Pentur, Simo, Boyolali
EtimologiAsal usul nama Pentur diambil karena letak wilayah Pentur di dataran tinggi sehingga masyarakat bisa melihat dengan jelas daerah sekitar.Desa ini juga lebih tinggi daripada desa lain di Kecamatan Simo. Menurut cerita rakyat, nama Desa Pentur berasal dari Bahasa Arab, yakni fandzur yang berarti melihat. Konon, kata fandzur kali pertama disebutkan oleh salah satu walisongo yang terkemuka di tanah Jawa, yakni Sunan Kalijogo. Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan kata dan penyebutan kata fandzur di masyarakat sehingga nama desa itu lebih dikenal dengan nama Pentur. AdministrasiDesa Pentur terdiri dari 12 wilayah pedukuhan, diantaranya adalah Dukuh Karang, Ngroto, Pancuran, Jati Rejo (Mbete), Ringin Anom (Mbasan), Tegal Rejo, Mberan (Gumuk), Rejosari (Gentan), Pentur, Pule, Regunung, dan Kedung Puser. Batas Wilayah
PendidikanPra Sekolah
Sekolah Formal
Pendidikan Non Formal
Perpustakaan Desa Pentur Desa Pentur memiliki perpustakaan desa "Tumpi Readhouse", yang berdiri sejak tanggal 16 Juli 2012. Di perpustakaan ini terdapat 2500 koleksi buku, ratusan koleksi film, berbagai majalah dan buku referensi. Selain sebagai tempat membaca, di perpustakaan ini juga digelar berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti kegiatan pertanian dan kelompok UMKM. Potensi WisataDesa Pentur memiliki potensi wisata yang menarik untuk dikunjungi, mulai dari wisata kuliner tradisional khas pedesaan, wisata alam persawahan dan perbukitan, juga sentra kerajinan bambu. Jineman Pasar Tiban, menjadi salah satu daya tarik wisata Di Desa Pentur juga terdapat gunung yang dijadikan hutan konservasi oleh Universitas Sebelas Maret (UNS). Mata PencaharianDari sisi ekonomi sebagian besar warga Desa Pentur menjadi petani, baik yang bekerja di sawah maupun ladang, selain itu juga sentra industri kerajinan anyaman bambu yang menjadi mata pencaharian sebagian warganya. Salah satunya dimanfaatkan sebagai vas bunga anyaman bambu. Seni BudayaBeberapa kesenian hidup di desa ini, berbagai upacara adat seperti bersih desa dengan pagelaran wayang kulit masih dilaksanakan setiap tahunnya, selain itu kesenian reog, musik dan seni lukis juga menjadi nafas kegiatan kesenian di desa ini.
|