Rauchbier
Proses pembuatan malt (malting process) dahulu melibatkan penggunaan panas secara langsung sehingga menyampaikan rasa asap ke dalam biji-bijian yang akan digunakan dalam proses produksi bir, sehingga menghasilkan bir dengan citarasa asap. Seiring dengan perkembangan zaman, mulailah digunakan proses panas tidak langsung dan hanya menyisakan segelintir produsen bir yang mempertahankan metode Rauchbier atau pengasapan bir. Meski demikian, tradisi pembuatan bir dengan metode rauchbier masih diterapkan hingga sekarang. Proses tersebut meninggalkan citarasa serupa dengan asap hickory sehingga bir ini dikenal juga dengan sebutan Bacon Beer. Bir dengan rasa asap memunculkan dua kubu berlawanan tentang pendapat mengenai rasanya. Sebagian berpendapat bahwa rasa tersebut tidak enak, sementara sebagian lainnya berpendapat bahwa rasa asap dalam bir merupakan salah satu perpaduan citarasa yang paling menarik, kompleks, dan lezat.[1] Referensi
|