Pura Hyang Tiba
Pura Hyang Tiba merupakan pura yang terletak tidak jauh dari Pura Canggi dan Pura Puseh Batuan. Ketiganya terletak di Desa Sakah, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali. Beberapa prasasti dan Rontal Prakempa milik I Ketut Rinda merupakan sumber tertulis yang menjelaskan bahwa Pura Hyang Tiba dibangun pada tahun 829 Saka (907 Masehi), ketika masa pemerintahan Sri Haji Dharmawangsapangkaja (Estudiantin, 2003). Namun, sumber lain yaitu Prasasti Serai AII menyebutkan bahwa Pura Hyang Tiba dibangun sekitar Abad ke-10 Masehi. Prasasti Serai AII dikeluarkan oleh Raja Udayana tahun 915 Saka (993 Masehi).[1] Ciri PenandaSelain kedua sumber tersebut, titik sejarah Pura Hyang Tiba juga ditandai dengan sepasang Arca Dwarapala di depan gapura kuno. Arca tersebut berupa dua ekor gajah yang beralas hiasan candrasangkala dan sepasang arca sapi berbentuk angka 1258 Saka (1336 Masehi). Arca Dwarapala memberi gambaran bahwa Pura Hyang Tiba dibangun sekitar abad ke-10 dengan bangunan tambahan sekitar abad ke-14 Masehi. Bagian-Bagian PuraPura Hyang Tiba berbentuk persegi panjang, membentang dari timur ke barat. Pura ini terbagi atas tiga bagian, yaitu halaman luar, halaman tengah, dan halaman dalam. Berikut penjelasan ketiga bagian tersebut. a. Halaman LuarKarena tidak dibatasi tembok atau pagar, maka halaman luar pura tidak terlalu jelas garis batasnya. Beberapa bangunan yang terdapat pada bagian halaman luar ialah pemedal atau pintu masuk yang digunakan untuk mengakses halaman tengah, wantilan (di sisi barat pemedal) dan sedahan agung (di sisi utara pemedal). Di depan pemedal terdapat sepasang apit lawang. b. Halaman TengahHalaman tengah terdiri atas dua bagian yaitu utara dan selatan. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh Candi Bentar, yang di bagian tangganya terdapat hiasan berbentuk sepasang ular naga. Pada bagian utara terdapat bangunan Tungkub Tegal, Bedugul, Gedong Penyimpenen, Sapta Petala, Dugul, Perantenan, dan Pengaruman. Adapun pada bagian selatan terdapat bangunan Pelinggih Ratu Hyang Api, Sakti Dewa Brahma, Perantenan, dan Bale Kulkul. c. Halaman DalamHalaman Dalam terdiri atas dua bagian yaitu timur dan tengah. Pada sisi halaman sebelah timur terdapat pemedal dan Kori Agung, yang diapit sepasang Apit Lawang dan Pelinggih Ratu Ngadeg. Bagian tengah halaman dalam ini terdapat pengaruman, yang dikitari oleh sederet bangunan lain yaitu 1) Tugu dan Penegtegan (sebelah barat), 2) Pecanangan, Bale Gong, Bale Peselang, Pesamuan, Panggungan, Pengaruman Kecil (sebelah timur).[1] Referensi
|