Papilio gigon

Papilio gigon
Ilustrasi yang menggambarkan a. dan b Papilio gigon, c. Papilio rama (sekarangGraphium arycles (Boisduval, 1836)), d. Papilio melanthus (sekarang subspesies dari Graphium codrus (Cramer, [1777])) dan e. Papilio bermocratesa , kesalahejaan dari hermocrates (sekarang Graphium aristeus hermocrates (Felder & Felder, 1865))
Klasifikasi ilmiah Edit this classification
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Lepidoptera
Famili: Papilionidae
Genus: Papilio
Species:
P. gigon
Nama binominal
Papilio gigon
C & R. Felder, 1864

Papilio gigon merupakan spesies kupu-kupu dari famili Papilionidae. Kupu-kupu ini memiliki sebaran yang terbatas di kawasan kepulauan Indonesia Timur, terutama Sulawesi, Sula dan Talaud, dimana kupu-kupu ini sangat umum ditemukan di kawasan tersebut.[1][2]

Deskripsi

Kupu-kupu ini memiliki sayap yang lebar dengan bentangan sayap selebar 120-130 mm. Memiliki warna latar hitam dengan corak kuning atau kehijauan yang melintang dari sayap atas menuju sayap bawah. Pada sayap bawah terdapat perpanjangan menyerupai ekor, yang berukuran lebih panjang pada kupu-kupu jantan.[3]

Kebiasaan makan

Larva dari Papilio gigon memiliki kebiasaan memakan daun dari pohon Citrus sp.[3] Selain itu, larva kupu-kupu ini juga diketahui memakan daun pohon Euodia latifolia, Euodia roxburghiana, and Glycosmis pentaphylla.

Subspesies

Referensi

  1. ^ "Papilionidae of the World: a pictorial summary". http://www.swallowtails.net/.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan);
  2. ^ Koneri, Roni; Nangoy, Meis Jacinta; Maabuat, Pience Veralyn; Wakhid (2023). "Butterfly species in Bogani Nani Wartabone National Park, North Sulawesi, Indonesia". Biodiversitas. 24 (2): 1242–1251. doi:10.13057/biodiv/d240266. ISSN 2085-4722. 
  3. ^ a b Handayani, Sudi Achmad; Kadriansyah; Bachri, Saiful; Ismail, Taufik; Sukmawati; Jasmin, Eric Indra; Shagir, Kama Jaya (2015). Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Maros, Sulawesi Selatan: Balai TN. Bantimurung Bulusaraung. hlm. 39. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya