Plinius Tua
Gaius Plinius Secundus (23 Masehi – 25 Agustus 79) atau Plinius Tua (bahasa Latin: Plinius Maior), adalah penulis, pengamat alam, filsuf, serta komandan armada darat dan laut dari masa awal Kekaisaran Romawi. Ia adalah kawan dekat dari Kaisar Titus Vespasianus. Karya monumentalnya, Naturalis Historia (Sejarah Alam), menjadi referensi bagi penulisan ensiklopedia sesudahnya. Ia adalah paman dari Plinius Muda. Plinius Tua meninggal pada tahun 79 M di Stabiae saat mencoba menyelamatkan seorang teman dan keluarganya dari letusan Gunung Vesuvius.[1] Namanya diabadikan dalam salah satu tipe letusan gunung api: letusan tipe Plinius (adj. Plinian). Kehidupan dan karierLatar belakangPlinius diperkirakan hidup pada masa sekitar erupsi Gunung Vesuvius tahun 79 dan pernyataan dari keponakannya bahwa ia meninggal di usia ke-56 menjadi dasar perkiraan tahun kelahirannya sekitar tahun 23 atau 24 M. Plinius adalah putra seorang ekuestrian, Gaius Plinius Celer, dan istrinya, Marcella. Baik Plinius Muda maupun yang tua menyebutkan kedua nama itu. Sumber utamanya adalah sebuah inskripsi fragmentaris (CIL V 1 3442) yang ditemukan di sebuah lapangan di Verona dan dicatat oleh rahib abad ke-16, Onofrio Panvinio di Verona. Pembacaan inskripsi itu tergantung pada rekonstruksinya,[3] tetapi di semua kasus menghasilkan nama yang sama. Yang tidak dapat dipastikan adalah jika ayahnya seorang augur dan ibunya bernama Grania Marcella. Jean Hardouin (1646-1729), seorang ilmuwan klasik Prancis, memberikan suatu pernyataan, dari sumber yang tidak diketahui yang ia klaim dari Romawi kuno, bahwa Plinius berasal dari Verona dan orang tuanya adalah Celer dan Marcella.[4] Plinius Tua lahir di Como, bukan di Verona. Verona hanya tempat asal dari Galia Transpadana tua, sehingga ia menyebut Catullus dari Verona sebagai conterraneus-nya, atau teman senegara, bukan municep-nya, atau teman sekampung halaman.[5][6] Sebuah patung Plinius di depan gedung Katedral Como merupakan penghargaan padanya sebagai putra daerah. Adik perempuannya, Plinia, menikah dengan seorang Caecilii dan menjadi ibu dari keponakannya, Plinius Muda, yang surat-suratnya menjelaskan karya dan penelitiannya secara detail. Dalam salah satu suratnya kepada Tacitus (avunculus meus), Plinius Tua merinci bagaimana sarapan pamannya akan ringan dan sederhana (levis et facilis) mengikuti kebiasaan nenek moyangnya (veterum more interdiu). Ini menunjukkan bahwa Plinius Tua adalah seorang 'Romawi yang Baik', yang berarti bahwa dia mempertahankan adat istiadat nenek moyang Romawi yang agung. Pernyataan ini diharapkan menyenangkan hati Tacitus. Dua inskripsi yang mengidentifikasi kampung halaman Plinius Muda dijadikan preseden bahwa Plinius Tua berasal dari Como, dan bukan Verona. (CIL V 5262) memperingati karier Plinius Muda sebagai seorang magistrat kekaisaran dan merinci pengorbanannya untuk masyarakat Como. (CIL V 5667) mengidentifikasi desa ayah Plinius Muda, Lucius, adalah Fecchio (suku Oufentina) dekat Como. Oleh karena itu, sangat mungkin bahwa ibu Plinius Muda, Plinia, adalah seorang gadis setempat dan Plinius Tua, abang dari ibunya, berasal dari Como.[7] Gaius adalah anggota gens Plinius. Ia tidak mengambil cognomen ayahnya, Celer, tetapi menetapkan sendiri, Secundus. Karena anak angkatnya mengambil cognomen yang sama, Plinius telah mendirikan suatu cabang keluarga, Plinius Secundus. Gabungan warisan yang diperoleh Plinus yang Muda menjadikan ia begitu kaya, sehingga ia dapat mendirikan sekolah dan perpustakaan, menyumbangkan dana untuk memberi makan wanita-wanita dan anak-anak Como, dan memiliki banyak tanah di sekitar Roma dan Danau Como, serta memberikan bantuan pribadi pada beberapa temannya. Plinius Tua tidak menikah dan tidak memiliki anak. Atas keinginannya, ia mengadopsi keponakannya sebagai anak, yang memberikan hak pada keponaknnya untuk mewarisi kekayaannya. Oleh para penulis mengenai adopsi anak, adopsi yang dilakukan oleh Plinius disebut "adopsi testamental", yang berlaku dengan hanya menerapkan perubahan nama, tetapi hukum Romawi tidak mengakui adopsi seperti itu. Plinius Muda kemudian menjadi anak angkat Plinius Tua setelah Plinius Tua meninggal.[8] Selama beberapa waktu, Plinius Tua tinggal bersama adik dan keponakannya (adik iparnya yang juga adalah suami Plinia dan ayah Plinius Muda meninggal dalam usia muda). Sampai akhirnya, Plinius Tua memutuskan untuk menyelidiki erupsi Gunung Vesuvius dan kemudian beralih menjadi membantu menyelamatkan temannya. Ahli hukum dan perwira juniorAyah Plinius membawa Plinius Tua ke Roma untuk belajar hukum. Plinius pernah menceritakan bahwa ia bertemu dengan Marcus Servilius Nonianus. Tahun 46 M, pada usia 23 tahun, Plinius masuk dalam tentara sebagai perwira junior, suatu pangkat yang biasa diberikan pada pria muda dari kalangan ekuestrian. Ronald Syme (1903-1989), seorang sejarawan terbesar mengenai Romawi Kuno dari Selandia Baru, merekonstruksi awal karier militer Plinius.[9][10] Ketertarikan Plinius pada sastra Romawi menarik perhatian dan hubungan pertemanan dari beberapa perwira dengan pangkat yang lebih tinggi. Hubungan pertemanan itu kemudian membantu ia masuk ke jenjang jabatan yang lebih tinggi, tetapi ia juga dipercaya karena pengetahuan dan kemampuannya. Menurut Syme, ia mulai karier militernya sebagai seorang praefectus cohortis, "komandan kohort" (kohort infanteri, karena perwira junior dimulai dari infanteri), di bawah komando Gnaeus Domitius Corbulo, yang juga seorang penulis (yang karya-karyanya tidak bertahan) di Germania Inferior. Tahun 47 M, ia ikut serta dalam penaklukan Romawi atas Chauci dan pembangunan kanal antara Sungai Maas dan Rhein. Deskripsinya mengenai kapal-kapal Romawi yang berlabuh di aliran sungai selama semalaman dan harus menghindari pohon-pohon yang mengapung menjadi suatu laporan saksi mata.[11] Pada waktu yang tidak dapat dipastikan Plinius dipindahkan ke komando Germania Superior di bawah pimpinan Publius Pomponius Secundus dengan promosi ke tribun militer,[9] yang merupakan suatu posisi taf, dengan tugas-tugas diberikan oleh komandan distrik. Pomponius adalah saudara tiri Corbulo.[12] Mereka satu ibu, Vistilia, seorang wanita berkuasa dari kelas masyarakat Romawi yang lebih tinggi, yang memiliki tujuh orang anak dari enam orang suami, yang beberapa di antaranya memiliki koneksi kekaisaran. Catatan
Referensi
|