Pulau Pamujan Besar
Pulau Pamujan Besar atau Pulau Mujan Besar atau Pulau Tiga adalah sebuah pulau yang terletak Teluk Banten, Indonesia. Pulau ini termasuk ke dalam daerah Desa Domas, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten meskipun pada tahun 2017, administrasi pulau ini dipersengketakan antara Kabupaten Serang dan Kota Serang. Pulau ini terletak sekitar 37,5 km ke arah utara dari Kota Serang.[1][2][3] GeografiPulau Pamujan Besar terletak di bagian timur dari sisi utara Teluk Banten. Pulau ini terletak sekitar 5 km di sebelah timur Pulau Panjang dan sekitar 3 km di sebelah utara Pulau Pamujan Kecil.[4] Pulau Pamujan Besar merupakan sebuah pulau karang. Batimetri laut di sebelah utara pulau ini cenderung relatif curam dibandingkan dengan di sebelah selatan di Teluk Banten—yang terbentuk sebagai sebuah prisma sedimen dari Kala Holosen. Profil curam tersebut merupakan batas utara prisma sedimen dengan topografi Glasial Maksimum Terakhir.[5] Pulau Pamujan Besar diperkirakan disebutkan di dalam catatan pelayaran kapal EIC Hartford dari Inggris menuju Tiongkok. Hartford yang saat itu sedang menuju persinggahan di Batavia pada bulan Juni 1723 mencatat nama The Great Moody ('[Pulau] Lumpur Besar') di bagian timur Teluk Banten yang diperkirakan merupakan Pulau Pamujan Besar.[6] Iklim di Pulau Pamujan Besar dipengaruhi oleh angin muson. Hujan lebih banyak terjadi pada musim angin barat bulan Desember hingga Maret.[5] Pulau ini dapat dicapai melalui jalur laut dari Pelabuhan Karangantu di Kota Serang dan dari daerah Domas dengan waktu tempuh sekitar 30 menit hingga 1,5 jam.[1][3] Demografi dan pemerintahanPulau Pamujan Besar merupakan pulau yang tidak dihuni namun perairan di sekitar pulau ini digunakan sebagai tempat penangkapan ikan dan dahulu juga sebagai tempat penambangan pasir. Penangkapan ikan oleh nelayan dari Kabupaten Serang dilakukan sekitar pulau ini pada musim angin timur sekitar bulan Juli dan Agustus.[7] Pada tahun 2013, penambangan pasir di wilayah perairan Teluk Banten dihentikan terkait pula dengan adanya protes dari masyarakat yang mengusir kapal penambang pasir pada bulan September 2012. Tiga orang warga tertembak oleh polisi pada peristiwa itu.[8] Pulau Pamujan Besar juga digunakan sebagai kompleks pariwisata yang mulai dikembangkan pada tahun 2014. Di pulau ini telah terdapat dermaga dan beberapa bangunan penginapan yang disewakan.[1][a] Pemerintahan terhadap Pulau Pamujan Besar dipersengketakan antara Kabupaten Serang dan Kota Serang pada tahun 2017. Kabupaten Serang mengklaim pulau ini merupakan daerah Desa Domas, Kecamatan Pontang sementara Kota Serang mengklaim pulau ini masuk ke daerah Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen.[1][2] Persengketaan ini muncul setelah pengelola pariwisata di Pulau Pamujan Besar hendak mengurus izin ke Kota Serang namun pulau ini tidak ada dalam catatan aset kota. Beberapa pejabat pemerintah dan DPRD kabupaten dan kota saling mengklaim administrasi pulau ini. Menurut Kabupaten Serang, pada saat pembentukan kota tahun 2007 salah satu syaratnya adalah daerah kota tidak mencakup pulau kecuali Pulau Burung (Pulau Dua). Sementara itu, Kota Serang mengklaim bahwa pulau ini masuk ke daerah Desa Banten (yang kini menjadi Kelurahan Banten), Kecamatan Kasemen sehingga ketika Kecamatan Kasemen diikutkan dalam pemekaran Kota Serang, pulau ini juga termasuk. Kedua pihak sama-sama menyebutkan bahwa klaimnya didasari atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 mengenai pembentukan Kota Serang.[9][10] Pemerintah provinsi kemudian menetapkan bahwa Pulau Pamujan Besar merupakan daerah Kabupaten Serang.[2] Peta yang terlampir dalam UU No. 32 Tahun 2007 sendiri tidak mencantumkan pulau ini sebagai daerah Kota Serang.[11] EkosistemTerumbu karang dapat ditemukan di sekitar Pulau Pamujan Besar pada kedalaman 1–4 m. Akan tetapi, penelitian tahun 2017 menemukan bahwa tutupan karang hidup di perairan pulau ini tergolong buruk (12%) di sebelah utara dan sedang (41%) di sebelah selatan. Penelitian tersebut menemukan 17 genus karang di perairan di sekitar pulau ini di antaranya adalah genus Acropora, Porites, dan Fungia namun berbeda dengan penelitian lain dari tahun 2000 yang menemuk dominasi genus Montipora.[12][13] Cnidaria zoantharia dari genus Parazoanthus yang cenderung invasif terhadap terumbu karang banyak ditemukan di perairan sebelah utara pulau sementara di sebelah selatan yang banyak ditemukan adalah porifera dari genus Clathria dan tunicata Didemmum molle.[14] Ekosistem mangrove dengan luas sekitar 10,2 hektare dapat ditemukan di pulau ini.[15] Lihat pulaCatatan kaki
Referensi
Pranala luar
|