Permaisuri Wongyeong
Permaisuri Wongyeong (Hangul: 원경왕후 민씨; 11 Juli 1365 – 10 Juli 1420)[i][e] dari klan Min Yeoheung, merupakan istri utama Yi Bang-won, Raja Taejong; penguasa ketiga Dinasti Joseon, dan ibu Sejong yang Agung. Ia menjadi Permaisuri Joseon pada tahun 1400 dan dikenal sebagai Permaisuri Jeong (정비). Setelah suaminya menjadi Raja Emeritus Joseon pada tahun 1418, ia dianugerahi gelar Ibu Suri Hudeok (후덕왕대비). BiografiKehidupan awal dan pernikahanNona Min lahir pada tanggal 11 Juli 1365,[e] tahun ke-14 pemerintahan Raja Gongmin dari Goryeo, dari pasangan Min Je dan Nyonya Song dari klan Song Yeosan.[4][5] Ia merupakan anak keempat dan putri ketiga dari delapan bersaudara. Kampung halamannya berada di daerah yang kini dikenal sebagai Kaesong, Korea Utara. Nona Min terlahir dalam klan Min Yeoheung, yang merupakan salah satu klan bangsawan terkemuka pada akhir Dinasti Goryeo. Ayahnya merupakan sepupu Permaisuri Hui dari klan Yun Papyeong, permaisuri Raja Chunghye dari Goryeo, sehingga Nona Min juga bersepupu dengan Raja Chungjeong dari Goryeo.[f] Nona Min juga merupakan nenek moyang dari beberapa permaisuri Joseon melalui keturunan kakak lelaki kakeknya, Min Byeon . Min Yu kelak menjadi buyut ke-12 Permaisuri Inhyeon, buyut ke-16 Istri Pangeran Min (ibu Heungseon Daewongun), buyut ke-17 Sunmok Budaebuin (istri Heungseon Daewongun) dan Permaisuri Myeongseong, serta buyut ke-18 Permaisuri Sunmyeong. Melalui kakek buyutnya, Min Jeok , Nona Kim masih bersepupu dengan selir suaminya kelak Yi Bang-won, Raja Taejong, yaitu Selir Kerajaan Myeong dari klan Kim Andong, serta dengan Putri Mahkota Hwi, istri pertama Raja Munjong.[g] Pada tahun 1382, saat berusia 17 tahun, Nona Kim dijodohkan untuk menikahi putra kelima Yi Seong-gye dari istri pertamanya Nyonya Han dari klan Han Anbyeon, yaitu Yi Bang-won dari klan Yi Jeonju yang saat itu berusia 15 tahun.[4] Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1392, ketika Yi Seong-gye mendirikan Dinasti Joseon, suaminya menerima gelar Pangeran Jeongan[6] dan ia pun kemudian menyandang gelar Putri Jeongnyeong (정녕옹주; 靖寧翁主).[5] Keterlibatan dalam politik kerajaanPerselisihan Pertama Antar PangeranSetelah mendirikan Dinasti Joseon, Yi Seong-gye menunjuk putra bungsunya Yi Bang-seok, Pangeran Uian yang lahir dari istri keduanya, Permaisuri Sindeok, sebagai penerus takhta. Keputusan ini mendapat penolakan keras dari putra-putranya yang lahir dari istri pertamanya Permaisuri Sinui, terutama Pangeran Jeongan yang merasa lebih berhak atas posisi tersebut karena peran penting mereka dalam pendirian dinasti. Ketegangan pun memuncak antara para penentang dan pendukung Yi Bang-seok, yang dipimpin oleh Permaisuri Sindeok dan Jeong Do-jeon.[7] Pada tahun 1398, Jeong Do-jeon menerapkan undang-undang penghapusan tentara pribadi. Dengan larangan ini, para pangeran tidak lagi diizinkan memiliki senjata dan tentara pribadi. Menghadapi situasi ini, Nyonya Min diam-diam menyembunyikan senjata milik keluarga Min di rumahnya sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kerusuhan. Setelah Yi Seong-gye jatuh sakit, keluarga Min mendorong Yi Bang-won untuk melakukan kudeta. Dengan bantuan saudara iparnya, Min Mu-gu dan Min Mu-jil, serta beberapa pangeran lain seperti Pangeran Ikan dan Pangeran Hoean, Yi Bang-won melancarkan aksinya. Mereka membunuh dua saudara lelaki tirinya, yakni Pangeran Muan dan Pangeran Uian, serta menghabisi Jeong Do-jeon, Nam Eun, Shim Hyo-saeng, dan para pendukung mereka. Dengan demikian, Yi Bang-won berhasil merebut kendali pemerintahan.[7] Terkejut mendapati putra-putranya rela saling membunuh demi memperebutkan kekuasaan, ditambah rasa dukanya yang mendalam atas kematian sang istri, Raja Taejo akhirnya turun takhta dan segera mengangkat putra keduanya, Yi Bang-gwa, yang kelak menjadi Raja Jeongjong, sebagai raja yang baru.[7] Perselisihan Kedua Antar PangeranPada tahun 1400 (tahun kedua pemerintahan Raja Jeongjong), Yi Bang-gan, Pangeran Hoean melancarkan serangan terhadap Yi Bang-won, namun Yi Bang-gan akhirnya dapat dikalahkan, lalu diasingkan ke Tosan.[8] Setelah itu, Raja Jeongjong mengangkat Yi Bang-won sebagai putra mahkota dan menganugerahi gelar "Putri Mahkota Jeong" (정빈; 貞嬪; Jeongbin) kepada istri Yi Bang-won.[9] Kehidupan sebagai permaisuriPada tahun 1400, setelah Yi Bang-won menjadi raja menggantikan Raja Jeongjong yang turun takhta, Putri Mahkota Jeong diangkat menjadi permaisuri dengan gelar "Permaisuri Jeong" (정비; 靜妃; Jeongbi).[10] Konflik dengan TaejongPada awal pemerintahan suaminya, Permaisuri Wongyeong terlibat dalam pertengkaran hebat dengan sang suami terkait keputusannya untuk mengambil selir. Pada tahun 1401, ketika ia mengetahui Raja Taejong mendekati seorang dayang istana, ia begitu marah dan langsung memanggil dayang tersebut untuk diinterogasi. Kabar itu pun sampai di telinga Raja Taejong yang membuatnya marah dan mengusir para pelayan dan kasim dari istana permaisuri.[11] Pada tahun 1402, ketika mengetahui mantan pelayannya (yang kelak menjadi Selir Kerajaan Hyo dari klan Kim Cheongpung) mengandung anak Raja Taejong, Permaisuri Wongyeong langsung menugaskan pelayannya, Samdeok untuk mengawasi Selir Kim. Setelah Selir Kim melahirkan seorang putra bernama Pangeran Gyeongnyeong, Permaisuri Wongyeong dan keluarganya berusaha menindas ibu dan anak itu dengan menghalangi pemberian bantuan yang dibutuhkan pasca melahirkan. Namun, meski menghadapi banyak tekanan, Selir Kim dan putranya berhasil selamat. Pada saat itu, Raja Taejong tidak menyadari bahwa ibu dan anak itu hampir saja meregang nyawa. Setelah mengetahui penindasan yang mereka alami 13 tahun kemudian, Raja Taejong pun menghukum dan menyingkirkan dua saudara iparnya Min Mu-hyul dan Min Mu-hoe, yang terlibat dalam penindasan itu.[12] Raja Taejong mulai merasa terganggu dengan sifat cemburu istrinya yang berlebihan. Setelah mempelajari kembali aturan terkait jumlah selir serta tradisi raja-raja sebelumnya, ia akhirnya memutuskan untuk memilih selir baru,[13] yaitu Nona Kwon (yang kelak menjadi Selir Kerajaan Ui dari klan Kwon Andong), putri seorang pejabat di Sungkyunkwan. Mendengar hal ini, Permaisuri Wongyeong, yang tidak terima dengan keputusan suaminya itu, menangis sambil menarik-narik pakaian suaminya. Ia bahkan menolak makan sehingga membuat upacara pernikahan Raja Taejong dan Nona Kwon harus dibatalkan. Akibat kejadian ini, Permaisuri Wongyeong mengalami gangguan emosional dan suaminya pun harus menunda pertemuan resmi selama beberapa hari.[14] Pengasingan dan kematian keluargaRaja Taejong yang khawatir akan meningkatnya pengaruh keluarga istrinya, mengambil langkah tegas dengan menyingkirkan saudara-saudara istrinya demi memperkuat kekuasaan kerajaan. Keempat saudara laki-lakinya dieksekusi atas perintah Raja Taejong. Pada awalnya, Min Mu-gu dan Min Mu-jil hanya diasingkan masing-masing di tempat yang berbeda, pertama di Yŏnan-gun, Provinsi Hwanghae dan Jangdan-gun, Provinsi Gyeonggi,[15] lalu dipindahkan ke Yeoju dan Daegu.[16] Namun, pada tahun 1410, dua tahun setelah kematian ayah mereka, Raja Taejong memerintahkan agar dua bersaudara itu mengakhiri hidup mereka sendiri di tempat pengasingan terakhir mereka, Pulau Jeju.[17] Enam tahun kemudian, dua saudara laki-lakinya yang lain, Min Mu-hyul dan Min Mu-hoe, juga dijatuhi hukuman mati oleh Raja Taejong.[18] Tahun-tahun terakhirPada tahun 1418, suaminya turun takhta, lalu menyerahkan takhtanya kepada putra ketiga mereka Yi Do, Raja Sejong. Namun, suaminya tetap memegang kendali penuh selama tiga tahun setelahnya, serta membuat keputusan penting, termasuk mengeksekusi ayah mertua putranya, Sim On , pada tahun 1419, serta dua paman iparnya pada tahun 1418.[19] Setelah Raja Taejong menjadi Raja Emeritus, ia dianugerahi gelar "Ibu Suri Hudeok" (후덕왕대비; 厚德王大妃) oleh putranya.[20] Masa jabatannya sebagai Ibu Suri tidaklah berlangsung lama, hanya dari tanggal 10 Agustus 1418 hingga kematiannya, hampir mencapai tahun ketiga. Ibu Suri Hudeok, yang telah menjadikan suaminya raja tetapi harus merelakan saudara-saudaranya dibunuh sebagai imbalannya, meninggal pada tanggal 10 Juli 1420[e] di Balai Byeoljeon, Istana Sugang, pada usia 55 tahun.[21] Raja Taejong meninggal dunia dua tahun kemudian[22] dan mereka dimakamkan bersama di Heolleung, Distrik Seocho, Seoul. Gelar anumertaPada awalnya, Ibu Suri Hudeok dianugerahi gelar anumerta "Ibu Suri Wongyeong" (원경왕태후; 元敬王太后) pada tanggal 25 Agustus 1420.[3] Namun, pada tanggal 14 September 1420, ia dianugerahi gelar anumerta "Permaisuri Wongyeong" (원경왕후; 元敬王后) oleh putranya, Raja Sejong.[1] Pada tahun 1424, Raja Sejong menambahkan gelar Changdeoksoyeol (창덕소열; 彰德昭烈) ke dalam gelar anumertanya.[2] KeluargaOrang tua
Saudara-saudari
Pasangan
Keturunan 4 putri dan 8 putra:
Dalam budaya populer
Catatan
Referensi
Pranala luar
|