Pulau Biawak, Indramayu

Pulau Biawak
Geografi
LokasiAsia Tenggara
Koordinat5°55′34″S 108°22′48″E / 5.926142°S 108.379898°E / -5.926142; 108.379898
KepulauanKepulauan Biawak, Kepulauan Sunda Besar
Pemerintahan
NegaraIndonesia
Kependudukan
PendudukTidak berpenghuni (2005)
Kelompok etnikJawa
Peta

Pulau Biawak atau Pulau Rakit adalah sebuah pulau yang terletak di kepulauan Biawak, Laut Jawa di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Pulau Biawak terletak di sebelah utara semenanjung Inrdamayu sekitar 40 kilometer dari pantai utara Indramayu,[1] dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.

Pariwisata

Pulau biawak adalah salah satu tempat pariwisata yang menarik untuk dikunjungi.[1] Daratan seluas 120 hektare ini juga kaya dengan tanaman bakau yang hijau dan rapat dipandang dari ketinggian.[1] Nama kepulauan ini diambil dari banyaknya satwa biawak yang hidup di kepulauan ini.[2]

Kepulauan ini dapat ditempuh sekitar 3 sampai dengan 4 jam menggunakan perahu motor dari pelabuhan Karangsong, Indramayu, Indramayu. Pulau ini terkenal sebagai objek wisata bahari dengan taman laut dan ikan hias yang indah serta terumbu karang yang asri.

Pulau Biawak

Sesungguhnya nama pulau tersebut adalah Pulau Rakit, tetapi oleh Pemkab Indramayu dinamakan Pulau Biawak karena di pulau ini banyak dijumpai satwa liar yang justru menjadi ciri khasnya, yakni biawak (Varanus salvator). Satwa ini tergolong unik karena hidup di habitat air asin. Setiap menjelang matahari terbenam, puluhan biawak dengan panjang antara 20 centimeter hingga 1,5 meter terlihat berenang di tepian pantai. Satwa-satwa itu memang tengah berburu ikan untuk kebutuhan makannya.

Selain disebut sebagai pulau Biawak, pulau ini juga disebut sebagai Pulau Menyawak dan Pulau Bompyis.

Pulau itu memiliki pesona wisata yang unik, karena karangnya yang masih 'perawan ' dan hidup. Di antara keempat pulau itu, hanya Pulau Biawak yang masih utuh dalam segalanya. Sedangkan tiga pulau lainnya hanya berupa hamparan pulau karang semata. Pulau Gosong, misalnya, kondisinya rusak karena jutaan meter kubik material karangnya diambil untuk pengurukan lokasi kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan VI Balongan.

Keberadaan pulau ini sangat berbahaya bagi alur pelayaran kapal-kapal laut yang melintas di kepulauan tersebut. Maka tak heran, bangsa Belanda semasa menjajah kepulauan Indonesia, mendirikan bangunan menara mercusuar. Mercusuar dengan ketinggian sekitar 65 meter itu dibangun oleh ZM Willem pada 1872.[3] Hingga kini, bangunan itu masih berfungsi untuk memandu kapal-kapal besar maupun kecil yang melintas. Melihat usia bangunan tersebut, mercusuar itu diperkirakan seumur dengan mercusuar di Pantai Anyer.

Lihat pula

Catatan kaki

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya