Pakaian Adat Jawa Timur
Meski terlihat sama, akan tetapi pakaian kedua suku ini berbeda. Pakaian adat Madura digunakan masyarakat Madura yang berada di pulau Madura dan masyarakat Pendalungan di kawasan Tapal kuda Jawa, sedangkan pakaian adat suku Panaraga digunakan oleh masyarakat Panaraga yang berada di Kareidenan Madiun, Kerasidenan Kediri dan Kerasidenan Surakarta dan Tapal Kuda.[2] meskipun demikian, masing-masing suku memiliki pakaian bangsawan tersendiri. Akan tetapi dalam konteks pakaian adat jawa timur yang ditetapkan adalah pakaian kerakyatan yang digunakan oleh 2 komunitas kebudayaan yang besar di Jawa Timur yakni suku Madura dan Sub Suku Panaraga, meskipun terdapat komunitas kebudayaan lainnya seperti sub suku Arekan, Osing, Mataraman, Tengger, Bawean dan Samin.[3] Pakaian Adat Sub Suku PanaragaPakaian Pria
Pakaian Perempuan
Sedangkan untuk pakaian adat resmi perempuan Panaraga, selama beberapa dekade mengalami perubahan seperti mengenakan kebaya lurik, kebaya warna kuning, hijau hingga pink magenta yang kurang matching dengan setelan adat pria. Sehingga Anas Arrosyid Hanafi berasal Plalangan yang merupakan seniman Reog di Gresik merupakan pengurus Parogo, Paguyuban Reyog Ponorogo membuat beberapa desain pakaian untuk perempuan sebagai pendamping penadon pria, karena banyak senimanwati reog mengenakan Penadon pria saat kegiatan seni Reog. kemudian tahun 2018 akhir salah satu desain tersebut dijahit oleh Wenas Sudirman Paju, seorang seniman Reog Jathil Lanang yang juga pengurus Parogo, sehingga kebaya Penadon adat Panaraga tercipta yang kemudian digunakan berbagai acara Parogo.[4] Pada tahun 2023 PKK Ponorogo membuat lomba pakaian pendamping penadon, kemudian ditetapkanlah sebagai pakaian adat Panaraga yang digunakan kegiatan resmi pemerintah Ponorogo.[5] Pakaian Adat suku MaduraPakaian Pria
Pakaian Perempuan
Pada umumnya pakaian adat madura lebih dikenal dengan pakaian Sakera dan Marlena, merujuk pada tokoh keturunan Madura di tapal kuda.[6][1]
|