Ramadan
Ramadan[2] (bahasa Arab: رَمَضَانُ, translit. Ramaḍān, IPA: [ramaˈdˤaːn][a]) adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriah.[3] Pada bulan ini, umat Muslim di seluruh dunia melakukan ibadah puasa (saum) dan memperingati wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad menurut keyakinan umat Muslim.[4][5] Puasa Ramadan merupakan salah satu dari rukun Islam.[6] Bulan Ramadan akan berlangsung selama 29–30 hari berdasarkan pengamatan hilal, menurut beberapa aturan yang tertulis dalam hadis.[7][8] Kata Ramadan berasal dari akar kata bahasa Arab ramiḍa atau ar-ramaḍ, yang berarti panas yang menghanguskan atau kekeringan.[9] Menurut syariat Islam, puasa Ramadhan hukumnya fardhu (diwajibkan) untuk Muslim dewasa, kecuali ia mengalami halangan untuk melakukannya seperti sakit, dalam perjalanan, sudah tua, hamil, menyusui, diabetes, atau sedang mengalami menstruasi.[10] Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan ditetapkan pada bulan Syakban tahun kedua setelah hijrahnya umat Muslim dari Makkah ke Madinah.[11] Bulan Ramadan diawali dengan penentuan bulan sabit sebagai pertanda bulan baru.[12] Selama berpuasa dari pagi hingga petang, Muslim dilarang untuk mengonsumsi makan, minum, termasuk merokok apa pun bahkan memasukkan benda (sesuatu) melibatkan anggota tubuh yang terbuka dan berhubungan seksual. Selain itu, mereka diperintahkan untuk menghindari perbuatan dosa untuk menyempurnakan pahala puasa, seperti berkata hal-hal yang buruk (seperti menghina, memfitnah, mengutuk, berbohong) dan berkelahi.[13] Makanan dan minuman dapat disediakan setiap hari, yakni ketika sebelum Matahari terbit (Subuh) hingga terbenamnya Matahari (Magrib).[14][15] Pendekatan spiritual (taubat) ketika bulan Ramadan ramai dilakukan.[16] Berpuasa bagi Muslim saat Ramadan biasanya diikuti dengan memperbanyak salat dan membaca Al-Quran.[17][18] EtimologiRamadan berasal dari akar kata ر - م - ض, yang berarti panas yang menyengat. Bangsa Babilonia yang budayanya pernah sangat dominan di utara Jazirah Arab menggunakan kalender suryacandra (penghitungan tahun berdasarkan bulan dan matahari sekaligus). Bulan kesembilan selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Sejak pagi hingga petang batu-batu gunung dan pasir gurun terpanggang oleh sengatan matahari musim panas yang waktu siangnya lebih panjang daripada waktu malamnya. Pada malam hari, panas di bebatuan dan pasir sedikir reda, tapi sebelum dingin betul sudah berjumpa dengan pagi hari. Demikian terjadi berulang-ulang, sehingga setelah beberapa pekan terjadi akumulasi panas yang menghanguskan. Hari-hari itu disebut bulan Ramadan, bulan dengan panas yang menghanguskan. Setelah umat Islam mengembangkan kalender berbasis bulan, yang rata-rata 11 hari lebih pendek dari kalender berbasis Matahari, bulan Ramadan tak lagi selalu bertepatan dengan musim panas. Orang lebih memahami 'panas'nya Ramadan secara metaforik (kiasan). Karena pada hari-hari Ramadan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan, atau, diharapkan dengan ibadah-ibadah Ramadan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadan orang yang berpuasa tak lagi berdosa. Dari akar kata tersebut kata Ramadan digunakan untuk mengindikasikan adanya sensasi panas saat seseorang kehausan. Pendapat lain mengatakan bahwa kata Ramadan digunakan karena pada bulan itu dosa-dosa dihapuskan oleh perbuatan baik sebagaimana Matahari membakar tanah. Lebih lanjut lagi hal itu dikiaskan dengan dimanfaatkannya momen Ramadan oleh para penganut Islam yang serius untuk mencairkan, menata ulang dan memperbaharui kekuatan fisik, spiritual dan tingkah lakunya, sebagaimana panas merepresentasikan sesuatu yang dapat mencairkan materi.[19] SejarahSurah Al-Baqarah ayat 185 dalam Quran menyatakan:
Menurut hadis, semua kitab suci diturunkan selama bulan Ramadan. Suhuf Ibrahim, Taurat, Mazmur, Injil, dan Alquran masing-masing diturunkan pada tanggal 1, 6, 12, 13,[b] dan 24 Ramadan.[21] Alquran pertama kali diwahyukan kepada Muhammad pada malam lailatulqadar yang merupakan salah satu dari lima malam dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.[22] Meskipun Muslim pertama kali berpuasa pada bulan Ramadan setelah 18 bulan pasca-hijrah, yaitu pada bulan Sya'ban pada tahun kedua Hijrah (624 M), mereka percaya bahwa berpuasa bukanlah hal baru dan telah dijalankan oleh orang-orang sebelumnya untuk mencapai takwa.[23][Qur'an Al-Baqarah:183] Orang-orang Arab pra-Islam juga berpuasa, tapi hanya pada hari kesepuluh Muharram untuk menebus dosa dan menghindari kekeringan.[24] Abu Zanad seorang penulis Arab dari Irak yang hidup setelah berdirinya Islam, sekitar tahun 747 M, menulis bahwa setidaknya satu komunitas Muslim yang berada di al-Jazira (Irak utara modern) merayakan Ramadan sebelum beralih ke Islam.[25] Menurut Philip Jenkins, Ramadan datang "dari disiplin gereja-gereja Syria yang ketat".[26] Namun, saran ini didasarkan pada gagasan orientalis bahwa Alquran sendiri memiliki asal Syria, yang ditolak Oleh akademisi Muslim seperti M. Al-Azami.[27] Masa pentingAwalKalender Hijriyah didasarkan pada revolusi bulan mengelilingi bumi dan awal setiap bulan ditetapkan saat terjadinya hilal (bulan sabit). Metode penentuan saat terjadinya hilal yang digunakan saat ini adalah metode penglihatan dengan mata telanjang (dikenal dengan istilah rukyah) serta menggunakan metode perhitungan astronomi (dikenal dengan istilah hisab). Persatuan Islam (Persis) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggunakan kombinasi hisab dan rukyah untuk penentuan hilal. Nahdlatul Ulama (NU) serta Kementerian Agama RI selaku Pemerintah RI menggunakan metode rukyatul hilal; sementara Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki wal wujudul hilal sebagai sandaran penentuan hilal.[28] Perbedaan metode ini menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan hasil penetapan kapan awal dan berakhirnya Ramadan sebagaimana sempat terjadi pada tahun 1998 M (1418 H).[29][30] Malam kemuliaanLailatulqadar (malam ketetapan) adalah satu malam yang khusus terjadi pada bulan Ramadan. Dalam Alquran pada surah Al-Qadr, malam ini disebutkan lebih baik daripada seribu bulan.[31][32] Saat pasti berlangsungnya malam ini tidak diketahui tetapi menurut beberapa riwayat, malam ini jatuh pada 10 malam terakhir pada bulan Ramadan, tepatnya pada salah satu malam ganjil yakni malam ke-21, 23, 25, 27 atau ke-29.[33][34] Sebagian Muslim biasanya berusaha tidak melewatkan malam ini dan merayakan malam ini dengan menjaga diri tetap terjaga pada malam-malam terakhir Ramadan sembari beribadah sepanjang malam.[35] AkhirAkhir dari bulan Ramadan dirayakan dengan sukacita oleh seluruh muslim di seluruh dunia. Pada malam harinya (malam 1 Syawal), yang biasa disebut malam kemenangan, mereka akan mengumandangkan takbir bersama-sama. Di Indonesia, biasanya para penduduk Muslim mengumandangkan takbir sambil berpawai keliling kota dan kampung, kadang-kadang dengan memukul beduk dan menyalakan kembang api atau menghidupkan lampion. Esoknya, tanggal 1 Syawal, yang dirayakan sebagai hari Idulfitri, baik laki-laki maupun perempuan muslim akan memadati masjid maupun lapangan tempat akan dilakukannya Salat Id. Salat dilakukan dua rakaat kemudian akan diakhiri oleh dua khotbah mengenai Idulfitri. Perayaan kemudian dilanjutkan dengan acara saling memberi maaf di antara para muslim, dan sekaligus mengakhiri seluruh rangkaian aktivitas keagamaan khusus yang menyertai Ramadan.[36] Aktivitas keagamaanAktivitas utama dalam bulan Ramadan diisi dengan kegiatan berpuasa, sahur, berbuka, salat malam, memperbanyak membaca Alquran, merayakan hari turunnya Alquran, serta perbuatan baik lainnya.[37][38][39] Puasa RamadanSaum atau puasa bagi orang islam (bahasa Arab: صوم, transliterasi: Shuwam) adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Saum secara bahasa artinya menahan atau mencegah.[40][41][42][43] SahurSahur adalah sebuah istilah Islam yang merujuk kepada aktivitas makan oleh umat Islam yang dilakukan pada dini hari[44] bagi yang akan menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Sahur sebagai makan pagi cocok dengan Iftar sebagai makan malam, selama Ramadan, menggantikan makan tiga kali sehari (sarapan, makan siang dan makan malam),[45] meskipun di beberapa tempat makan malam juga dikonsumsi setelah Iftar kemudian pada malam hari. IftarIftar mengacu pada sebuah perjamuan saat Muslim berbuka puasa selama bulan Ramadan.[46] Iftar adalah salah satu ibadah pada bulan Ramadan dan sering dilakukan oleh sebuah komunitas, dan orang-orang berkumpul untuk berbuka puasa bersama-sama. Iftar dilakukan tepat setelah waktu Magrib. Secara tradisional, kurma adalah hal pertama yang harus dikonsumsi ketika berbuka.[47] Banyak Muslim percaya bahwa memberi makan orang buka puasa sebagai bentuk amal sangat bermanfaat dan yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad.[48] Salat malamPada malam harinya, tepatnya setelah salat Isya, Kaum Muslimin melanjutkan ibadahnya dengan melaksanakan salat Tarawih. Salat khusus yang hanya dilakukan pada bulan Ramadan. Salat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan dengan sendiri-sendiri, umumnya dilakukan secara berjama'ah di masjid-masjid. Terkadang sebelum pelaksanaan salat tarawih pada tempat-tempat tertentu, diadakan ceramah singkat untuk membekali para jama'ah dalam menunaikan ibadah pada bulan bersangkutan. Setelah melaksanakan sholat tarawih, biasanya langsung di lanjutkan dengan salat Witir sebanyak tiga rakaat.[49] Membaca Al-qur'anSebagai tambahan amalan dalam berpuasa, kebanyakan umat Muslim mengisi waktu sebelum berbuka puasa dengan membaca Al-Qur'an dengan kadar setiap hari satu juz. Biasanya dibacakan secara khusus dengan berkelompok atau perseorangan, namun ada juga yang menyelesaikan 30 Juz melalui pembacaan surah pada Salat Tarawih.[butuh rujukan] Turunnya Al-qur'anPada bulan ini di Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 Ramadan, (terdapat perbedaan pendapat para ulama mengenai tanggal pasti turunnya Alquran untuk pertama kalinya[50]) diperingati juga sebagai hari turunnya ayat Alquran (Nuzululquran) untuk pertama kalinya oleh sebagian muslim. Pada peristiwa tersebut surat Al-'Alaq ayat 1 sampai 5 diturunkan pada saat Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira. Peringatan peristiwa ini biasanya dilakukan dengan acara ceramah di masjid-masjid. Tetapi peringatan ini di anggap bidah, karena Rasulullah tidak mengajarkan, Awal di peringati di Indonesia, ketika Presiden Soekarno mendapat saran dari Hamka untuk memperingati setiap Nuzulul Quran, karena bertepatan dengan tanggal Kemerdekaan Indonesia, sebagai rasa Syukur kemerdekaan Indonesia. UmrahIbadah umrah jika dilakukan pada bulan ini mempunyai nilai dan pahala yang lebih bila dibandingkan dengan bulan yang lain. Dalam Hadis dikatakan "Umrah pada bulan Ramadan sebanding dengan haji atau haji bersamaku." (HR: Bukhari dan Muslim).[51] Zakat fitrahZakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan khusus pada bulan Ramadan atau paling lambat sebelum selesainya salat Idul Fitri. Setiap individu muslim yang berkemampuan wajib membayar zakat jenis ini.[52][53] Besarnya zakat fitrah yang harus dikeluarkan per individu adalah satu sha' makanan pokok di daerah bersangkutan.[53][54] Jumlah ini bila dikonversikan kira-kira setara dengan 2,5 kilogram atau 3,5 liter beras. Penerima Zakat secara umum ditetapkan dalam 8 golongan (fakir, miskin, amil, muallaf, hamba sahaya, gharimin, fisabilillah, ibnu sabil) namun menurut beberapa ulama khusus untuk zakat fitrah mesti didahulukan kepada dua golongan pertama yakni fakir dan miskin.[55] Pendapat ini disandarkan dengan alasan bahwa jumlah zakat yang sangat kecil sementara salah satu tujuannya dikeluarkannya zakat fitrah adalah agar para fakir dan miskin dapat ikut merayakan hari raya. Praktik budayaDi beberapa negara Muslim saat ini, lampu digantung di lapangan umum, dan di jalan-jalan kota, untuk menambah perayaan bulan ini. Lentera menjadi hiasan simbolis menyambut bulan Ramadan. Di negara-negara berkembang, mereka digantung di jalan-jalan kota.[56][57][58] Tradisi lentera sebagai hiasan yang dikaitkan dengan Ramadan diyakini berasal selama Khilafah Fatimiyah yang berpusat di Mesir, di mana Khalifah Al-Mu'izz li-Dinillah disambut oleh orang-orang yang memegang lentera untuk merayakan keputusannya. Sejak saat itu, lentera digunakan untuk menerangi masjid dan rumah di ibu kota Kairo. Pusat perbelanjaan, tempat usaha, dan rumah orang bisa dilihat dengan bintang dan crescent dan berbagai efek pencahayaan juga. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki beragam tradisi Ramadan. Di pulau Jawa, banyak orang Jawa yang mandi di mata air suci bersiap untuk berpuasa, sebuah ritual yang dikenal dengan Padusa. Kota Semarang menandai dimulainya Ramadan dengan karnaval Dugderan, yang melibatkan pengarakan ngendog Warak, makhluk hibrida kuda-naga yang diduga terinspirasi oleh Buraq. Di ibu kota Cina yang dipengaruhi Cina, kerupuk api secara tradisional digunakan untuk membangunkan orang-orang untuk salat Subuh, sampai abad ke-19. Menjelang akhir Ramadan, sebagian besar karyawan menerima bonus satu bulan yang dikenal dengan nama Tunjangan Hari Raya. Beberapa jenis makanan sangat populer selama bulan Ramadan, seperti daging sapi di Aceh, dan siput di Jawa Tengah. Makan iftar diumumkan setiap malam dengan memukul bedug, drum raksasa, di masjid. Salam sejahtera selama bulan Ramadan adalah "Ramadan Mubarak" atau "Ramadan Karim", yang mengharapkan penerimanya diberkati atau bermurah hati Ramadan.[59] KesehatanPuasa Ramadan aman untuk orang sehat, tapi mereka yang memiliki kondisi medis harus mencari saran medis.[60] Masa puasa biasanya dikaitkan dengan penurunan berat badan yang sederhana, namun berat badan cenderung kembali setelahnya.[61] Penyakit ginjalSebuah ulasan literatur oleh kelompok Iran menyarankan puasa selama bulan Ramadan dapat menyebabkan luka ginjal pada pasien dengan penyakit sedang (GFR <60 ml / min) atau penyakit ginjal yang lebih buruk, namun tidak membahayakan pasien transplantasi ginjal dengan fungsi baik atau paling banyak pembentukan batu.[62] Denda untuk pelanggaranDi beberapa negara Muslim, gagal berpuasa atau pertengkaran terbuka terhadap perilaku semacam itu selama bulan Ramadan dianggap sebagai kejahatan dan dituntut seperti itu. Misalnya, di Aljazair, pada bulan Oktober 2008 pengadilan Biskra mengutuk enam orang sampai empat tahun di penjara dan denda berat.[63] Di Kuwait, menurut undang-undang nomor 44 tahun 1968, hukumannya adalah denda tidak lebih dari 100 dinar Kuwait, atau penjara tidak lebih dari satu bulan, atau kedua hukuman, untuk yang terlihat makan, minum atau merokok selama siang hari pada bulan Ramadan.[64][65] Di beberapa tempat di Uni Emirat Arab, makan atau minum di depan umum pada siang hari pada bulan Ramadan dianggap sebagai pelanggaran ringan dan akan dihukum hingga 150 jam pengabdian masyarakat.[66] Di negara tetangga Arab Saudi, yang digambarkan oleh The Economist saat mengambil bulan Ramadan "lebih serius daripada di tempat lain",[67] ada hukuman yang lebih keras, sedangkan di Malaysia, tidak ada hukuman semacam itu. Di Mesir, penjualan alkohol dilarang selama bulan Ramadan.[68] Pada tahun 2014 di Kermanshah, Iran, seorang non-Muslim dihukum karena membakar sebatang rokok dan lima orang Muslim dicambuk dengan 70 garis karena makan selama bulan Ramadan.[69] Masalah hukum lainnyaBeberapa negara memiliki undang-undang yang mengubah jadwal kerja selama bulan Ramadan. Di bawah Undang-Undang Tenaga Kerja Uni Emirat Arab, jam kerja maksimal adalah 6 jam per hari dan 36 jam per minggu. Qatar, Oman, Bahrain dan Kuwait memiliki undang-undang serupa.[70] Aspek ekonomiBulan Ramadan di Indonesia dan negara dengan penduduk mayoritas Islam pada umumnya dapat dihubungkan dengan meningkatnya daya beli dan perilaku konsumtif masyarakat akan barang dan jasa. Di Indonesia, hal ini terkait erat dengan kebiasaan pemerintah dan perusahaan swasta untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada para pegawainya. Peningkatan ini terjadi di hampir semua sektor dari transportasi, makanan, minuman hingga kebutuhan rumah tangga. Sehingga tidak jarang tingkat inflasi pun mencapai titik tertinggi pada periode bulan ini.[71] Fenomena ini secara kasatmata terlihat dengan menjamurnya para pedagang musiman yang menjajakan berbagai komoditas mulai dari makanan hingga pakaian, di ruang-ruang publik terutama di pinggir jalanan. Di samping juga maraknya penyelenggaraan bazar baik yang disponsori oleh pemerintah, swasta, organisasi tertentu maupun swadaya masyarakat. Tingkat kejahatanKorelasi Ramadan dengan tingkat kejahatan beragam: beberapa statistik menunjukkan bahwa tingkat kejahatan turun selama bulan Ramadan, sementara yang lain menunjukkan bahwa hal itu meningkat. Penurunan tingkat kejahatan telah dilaporkan oleh polisi di beberapa kota di Turki (Istanbul [72] dan Konya [73]) dan Provinsi Timur Arab Saudi.[74] Sebuah studi tahun 2012 menunjukkan bahwa tingkat kejahatan menurun di Iran selama Ramadan, dan penurunan tersebut secara statistik signifikan.[75] Sebuah studi tahun 2005 menemukan bahwa ada penurunan penyerangan, perampokan dan kejahatan terkait alkohol selama bulan Ramadan di Arab Saudi, namun hanya penurunan kejahatan terkait alkohol secara statistik signifikan.[76] Peningkatan tingkat kejahatan selama bulan Ramadan telah dilaporkan terjadi di Turki,[77] Jakarta,[78][79][80] bagian dari Aljazair,[81] Yaman[82] dan Mesir.[83] Berbagai mekanisme telah diusulkan untuk efek Ramadan tentang kejahatan:
Ramadan di daerah kutubPanjang fajar sampai terbenam bervariasi di berbagai belahan dunia sesuai dengan titik balik matahari musim panas atau musim dingin. Kebanyakan Muslim berpuasa selama 11-16 jam selama bulan Ramadan. Namun, di daerah kutub, periode antara fajar dan terbenam di Mekkah melebihi 22 jam di musim panas. Misalnya, pada tahun 2014, umat Islam di Reykjavik, Islandia, dan Trondheim, Norwegia, berpuasa hampir 22 jam, sementara umat Islam di Sydney, Australia, berpuasa hanya sekitar 11 jam. Umat Muslim di daerah di mana malam atau siang yang terus menerus diamati selama bulan Ramadan mengikuti jam puasa di kota terdekat dimana puasa diamati saat fajar dan terbenam. Sebagai alternatif, umat Islam mungkin mengikuti masa Mekkah.[85][86][87] Pekerjaan selama bulan RamadanMuslim akan terus bekerja selama bulan Ramadan. Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alayhi Wasallam mengatakan bahwa penting untuk menjaga keseimbangan antara ibadah dan pekerjaan. Di beberapa negara Muslim, seperti Oman, bagaimanapun, jam kerja dipersingkat selama bulan Ramadan.[88][89] Sering disarankan agar orang-orang Muslim yang bekerja menginformasikan majikan mereka jika mereka berpuasa, mengingat potensi ketaatan untuk mempengaruhi kinerja di tempat kerja.[90] Sejauh mana pengamat Ramadan dilindungi oleh akomodasi religius berbeda-beda di setiap negara. Kebijakan yang menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan karyawan lainnya telah dipenuhi dengan klaim diskriminasi di Inggris dan Amerika Serikat.[91][92][93] Durasi waktu berpuasaWaktu berpuasa ditentukan oleh masa terbit hingga terbenam, maka posisi matahari terhadap bumi berpengaruh dalam lama waktu seseorang menjalankan puasa. Sebagaimana negara-negara beriklim tropis di area khatulistiwa yang memiliki durasi seimbang (sekitar 12 jam masa siang dan sekitar 12 masa malam), maka durasi berpuasa cenderung stabil dari tahun ke tahun. Hal berbeda dialami oleh negara yang berada di belahan bumi utara dan bumi selatan yang mengalami "perubahan ekstrem", yakni ketika musim dingin lama waktu berpuasa menjadi lebih singkat (kurang dari 12 jam) sedangkan ketika musim panas akan bertambah lama (lebih dari 12 jam).[butuh rujukan] Ramadan dalam kalender MasehiDalam kalender Hijriah, penetapan 1 Ramadan selalu sama setiap tahunnya, hal ini berbeda dalam kalender Masehi yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Hijriah penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan (kalender candra), sedangkan kalender Masehi berdasar fase bumi mengelilingi matahari (kalender surya). Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan 1 Ramadan selalu berubah di dalam kalender Masehi, yakni terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya. Berikut ini adalah daftar tanggal 1 Ramadan dan durasi bulan Ramadan di tahun tersebut dalam kalender Masehi sepanjang tahun 1928 hingga 2034: Karena tahun Hijriah berbeda sekitar 11 hari dari tahun Masehi, 1 Ramadan dapat terjadi dua kali dalam setahun, seperti pada tahun 1965 dan 1997, dan akan terjadi lagi pada tahun 2030, 2063, 2095, 2128, 2160, 2193, 2225, 2258, 2290, dan 2323 (akan terus terjadi setiap 32 atau 33 tahun). Lihat pulaCatatanReferensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Ramadan. Wikinews bahasa Inggris memberitakan:
Category:Ramadan Wikiwisata memiliki panduan wisata Travelling during Ramadan.
|