Pertempuran Sufetula
Pertempuran Sufetula (bahasa Arab: معركة سبيطلة, translit. Ma'rakah Subaithulah) adalah pertempuran yang berlangsung pada 647 Masehi antara Pasukan Arab dari Kekhalifahan Rasyidin dan Kekaisaran Bizantium yang menguasai wilayah Eksarkatus Afrika.[2] Latar BelakangEksarkat Afrika berada dalam kekacauan internal karena konflik antara penduduk Kristen Kalsedon yang sebagian besar Ortodoks dan para pendukung Monotelitisme, sebuah upaya kompromi antara Kalsedonianisme dan Monofisitisme yang dirancang dan dipromosikan oleh Kaisar Heraklius pada tahun 638. Pada 642–643, pasukan Arab telah merebut Cyrenaica dan separuh timur Tripolitania, bersama dengan Tripoli. Perebutan wilayah itu di bawah perintah Khalifah Umar (memerintah 634-644) sehingga menyebabkan ekspansi Bizantium ke barat terhenti.[3] Pada 646, mantan raja Gregory the Patrician melancarkan pemberontakan melawan Kaisar Konstans II . Alasan yang jelas adalah dukungan yang terakhir untuk Monotelitisme, tetapi tidak diragukan lagi itu juga merupakan reaksi terhadap penaklukan Muslim di Mesir, dan ancaman yang ditimbulkannya ke Bizantium Afrika. Pemberontakan tampaknya mendapat dukungan luas di antara penduduk juga, tidak hanya di antara orang-orang Afrika yang diromanisasi, tetapi juga orang Berber di pedalaman provinsi. PertempuranPada tahun 647, pengganti Umar khalifah Utsman memerintahkan Abdullah bin Sa'ad untuk menyerang wilayah Eksarkatus dengan 20.000 pasukan. Pasukan Arab menaklukkan Tripolitania barat dan maju ke perbatasan utara provinsi Bizantium Byzacena. Gregory menghadapi pasukan Arab di Sufetula, tetapi ia kalah dan dibunuh.[4] Agapius dari Hierapolis dan beberapa sumber berbahasa Suryani mengklaim bahwa Gregory selamat dari kekalahan dan melarikan diri ke Konstantinopel. Dia memilih berdamai dengan Konstans. Akan tetapi sebagian besar sarjana modern menerima catatan penulis sejarah Arab tentang kematiannya dalam pertempuran. Catatan Arab juga mengklaim bahwa pasukan Muslim menangkap putri Gregory, yang berperang di pihak ayahnya. Dia dibawa kembali ke Mesir sebagai bagian dari rampasan, tetapi dia jatuh dari untanya dalam perjalanan dan kemudian meninggal.[5] Hasil
Referensi
Sumber
|