Pemisahan Universitas Katolik LeuvenUniversitas Katolik Leuven adalah salah satu universitas terbesar di Belgia. Pada mulanya bahasa yang digunakan di universitas ini adalah bahasa Prancis, walaupun universitas ini terletak di wilayah berbahasa Belanda. Pada tahun 1967-68, terjadi sebuah krisis yang dikenal dengan sebutan Skandal Leuven atau Affaire de Louvain dalam bahasa Prancis dan Leuven Vlaams dalam bahasa Belanda. Sekitar 30.000 aktivis Flandria melakukan aksi di Antwerpen pada 5 November 1967 yang menuntut agar Universitas Katolik Leuven hanya memakai bahasa Belanda. Setelah keberhasilan unjuk rasa ini, mahasiswa Flandria juga berdemo di Leuven untuk menuntut hal yang sama. Pemerintahan Paul Vanden Boeynants dan Gereja Katolik menentang pemisahan universitas ini menjadi dua dan mencoba mencari titik temu, tetapi hal ini menjadi sulit karena pihak yang mendukung dan menentang pemisahan menjadi semakin radikal. Perundingan antar kedua pihak yang berseteru ini dilangsungkan pada Januari dan Februari 1968, tetapi kemudian mengalami kegagalan setelah Uskup Brugge Emiel Jozef De Smedt menyampaikan pidato yang mendukung pemisahan. Pada 6 Februari, pemerintahan Vanden Boeynants bubar akibat krisis ini. Setelah pemilu yang digelar pada Maret 1968, Gaston Eyskens menjadi Perdana Menteri. Ia mengumumkan pada 24 Juni bahwa bagian dari universitas yang berbahasa Prancis akan dipindah ke luar Leuven. Universitas ini dipindahkan ke sebuah kota terencana di Wallonia yang disebut "Leuven Baru" (Louvain-la-Neuve). Kemudian pemisahan universitas ini diresmikan, dan kini terdapat dua universitas dengan nama Leuven, yaitu Université catholique de Louvain (UCL) dan Katholieke Universiteit Leuven (KUL). Daftar pustaka
|