Parliament; dramatic video". Times of Malta. 16 November 2015. 
  8. ^ Lock, Samantha (1 November 2022). "Crowd crushes: how disasters like Itaewon happen, how can they be prevented, and the 'stampede' myth". The Guardian. 
  9. ^ a b Ro, Christine (21 March 2018). "The secret science that rules crowds". BBC Future. Diakses tanggal 14 August 2018. 
  10. ^ a b Seabrook, John (February 7, 2011). "Crush Point". The New Yorker. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya