Penopang (heraldik)

Elang Jawa sebagai penopang tunggal dalam Lambang Negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila
Meterai kota Berlin tahun 1280, memuat gambar lambang kebesaran Brandenburg diapit dua ekor beruang sebagai penopang
Standesscheibe kota Solothurn, ca. 1520, memuat gambar dua ekor singa sebagai penopang
Lambang kebesaran kerajaan Inggris terdahulu, diapit gambar singa dan naga sebagai pendukung, dari lukisan Raja Edward VI, ca. 1547

Penopang dalam heraldik adalah gambar makhluk atau benda yang lazimnya ditampilkan pada kedua sisi perisai sehingga tampak seakan-akan sedang menopang perisai.

Bentuk-bentuk penopang tertua didapati pada cap dan meterai peninggalan Abad Pertengahan. Meskipun demikian, tidak seperti mahkota ningrat, ketopong, dan jambul, penopang bukanlah bagian dari heraldik pada Awal Abad Pertengahan. Sebagai bagian dari kelengkapan lambang kebesaran, penopang pertama kali lazim digunakan menjelang akhir abad ke-15, tetapi bahkan pada abad ke-17 sekalipun penopang belum menjadi salah satu unsur kelengkapan lambang kebesaran yang dianggap perlu untuk ditampilkan. Sebagai contoh, penopang tidak ditampilkan dalam Siebmachers Wappenbuch (Armorial Siebmachers) tahun 1605.

Gambar penopang dapat diambil dari sosok satwa khayali, manusia, dan sesekali tumbuh-tumbuhan atau benda mati, misalnya gambar pilar-pilar Herkules pada lambang negara Spanyol. Sebagaimana unsur-unsur heraldik lainnya, penopang sering kali memiliki signifikansi yang bersifat lokal, misalnya gambar nelayan dan penambang timah yang dianugerahkan kepada Dewan County Cornwall, atau memiliki keterkaitan sejarah, misalnya gambar singa dari Inggris dan gambar unikorn dari Skotlandia dalam dua variasi lambang kebesaran Kerajaan Inggris Raya. Lambang kebesaran ahli gizi, John Boyd-Orr, menampilkan gambar dua berkas gandum sebagai penopang, lambang kebesaran USS Donald Cook menampilkan gambar sepasang peluru kendali sebagai penopang, dan lambang kebesaran negara bagian Rio Grande do Norte di Brazil menampilkan gambar dua batang pohon sebagai penopang.[1] Huruf-huruf alfabet digunakan sebagai penopang dalam lambang kebesaran kota Valencia di Spanyol. Gambar manusia sebagai penopang dapat pula berwujud sosok-sosok yang melambangkan gagasan tertentu, atau yang lebih jarang lagi, berwujud orang-orang yang diberi nama tertentu.[2]

Lazimnya lambang kebesaran menampilkan gambar sepasang penopang mengapit perisai, tetapi ada pula penopang tunggal yang ditampilkan di belakang perisai, misalnya burung Garuda pada lambang negara Indonesia dan burung Rajawali Kekaisaran pada lambang kebesaran Kekaisaran Romawi Suci. Lambang kebesaran Republik Kongo menampilkan gambar penopang yang sangat tidak lazim, yakni sepasang penopang di belakang perisai.[3] Lazimnya penopang tunggal berwujud burung elang atau rajawali[4] berkepala satu atau dua, tetapi ada pula penopang tunggal dalam wujud lain, misalnya gambar cathedra pada lambang-lambang kebesaran sejumlah katedral di Kanada.[5] Contoh penopang yang jauh lebih tidak lazim, bahkan lebih langka lagi, adalah gambar tiga penopang pada lambang kebesaran Kepala Perkauman Dundas di Skotlandia, yakni dua ekor singa merah pada kedua sisi perisai dan seekor salamander menopang keseluruhan lambang kebesaran. Lambang kebesaran Islandia bahkan menampilkan empat penopang.[6]

Konteks pemasangan gambar penopang dapat saja berbeda-beda, meskipun hak untuk memasangnya diperoleh sebagai semacam tanda kehormatan tambahan karena diterima menjadi anggota tarekat kesatria atau karena ditetapkan oleh jawatan heraldik, misalnya gambar penopang dalam tatanan heraldik Inggris tradisional.

Sikap

Penopang berwujud satwa sudah lumrah digambarkan dalam sikap menerkam sehingga tidak perlu diuraikan dalam jabaran lambang kebesaran, meskipun ada beberapa pengecualian. Salah satu contoh penopang berwujud satwa yang tidak digambarkan dalam sikap menerkam adalah gambar paus pada lambang kebesaran Kotapraja Zaanstad.[7]

Perkembangan penopang

Para penulis terdahulu melacak asal-usul penopang sampai pada penggunaan penopang dalam turnamen. Kesatria peserta turnamen wajib memampangkan perisainya untuk diperiksa. Perisai dijaga oleh para kacung atau para pelayan kesatria dalam pakaian yang aneh-aneh. Meskipun demikian, banyak meterai Skotlandia dari abad ke-13 dan ke-14 yang menampilkan gambar perisai diapit dua makhluk berwujud kadal atau naga. Sebelum tahun 1316, meterai Jean le Bon, Adipati Normandie, putra tertua Raja Prancis, menampilkan lambang kebesarannya, yang bercorak Prancis kuno berbingkai merah diapit dua ekor singa menerkam membelakangi perisai, dan seekor rajawali dengan sayap terbentang bertengger di atas perisai.

Kanada

Di Kanada, para Companions (Perwira) Order of Canada (Tarekat Kanada), para Commanders (Komandan) Order of Military Merit (Tarekat Mahaputra Militer Kanada), para Commanders (Komandan) Royal Victorian Order (Tarekat Kerajaan Viktoria), yakni orang-orang yang dianugerahi sebutan The Right Honourable (Yang Sangat Terhormat), serta badan-badan hukum dianugerahi gambar penopang pada lambang-lambang kebesaran mereka.[8][9] Pada saat pensiun dari jabatannya selaku Chief Herald of Canada (Kepala Jawatan Heraldik Kanada), Robert Watt dianugerahi tanda kehormatan berupa gambar penopang pada lambang kebesarannya.[10]

Prancis

Di Prancis, penopang dibedakan menjadi support, tenant, dan soutien. Support adalah penopang berwujud satwa atau satwa khayali, tenant adalah penopang berwujud manusia atau malaikat, sementara soutien adalah penopang berwujud pohon atau benda-benda mati.

Selandia Baru

Para kesatria New Zealand Order of Merit (Tarekat Mahaputra Selandia Baru) yang berpangkat Grand Companion (Perwira Menengah) dan Principal Companion (Perwira Tinggi) dianugerahi gambar penopang pada lambang kebesaran mereka.[11]

Kerajaan Inggris Raya

Di Inggris, penopang mula-mula hanya dianggap sedikit lebih penting dari hiasan belaka.

Di Kerajaan Inggris Raya, penopang biasanya merupakan tanda kehormatan khusus dari kerajaan, yang dianugerahkan atas nama kepala negara.[12] Penopang pusaka keluarga biasanya cuma ada di kalangan bangsawan bergelar pusaka, anggota-anggota kerabat istana tertentu, dan sejumlah kepala kaum di Skotlandia. Penopang yang bukan pusaka keluarga, atau penopang tak terwariskan, dianugerahkan kepada para bangsawan tanpa gelar pusaka, para kesatria serta para Lady Tarekat Sabuk Mojah dan Tarekat Waga-Waga, para kesatria serta para Dame Salib Agung Tarekat Petirtaan, Tarekat Santo Mikhael dan Santo Georgius, Tarekat Kerajaan Viktoria, Tarekat Kekaisaran Britania, serta para Bailiff dan Dame Salib Agung Tarekat Santo Yohanes. Para kesatria berpanji juga dianugerahi penopang tak terwariskan, tetapi tidak ada lagi orang yang dilantik menjadi kesatria berpanji sejak masa pemerintahan Raja Charles I.

Penopang juga dianugerahkan kepada badan-badan yang memiliki piagam kerajaan.

Contoh

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ "Rio Grande do Norte - Brasão de Rio Grande do Norte (coat of arms, crest)". www.ngw.nl. Diakses tanggal 18 March 2018. 
  2. ^ "Flags of the World — Blumenau, Santa Catarina (Brazil)". fotw.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 July 2008. Diakses tanggal 18 March 2018. 
  3. ^ "Heraldry of the world - Congo_(Brazzaville)". www.ngw.nl. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-04. Diakses tanggal 18 Maret 2018. 
  4. ^ e.g. Perth & Kinross District Council (Scotland) at Heraldry of the World
  5. ^ General, The Office of the Secretary to the Governor. "Saint Paul's Cathedral [Civil Institution]". archive.gg.ca. Diakses tanggal 18 Maret 2018. 
  6. ^ Islandia di Heraldry of the World
  7. ^ Zaanstad di Heraldry of the World
  8. ^ A Canadian Heraldric Primer Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine., hlm. 9
  9. ^ McCreery, Christopher (2008). On Her Majesty's Service: Royal Honours and Recognition in Canada. Toronto: Dundurn Press. hlm. 76. Diakses tanggal 28 April 2012. 
  10. ^ "Organizing The Term Paper – mbmpl". www.scotsheraldry.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-13. Diakses tanggal 18 March 2018. 
  11. ^ "Statutes of the New Zealand Order of Merit (1996), article 50". legislation.govt.nz. Diakses tanggal 8 December 2016. 
  12. ^ Charles Boutell dan Arthur Charles Fox-Davies (2003). English Heraldry. Kessinger. hlm. 238. ISBN 0-7661-4917-X. 
Kembali kehalaman sebelumnya