Pembunuhan Permaisuri Myeongseong
Sekitar pukul 6 pagi pada tanggal 8 Oktober 1895, Ratu Min, permaisuri raja Joseon Gojong, dibunuh oleh sekelompok agen Jepang di bawah pimpinan Gorō Miura. Setelah kematiannya, ia secara anumerta diberi gelar "Kaisarina Myeongseong". Penyerangan tersebut terjadi di istana kerajaan Gyeongbokgung di Seoul, Joseon. Peristiwa ini dikenal di Korea sebagai Insiden Eulmi.[a] Pada saat kematiannya, sang ratu telah memperoleh kekuasaan politik yang bisa dibilang lebih besar daripada suaminya.[2] Akibatnya, sang ratu dikelilingi oleh banyak musuh dan lolos dari sejumlah upaya pembunuhan. Di antara lawan-lawannya adalah ayah dari raja Gojong sendiri, Heungseon Daewongun, menteri-menteri istana yang pro-Jepang, dan resimen tentara Korea yang telah dilatih oleh Jepang: Hullyeondae. Beberapa minggu sebelum kematiannya, Jepang mengganti utusan mereka ke Korea dengan yang baru: Gorō Miura. Miura adalah seorang mantan militer yang mengaku tidak berpengalaman dalam diplomasi, dan dilaporkan merasa frustrasi ketika berurusan dengan sang ratu.[3] Setelah sang ratu mulai menyelaraskan Korea dengan Kekaisaran Rusia untuk mengimbangi pengaruh Jepang, Miura membuat kesepakatan dengan Kenzō Adachi dari surat kabar Kanjō shinpō dan Daewongun untuk melaksanakan pembunuhan terhadap sang ratu.[4][5] Para agen Jepang diizinkan masuk ke istana oleh garda Korea yang pro-Jepang. Begitu mereka masuk, mereka langsung menghajar dan mengancam keluarga kerajaan dan penghuni istana saat mereka mencari keberadaan sang ratu. Dua wanita yang diduga sebagai sang ratu dibunuh. Ketika keberadaan sang ratu akhirnya ditemukan, pembunuhnya langsung melompat ke dadanya sebanyak tiga kali, lalu membelah kepalanya dengan pedang.[6][7] Beberapa pembunuh kemudian menjarah istana, sementara yang lain melumuri mayatnya dengan minyak dan membakarnya.[6] Pemerintah Jepang kemudian menangkap para pembunuh atas tuduhan pembunuhan dan konspirasi untuk melakukan pembunuhan. Saksi non-Jepang tidak dipanggil,[8] dan pengadilan mengabaikan bukti dari para penyelidik Jepang, yang telah merekomendasikan agar para pembunuh tersebut dinyatakan bersalah.[9] Para terdakwa kemudian dibebaskan dari semua tuduhan, meskipun pengadilan mengakui bahwa para terdakwa telah berkonspirasi untuk melakukan pembunuhan.[10] Miura sendiri kemudian berkarier di pemerintahan Jepang, di mana ia akhirnya menjadi Menteri Komunikasi. Pembunuhan dan persidangan tersebut memicu keterkejutan dan kemarahan domestik dan internasional.[8][11][12] Sentimen kemudian bergeser melawan Jepang di Korea; raja Gojong melarikan diri dengan mencari perlindungan di legasi Rusia dan milisi anti-Jepang bangkit di seluruh semenanjung. Meskipun penyerangan tersebut merugikan posisi Jepang di Korea dalam jangka waktu yang pendek, hal tersebut pada akhirnya juga tidak dapat mencegah penjajahan Jepang terhadap Korea pada tahun 1910. CatatanReferensi
Sumber
|