Prima Master Bank
Prima Master Bank atau lebih dikenal dengan Prima Bank adalah sebuah bank yang berkantor pusat di Surabaya. Bank ini didirikan pada 1 November 1989 dengan nama PT Inter Asia Pacific Bank, dan mendapat izin beroperasi lewat SK Menteri Keuangan RI No.160/KMK/013/1991 tanggal 13 Februari 1991. Mulai efektif beroperasi pada 1 Maret 1991,[1] Prima Master Bank saat itu memiliki modal dasar Rp 50 miliar.[2] Seperti banyak bank lain yang lahir pasca PAKTO 88, pemilikannya dipegang oleh orang berlatarbelakang pengusaha, seperti Njono Soetjipto (30%), Sugiharto (28,5%), Njoo Steven Tirtowidjojo (10%), David Siemens Kurniawan (10%) dan Henry Susilowidjojo (10%) yang dikenal sebagai pemilik industri kertas di bawah Grup PT Prakerin dan PT Java Paperindo Utama Industry.[3] Saat itu kantor pusatnya ada di Jl. Veteran No. 14-16 Surabaya,[4] yang belakangan pindah ke Jl. Veteran No. 10-12 sampai sekarang. Fokus Prima Master Bank (sempat bernama Bank Prima Master/Bank Prima) adalah di bidang ritel, yang membuatnya mampu selamat dari krisis ekonomi 1998. Di tahun 2008, bank ini memiliki 12 kantor cabang yang kebanyakan ada di Jawa Timur (Surabaya, Malang, Sidoarjo) dan Jakarta, serta struktur kepemilikannya sudah berubah, dikuasai oleh dua perusahaan (PT Hartamas Lestari dan PT Multi Artacipta Serasi) sebesar 50-50%. Kedua perusahaan itu dimiliki oleh Henry Susilowidjojo.[5] Namun statusnya masih sebagai bank kecil, yang harus terhambat kebutuhan pemenuhan modal dari Bank Indonesia. Di tahun 2007-2008, Bank Prima Master harus berjuang menambah modal dasarnya menjadi Rp 80 miliar, dan hanya beraset Rp 582 miliar.[6][7] Belakangan, di tahun 2022, meskipun bisa menambah kantornya menjadi 24 buah hingga menembus luar Jawa (seperti Mataram dan Denpasar) dan sudah memiliki 300 karyawan,[1] bank ini masih tergolong bank terbawah dalam pemenuhan modal dengan hanya bermodal dasar Rp 282 miliar, ditambah aset Rp 2,58 triliun.[8] Modal dasar tersebut jelas tidak bisa memenuhi persyaratan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang meminta bank umum menaikkan modal dasarnya dari Rp 1 triliun menjadi Rp 3 triliun pada 2020-2022. Sempat muncul kabar Prima Master Bank akan diakuisisi pemilik baru demi mengatasi masalah permodalannya, yang menurut pihak OJK akan diakuisisi oleh investor asing. Rumor investor tersebut seperti dari Sea Limited (pemilik Bank Seabank Indonesia) dan Jianpu Technology yang akan berkolaborasi bersama Bank Mandiri.[8][5] Namun, akhirnya tidak ada rumor tersebut yang terealisasi, dan dengan modal yang tidak kunjung memenuhi syarat, pada Rapat Dewan Komisioner OJK pada 4 Januari 2023, status Prima Master Bank resmi "diturunkan" dari Bank Umum Swasta Non-Devisa menjadi Bank Perekonomian Rakyat (BPR).[9] Hal ini menjadikan bank ini sebagai satu-satunya bank umum di Indonesia yang berubah menjadi BPR. Manajemen Perusahaan
Produk dan Jasa
Rujukan
Pranala luar
|