Puain Kanan, Tanta, Tabalong
Legenda Desa Puain Kanan adalah salah satu desa di Kecamatan Tanta. Sebelah Utara dibatasi oleh Desa Sulingan Kecamatan Murung Pudak, sebelah Timur dibatasi oleh Desa Tanta Hulu dan Desa Tanta Kecamatan Tanta, sebelah Selatan dibatasi oleh Desa Pamarangan Kanan Kecamatan Tanta, dan di sebelah Barat dibatasi oleh Desa Puain Kiwa dan Kelurahan Jangkung Kecamatan Tanjung. Jumlah penduduk Desa Puain Kanan peride Tahun 2017 berjumlah 1018 jiwa, sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, selain itu ada juga yang menjadi pegawai sebagai PNS Maupun karyawan swasta. Desa Puain Kanan tidak lepas dari peristiwa zaman dahulu kala. Nama Puain Kanan berasal dari kata “Puai”adalah seruan dari Bangsa Belanda untuk menyerang penduduk pribumi.“Kala itu di seluruh perkampungan di Banua Usang dibakar habis tak tersisa termasuk sebuah Bangunan Mesjid yg didirikan oleh Datu Ranggama, sebuah Petaka yang berbentuk Ulin ada di dalam Mesjid hilang dan ditemukan beberapa puluh tahun kemudian oleh seorang yang bernama Dahlan ketika sedang memancing di sungai. Petaka itu pun dibersihkan lalu diletakkan kedalam Mesjid yang baru dibangun beberapa tahun kemudian oleh seluruh penduduk setempat. “Tinggalkan Jejak Islam di Tanah Dayak” Khatib Dayan tak main-main soal misinya menyebarkan agama. Setelah Pangeran Sultan Suriansyah berhasil dibawanya memeluk agama Islam, penghulu dari Kesultanan Demak tersebut bertolak ke wilayah utara Banua untuk memperluas ajaran. Akhirnya, beliau bertemu dengan Datu Ranggama, tokoh dayak yang memprakasai peradaban Islam di wilayah pelosok Tabalong. Tak banyak yang tahu, syiar Islam di Tabalong disebarkan oleh empat orang keturunan Dayak. Empat orang tersebut diketahui bernama Datu Ranggama, Datu Ugap, Datu Siti Marhaji, dan Datu Ugut. Mereka dulunya memang memeluk kepercayaan adat setempat. Namun, Khatib Dayan punya andil besar dalam mengubah pandangan mereka. Khatib Dayan, orang yang dulu membawa pangeran Suriansyah masuk agama islam berangkat ke utara Banua dan mencoba bertemu dengan mereka. Kedatangan Khatib Dayan disambut Datu Ranggama dan saudara lainnya. di desa ini Khatib Dayan punya maksud untuk menceritakan ajaran Islam kepada mereka. Tiga bersaudara akhirnya sepakat memeluk Islam. Namun, tidak bagi Datu Ugut. Awalnya, empat bersaudara ini hampir bertengkar karena melihat sikap Datu Ugut yang enggan memeluk Islam. Namun, setelah mendengarkan alas an Datu Ugut, hati mereka jadi luluh dan mengikhlaskannya tetap berada di kepercayaan adat. Adik bungsu dari empat bersaudara ini memilih jalan sunyi untuk melindungi orang-orang Dayak. Hutan dan benda gaib yang tak punya penjaga juga menjadi pertimbangannya tidak memeluk Islam. “jika Datu Ugut memeluk Islam, maka tidak ada lagi yang menjaga semua itu. Namun Datu Ugut berjanji di akhir zaman nanti ia akan masuk agama Islam apabila hutan-hutan serta benda gaib sudah aman. Ia juga mengingatkan warga Dayak yang belum memeluk Islam untuk menghormati kegiatan syiar Islam. Akhirnya, tiga bersaudara yang sepakat memeluk Islam diminta Khatib Dayan untuk berpencar. Datu Ranggama kebagian wilayah pelosok Tabalong seperti Tanjung, Tanta, Murung Pudak, Upau, Haruai, Muara Uya,hingga perbatasan Kalimantan Timur. Sementara Datu Ugap dan Datu Siti Marhaji berangkat ke Kelua dan Balangan untuk menyiarkan ajaran Islam disana. “Sebenarnya belum ada Tabalong dan Balangan waktu itu, wilayah masih berada di naungan Hulu Sungai Utara. Di desa Puain Kanan inilah pertama kalinya Islam masuk di Tabalong.”Setelah Datu Ranggama membaca Dua Kalimat Syahadat, warga lainnya juga ikut memeluk Islam. “Ceritanya Ketokohan Datu Ranggama yang kuat dalam masyarakat Dayak setempat membuat warga sangat hormat dengannya. Hal ini membuat muallaf terus bertambah kala itu. Datu Ranggama masuk Islam sejak tahun 1625, lantaran pemeluk agama Islam terus bertambah, Datu Ranggama akhirnya mendirikan mesjid untuk warga yang ingin menjalankan ibadah shalat. Namanya Mesjid Pusaka Nurul Iman yang dibangun pada tahun 1638. Mesjid yang didirikannya sekaligus menjadi mesjid pertama yang berdiri di Tabalong dan disaksikan sendiri oleh Khatib Dayan pembangunannya. “Ada dua versi soal mesjid yang mana pertama berdiri, ada yang bilang bahwa Mesjid Pusaka Banua Lawas adalah mesjid yang pertama. Namun, fakta menurut penuturan orang-orang disini, mesjid Pusaka di Desa Puain Kanan inilah yang pertama. Perdebatan sejarah terjadi lantaran pembangunan mesjid terjadi pada hari yang sama. Namun, dengan rentang waktu yang berbeda. “ Jadi menurut sejarah disini, pembangunan tiang guru di Mesjid Pusaka Nurul Iman Desa Puain Kanan terjadi pada pagi hari. Sementara itu, pembangunan tiang guru di Mesjid Pusaka Banua Lawas terjadi pada siang hari. Setelah mesjid berdiri dilaksanakan, Datu Ranggama pergi ke berbagai tempat untuk terus belajar agama Islam. Mesjid Pusaka Nurul Iman tersebut dititipkannya pada seorang penjaga mesjid bernama Labai Lumiah yang berasal dari keturunan Dayak, yang makamnya sekarang terletak di Banua Usang yang ukuran panjang dan lebarnya tidak seperti ukuran makam atau kuburan yang ada pada saat ini. Makam tersebut masih ada di Desa Puain Kanan.“Sebelumnya Banua Usang sendiri menjadi lokasi pertama mesjid berdiri karena disitulah dahulunya perkampungan berada sebelum pindah ke dekat sungai. Terdapat papan plang yang bertuliskan makam Datu Puain sekitar 30 meter dari Mesjid Pusaka Nurul Iman yang makamnya mulai terawat dengan baik. Ditempat yang sama, juga terdapat makam anak cucu, khatib dan Bilal Datu Ranggama. Sayangnya, ditunggu-tunggu Datu Ranggama tak kunjung datang kembali ke desa. “Ia menghilang tidak tahu ke mana sampai sekarang. Namun, bagi warga yang mempunyai keimanan kuat, mereka pasti mengatakan bahwa sosok Datu Ranggama selalu muncul di Mesjid Pusaka Nurul Iman. “Hanya warga Desa Puain Kanan saja yang memiliki kesempatan untuk melihat sosok Datu Ranggama. “Diceritakan, sosok Datu yang satu ini memiliki perawakan yang besar dengan wajah sangar. Tingginya berukuran 2,5 meter lebih. Hal ini dibuktikan dengan sebuah baju peninggalannya dan sebuah Beduk Asli yang berukuran sangat besar yang masih disimpan di Mesjid Pusaka Nurul Iman. Mesjid Pusaka Nurul Iman ini selalu didatangi warga dari berbagai desa untuk sholat tahiyatul mesjid dan membaca surah Ya Sin, juga ada yang mengaku membayar nazar,karena harapannya terkabul. Desa Puain Kanan adalah penggabungan dua desa yaitu Desa Puain Kanan dan Desa Urata. Yang mana mata pencaharian pokok masyarakat sebagian adalah petani padi, petani karet, pembuat industri “legen” atau pembuat nira/gula merah. Pambakal adalah sebutan masyarakat setempat untuk Kepala Desa. Saat ini Desa Puain Kanan dipimpin oleh Pambakal Mahdianor mulai Tahun 2008. Selanjutnya, sebelum kepemimpinan Pambakal Mahdianor, desa Puain Kanan pernah dipimpin oleh seorang Pambakal diantaranya: - Pambakal Isap, 1970-1984 - Pambakal Masdar, 1986-1996 - Pambakal Mahyuni, 1997-2007 Demikian sejarah atau informasi tentang desa Puain Kanan seperti yang disampaikan oleh nara sumber. Beliau yang telah menyumbangkan sebagian pemikirannya kepada kami adalah orang-orang yang dikenal akan kecendekiaannya, salam takzim dari kami. Selanjutnya semoga tulisan ini dapat menambah khazanah fikir kita semua Amiin. Dan jika ada kesalahan dalam upaya penulisan riwayat pitutur ini kami mohon maaf. |