Pesantren Luhur Al-Husna
SejarahPesantren Luhur Al-Husna didirikan oleh Prof. Dr. KH Ali Maschan Moesa,M. Si pada tahun 2000. Nama Al-husna disematkan oleh beliau, karena nama Al-husna memiliki arti nama-nama yang baik. Menurut beliau sifat-sifat Allah SWT harus dibumikan serta dilaksanakan dalam perilaku sehari-hari. Selain itu hal yang menjadi dasar berdirinya Pesantren Luhur Al-husna adalah pesan dari ayah Prof. Dr. Kh. Ali Maschan Moesa, M. Si beserta para gurunya. Pesan tersebut beliau diperintah untuk mendirikan lembaga yang bisa bermanfaat untuk orang banyak, khususnya untuk menimba ilmu agama salah satunya dengan mendirikan pesantren. Pesantren yang telah didirikan oleh Prof. Dr. Kh. Ali Maschan Moesa, M. Si ini dapat memberikan manfaat diantaranya: a. Membekali generasi muda dengan pengetahuan ilmu agama (religion). b. Membekali para santri dengan akhlak yang sesuai dengan ajaran agama. c. Membangun sumber daya manusia yang patuh terhadap ajaran agama. Pesantren Luhur Al-husna terletak di Kelurahan Jemurwonosari Kec. Wonocolo tepatnya di Jl. Jemur Wonosari Gang Masjid No. 42 Surabaya. Pesantren ini berjarak 100 M dari jalan utama frontage sebelah selatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pesantren Luhur Al-husna membawa pengaruh yang cukup besar didalam kehidupan masyarakat. Khususnya dalam membentengi generasi muda dari arus budaya asing yang ada sekarang ini. Bangunan Pesantren Luhur Al-husna ini berdiri di tanah 15 x 30 m yang terdiri dari komplek putra dan terdiri dari tiga lantai.[3] Mahasiswa sebagai agent of change, keberadaannya akan selalu diharapkan masyarakat. Sebagaimana santri desa yang menjalankan pendidikan tinggi di wilayah perkotaan akan selalu memperhatikan pendidikan pesantrennya seperti beberapa santri yang kuliah di kota Surabaya. Berdasar fenomena ini, beberapa mahasiswa memohon kepada Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa untuk menerapkan model pendidikan baru dan berdirilah Pesantren Luhur Al-Husna yang memberikan penekanan pada pengajaran diniyah berkurikulum perguruan tinggi. Pesantren Luhur Al-Husna hadir mempertahankan tradisi pesantren salaf dan melakukan penggabungan metode pengajaran pesantren yang bersistem sorogan dengan pengajaran perguruan tinggi yakni kajian.[4] Forum dan orientasiForum dan orientasi Pesantren Luhur Al-Husna meliputi Penguatan Peran Pendidikan Pesantren dalam lingkup masyarakat yang beragama dan kepesantrenan yang terpadu dan dinamis. ForumPesantren Luhur Al-Husna Surabaya berusaha melakukan kegiatan lintas agama dalam berbagai forum yang diadakan di lingkungan Pesantren Luhur Al-Husna. Berdasar pada beberapa kejadian radikalisme, Pesantren Luhur Al-Husna berusaha mewujudkan sebuah kedamaian antar agama. Beberapa forum perdamaian yang digalang oleh Pesantren Luhur Al-Husna adalah:
OrientasiOrientasi Pesantren Luhur Al-Husna adalah membentuk pribadi beriman, bertakwa, dan berakhlak karimah yang dapat mengabdi pada umat dengan penuh keihlasan dan berperan aktif dalam memberdayakan masyarakat. Secara Garis besar arah dan tujuan pendidikan dan pengajaran di Pesantren Luhur Al-Husna adalah:
PendidikanPembelajaranDalam sistem pendidikan di pesantrennya, KH Ali Maschan Moesa lebih mengandalkan sistem sorogan dan diskusi. Sistem ini menjadikan santri-santrinya menyimak dengan saksama. Karena sorogan yang dipakai oleh Pesantren Luhur Al-Husna adalah “sorogan tak langsung”. Artinya para santri mengulangi membaca kitab yang telah dibaca oleh Ustadz beberapa hari sebelumnya. Jadi para santri secara otomatis akan mendengarkan dengan saksama ketika sang Ustadz sedang membacakan, karena mereka harus mengulanginya secara terjadwal. Pesantren Luhur Al-Husna sangat mengutamakan penguasaan ilmu alat, nahwu dan shorof. Meski tentu saja kitab2 tafsir juga menjadi kajian utama para santrinya. Materi kependidikanKeimanan, Keislaman, Akhlak Karimah, Keilmuan, Kewarganegaraan, Kesenian & Keterampilan, Kewirausahaan, Dakwah & Kemasyarakatan, Kepemimpinan, Manajemen, Keguruan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Program pendidikan
FasilitasKompleks pesantren pada umumnya terdiri dari musholla, aula, gedung dua lantai, gedung madrasah dan kamar santri. Bangunan asrama putra bisa menampung lebih dari 200 santri. Referensi
|