Penemuan makam Tutankhamun

Penemuan makam Tutankhamun

Penemuan Makam Firaun Mesir kuno Tutankhamun di Luxor adalah salah satu penemuan paling terkenal dalam arkeologi modern.[1]

Sejarah

Polemik kepercayaan Tut lahir di era kekuasaan Dinasti ke-18 yang dipimpin Raja Amenhotep IV yang berupaya merombak tatanan kepercayaan atau ketuhanan, yakni sekitar tahun 1550-1295 SM. Menurut National Geographic, Amenhotep mengangkat dewa matahari baru bernama Aten dan mengabaikan dewa-dewa lain yang sebelumnya disembah rakyat dengan penuh penghormatan. Ia juga mengubah namanya menjadi Akhenaten untuk menghormati dewa baru tersebut. Tut, yang diyakini merupakan puteranya, juga mendapatkan nama pertama Tutankhaten, sebelum akhirnya berubah. Meskipun pemuka agama tidak menyetujui langkah Amenhotep itu, sang raja terus melanjutkan niatnya hingga meninggal sekitar tahun 1336 SM. Tut, yang pada saat itu berusia sembilan tahun, kemudian naik takhta. Diduga Tut mendapat pengaruh dari para pemuka agama hingga mengembalikan konsep kepercayaan sebelumnya. Dewa-dewa yang disingkirkan oleh ayahnya kembali diagungkan. Ia juga mengganti nama menjadi Tutankhamun yang berarti "gambar hidup Amun" di mana Amun merujuk pada Dewa Matahari Mesir pada masa itu.[2]

Referensi

  1. ^ "Kisah penggalian makam Firaun Tutankhamun dan sayatan pertama yang membedah mumi Tutankhamun". BBC News Indonesia. Diakses tanggal 2024-02-17. 
  2. ^ Media, Kompas Cyber (2023-02-16). "16 Februari 1923, Penemuan Makam Firaun Tutankhamun Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-02-17. 
Kembali kehalaman sebelumnya