Pan Putu Budihartini

PAN PUTU BUDIHARTINI adalah Pendiri dan Pinisepuh dari Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Dharma Murti. Ia lahir di Banjar Tengah, Desa Kerambitan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada tanggal 11 November 1947. Ia memiliki nama kecil bernama I Made Bakri. Ia adalah anak kedua, laki-laki sendiri, dari lima bersaudara dari pasangan Pan Lodri dan Men Lodri.

Ia beragama Hindu dengan pendidikan terakhir berada di jenjang Sekolah Rakyat (SR) atau disebut Sekolah Dasar (SD) saat ini. Pada tanggal 16 September 1957, ia dan saudara-saudaranya mengikuti kedua orangtuanya untuk transmigrasi ke Provinsi Lampung, tepatnya di Desa Rama Dewa II, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. "Dulu Desa Rama Dewa itu adalah hutan belantara. Kami meratakan dan membersihkan hutan itu agar dapat dibangun rumah untuk kami tinggali kala itu," ucapnya. "Pada tahun 1959, Ayah saya meninggal dunia, sehingga praktis sekolah saya pun terputus karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan," imbuhnya lagi.

Menurut Pan Putu Budihartini, ia terlahir memang dari keluarga yang miskin dan tidak berkecukupan. Jangankan untuk bersekolah, untuk hidup sehari-hari saja terasa sulit baginya. Akhirnya pada tahun 1960, ibu kandungnya menikah lagi dengan orang dari Desa Rama Murti, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Sebuah desa yang terletak di satu kecamatan yang sama. Akhirnya ia hidup bersama saudara-saudaranya itu di rumah gubug, beratap alang-alang dan bocor, dan tidak punya apa-apa. Kala itu, ia masih berusia 12 tahun. "Jika saya mengingat kejadian-kejadian di masa lalu, saya seringkali meneteskan air mata. Saya terenyuh, sedih, dan hanya bisa menangis atas perjalanan kehidupan yang telah saya lalui itu," ucapnya lagi.

Pada tahun 1963, ia berusia 16 tahun. Oleh karena, situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada saat itu rawan, maka ia bersama teman-temannya di satu desa belajar seni bela diri yaitu pencak silat dengan pelatih yang bernama Pan Sujana (asal Singaraja, Bali) selama kurang lebih 1 tahun hingga akhirnya tamat. Ada 12 peserta yang ikut belajar seni bela diri pencak silat itu, 6 diantaranya tamat sedangkan sisanya tidak tamat karena berhenti di tengah jalan.

Pada tahun 1965, ia berusia 18 tahun. Ketika itu ada pergolakan G30S/PKI atau yang disebut Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia. Oleh Kepala Desa, ia diangkat menjadi Anggota Pertahanan Sipil (Hansip) atau yang kini bernama Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas) untuk membantu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dan membantu mengamankan lingkungan sekitar. "Pada saat ini, saya sangat tekun mempelajari ajaran Agama Hindu yang meliputi Veda, Sarasamuccaya, Bhagavad Gita, Kakawin Ramayana, Kakawin Arjuna Wiwaha, dan rajin melakukan Puja Tri Sandhya sebanyak 3x sehari.

Daftar Pustaka

  1. Pan Putu Budihartini. 2003. AKSARA ANG, Budaya Spiritual Bali yang Universal Tersirat pada Kanda Empat Buta Seri 03 : Penerbit Dharma Murti, Lampung Tengah
Kembali kehalaman sebelumnya