Rejang Renteng

Tari Rejang Renteng
Seorang anak sedang melintas ketika berlangsung Tarian Rejang Renteng

Tari Rejang Renteng adalah jenis tari rejang yang berasal dari Bali. Tarian ini merupakan pengembangan dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali pada tahun 1999 yang terinspirasi dari tarian Renteng di Banjar Adat Saren, Desa Pekraman Mujaning Tembeling, Desa Dinas Batu Madeg, Dusun Saren Satu, Nusa Gede.[1]

Tarian ini tidak dapat dilombakan ataupun digunakan secara komersial karena merupakan jenis tarian sakral yang digunakan untuk upacara dewa yadnya di Pura.[2]

Makna Tarian

Tari Rejang Renteng memberikan makna kepada semua orang yang ada di bumi ini untuk melepas ego pribadi. Setiap orang harus mencapai bagian terbaik dan harus menyamakan ritme dengan orang lain di lingkungannya, tanpa ada rasa iri dan dengki, tanpa saling mendahului (tanpa persaingan), sehingga menjadi pribadi penuh kasih dan siap saling membantu menuju jalan yang diberkati Tuhan.[3] Tari Renteng memiliki makna renta atau tua yang merupakan tarian sakral yang ditarikan pada saat wali atau piodalan di Pura Dalem Ped, setiap piodalan harus ngayah, kalau di pura yang lainnya harus dipendak. Tarian ini ditarikan oleh para pemangku dan para wanita yang sudah menikah.[4]

Gerakan tarian yang ada di dalam Renteng tersebut ada pada pengawak saja dan itupun gerakannya dilakukan berulang-ulang membentuk pola lantai lurus ke belakang dengan jumlah ganjil, berputar membentuk lingkaran dengan gerakan yang sederhana yang diulang-ulang sampai terakhir menuju ke luar pura.

Tarian ini biasanya ditarikan menjelang upacara Melasti seperti yang dilakukan di Desa Adat Kedonganan.[5]

Kostum

Adapun kostum dan maknanya sebagai berikut;[4]

  1. Sasakan polos, mengandung filosofi pikiran yang polos tulus iklas berbakti kepada Tuhan.
  2. Sanggul (Pusung Tagel), sebagai tanda bahwa penarinya sudah menikah.
  3. Bunga jepun, adalah bunga indah dengan bau harum dan sarinya yang tersembunyi, ini mengandung filosofi keindahan dan keharuman serta tidak pamer.
  4. Subeng, sebagai hiasan telinga mengandung fllosofi mendengarkan ucapan atau suara yang indah dan suci, serta tidak terpengaruh oleh kata-kata yang kotor, sehingga mengganggu rasa kesucian saat menari sebagai persembahan kehadapan Tuhan Yang Maha Suci.
  5. Baju Putih, mengandung filosofl bahwa badan manusia itu sakral perlu dijaga dengan hal-hal yang indah dan suci.
  6. Selendang kuning polos, Mengandung filosofi bahwa perut sebagai wadah tumbuh kembangnya kebaikan dan kejahatan serta emosi, sehingga perlu diikat, yang disimbolkan dengan simpulan selendang.
  7. Kain cepuk tenunan warna kuning, Mengandung filosofi bahwa seni memiliki kekuatan sebagai penangkal bahaya (penolak bala)

Referensi

  1. ^ "Rejang Renteng: A Dance of the Older Generation". NOW! Bali (dalam bahasa Inggris). 2018-09-18. Diakses tanggal 2019-03-21. 
  2. ^ Post, Redaksi Portal Bali (2018-05-02). "Ini Alasannya, Tari Rejang Renteng Tak Patut Dilombakan". BALIPOST.com. Diakses tanggal 2019-03-21. 
  3. ^ JawaPos.com (2018-02-07). "Rejang Renteng Adalah Tari Wali, Tak Patut untuk Kegiatan Formal". baliexpress.jawapos.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-21. Diakses tanggal 2019-03-21. 
  4. ^ a b "Kini Digandrungi Ibu-ibu Zaman Now, Ini Sejarah Tari Rejang Renteng". Tribun Bali. Diakses tanggal 2019-03-21. 
  5. ^ "120 Penari Rejang Renteng akan Meriahkan Prosesi Melasti di Kedonganan". Tribun Bali. Diakses tanggal 2019-03-21. 
Kembali kehalaman sebelumnya