Pabrik Gula Sudono

Pabrik Gula Soedhono adalah Pabrik Gula (PG) yang berlokasi di Desa Tepas, Kecamatan Geneng, Ngawi yang didirikan pada tahun 1888 oleh perusahaan Verenigde Vorstenlandsche Cultuur Maatschappij (VVCM). Pabrik ini berada dibawah PT. Perkebunan Nusantara XI (Persero).[1]

Sejarah Singkat Berdirinya Pabrik

Pabrik Gula Soedhono adalah pabrik gula yang produksinya berbasis tebu dan telah beroperasi sejak tahun 1888. Pabrik Gula Soedhono didirikan pada tahun 1888 oleh perusahaan Verenigde Vorsendsche Cultuur Maatschappij (VVCM). Pada tanggal 10 Desember 1957, direksi sebagai pimpinan tertinggi perusahaan negara yang berpusat di Jakarta melakukan perubahan struktur organisasi perkebunan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan status PG Soedhono menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1/1962 dan Nomor 2/1962 tentang Perusahaan Negara maka PG Soedhono berubah dari PPN menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP).

Tanggal 2 Mei 1981 berdasar Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 tahun 1972 (Lembaran Negara RI Nomor 7 tahun 1972) yang menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Negara Perkebunan XX menjadi Persero, sehingga terjadi perubahan status dari Perusahaan Negara menjadi Persero PTP XX (Perseroan Terbatas Perkebunan). Berdasarkan SK Pengesahan dari Menteri Kehakiman RI Nomor C2-7749-HT-01-01 tahun 1983, telah disahkan berdirinya PTP XX menjadi badan hukum untuk waktu 75 tahun terhitung sejak tanggal 3 Desember 1983. Dalam surat edaran Nomor XX-SURED/96.001, dengan berdasar pada Peraturan Pemerintah Nomor 16/1996 tanggal 14 Februari 1996 maka PTP XX dan PTP XXIV-XXV (Persero) telah dibubarkan dan tanggal 11 Maret 1996 dibentuk perusahaan baru dengan nama PTP Nusantara XI (Persero) dengan alamat di Jalan Merak 1 Surabaya.

Gambaran Umum PG Soedhono

Konsumsi gula nasional saat ini sedang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dalam menghadapi situasi tersebut kenaikan akan produktivitas gula mutlak diperlukan. Untuk itu pabrik gula soedhono terus berupaya meningkatkan faktor internal dan eksternal. Faktor internal menyangkut produktivitas lahan, kapasitas dan efisiensi pabrik, manajemen, dan sumber daya manusia. sedangkan faktor eksternal dengan mempekerjakan tenaga kerja dilingkungan pabrik gula untuk mengurangi jumlah pengangguran. Disisi lain sumber daya alam (lahan dan air) yang diperlukan untuk tanaman tebu semakin berkurang sedangkan produksi gula dituntut untuk terus meningkat guna mengimbangi peningkatan konsumsi gula yang semakin bertambah sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Untuk bangun kembali, kita masih menghadapi berbagai permasalahan, seperti (1) kesulitan mempertahankan dan memperluas areal, (2) kendala kultural di masyarakat yang menyebabkan tidak lancarnya adopsi teknologi yang tersedia, dan (3) kendala-kendala teknis di lapangan (kebun maupun pabrik).

Keberadaan PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) Pabrik Gula Soedhono telah memberikan kontribusi yang antara lain dalam bentuk:

  1. Sebagai pencipta lapangan kerja dengan jumlah karyawan 1.489 orang.
  2. Multiplier effects yang diciptakan melalui tumbuhnya kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar.
  3. Bantuan pembangunan infrastruktur di daerah / pedesaan.
  4. Pajak, retribusi, iuran dan deviden kepada Negara.

Dalam musim giling tahun 2005 maupun tahun-tahun sebelumnya PG Soedhono mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja seiring dengan kenaikan jumlah areal tanaman tebu. Adapun jumlah tenaga kerja PG Soedhono saat ini sebagai berikut:

  • Golongan I-IV = 369 orang
  • Karyawan Honorer = 3 orang
  • Karyawan Musiman = 472 orang
  • Karyawan PKWT = 141 orang
  • Karyawan Borong = 504 orang
  • Jumlah = 1.489 orang

Saat ini Pabrik Gula Soedhono memberi manfaat tidak kurang terhadap 285.780 orang dengan asumsi 1 orang menghidupi 3 orang lainya dengan rincian:

  1. Kegiatan tebang angkut dengan asumsi 1 orang tenaga tebang dapat menebang dan memuat tebu 0,4 ton per hari untuk kapasitas 21.000 ton per hari = 21.000/0,4 x 4 = 210.000 orang
  2. Multiplier Effects untuk masyarakat sekitar Pabrik Gula dan di wilayah kerja afdeling ± 50 orang = 50 x 4 = 200 orang.
  3. Pemasok jasa angkutan dan barang ke pabrik gula 145 orang x 4 = 580 orang
  4. Tenaga kerja kebun rata-2 per hektare 800 orang selama 190 hari kerja efektif = 800/190 x 4.487,9 hektare x 4 = ± 75.000 orang

Armada yang dipakai

Dalam setiap musim giling PG Soedhono sudah tidak mengaktifkan lagi loko yang ada untuk menarik tebu dari kebun ke pabrik, hal ini sebagai dampak dari usia loko dan mahalnya biaya perawatan. Untuk mengatasi hal tersebut PG Soedhono menggunakan armada truck untuk mengangkut tebu dari kebun ke pabrik dengan sistem kontrak. Hal ini dapat menghemat biaya pemeliharaan serta mempercepat proses penggilingan tebu. Pada tahun ini jumlah armada yang dipakai dari jumlah tebu digiling sebanyak 160 truck.

Armada Lokomotif

Berikut daftar Armada Lokomotif/Lori milik Pabrik Gula Soedhono

Nomor Merek Tahun Pembuatan Seri Roda Tenaga Status
1 J.A Maffei 1910 0-8-0T Uap Dirucat
2 Arn. Jung 1924 0-6-0 Uap Afkir, Disimpan
3 Orenstein & Koppel 1913 0-6-0T Uap Aktif, Berjalan ketika disewa
4 J.A Maffei 1910 0-8-0T Uap Dipreservasi, Dijadikan Monumen dengan Boiler dari salah satu Lokomotif Jung milik PG Sudhono yang telah Afkir
5 Orenstein & Koppel 1899 0-4-0T Uap Dirucat
(6) Orenstein & Koppel 1922 0-8-0T Uap Dirucat
6 Arn. Jung 1924 0-6-0 Uap Afkir, Disimpan (dulu menggunakan nomor 7)
9 Henschel & Sohn 1926 0-4-0T Uap Afkir, Disimpan
10 Orenstein & Koppel 1901 0-4-2 Uap Dirucat, eks-Rejosari 3
(2) J.A Maffei 1910 0-8-0T Uap Dirucat
(9) Arn. Jung 1924 0-6-0 Uap Dirucat
(10) Orenstein & Koppel 1925 0-4-0T Uap Dirucat
1 Henschel & Sohn 1941 4wDM Diesel Aktif
2 Henschel & Sohn 1941 4wDM Diesel Aktif
3 Christoph Schöttler Maschinenfabrik 1972 6wDH Diesel Aktif
4 Christoph Schöttler Maschinenfabrik 1972 6wDH Diesel Aktif
5 Christoph Schöttler Maschinenfabrik 1972 6wDH Diesel Aktif

UKL & UPL

Dalam usaha mencegah timbulnya kasus pencemaran / perusakan lingkungan baik disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam maupun pembuangan limbah industri berupa limbah padat, cair dan gas, pabrik gula Soedhono telah melaksanakan ketentuan yang ada yaitu melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan dalam bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) & Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dengan berpedoman pada kebijaksanaan peraturan perundangan dalam pengendalian dan penanggulangan dampak yang ditimbulkan dari kegiatan proses penggilingan tebu, hal tersebut juga diikuti dengan pembuatan surat izin pembuangan air limbah No.188/27/415.011/2005 tanggal 13 April 2005 yang dikeluarkan oleh Bupati Kabupaten Ngawi dengan masa berlaku sd tanggal 28 Maret 2008. Dalam tahun 2005 telah dilakukan sample ulang oleh petugas PG Soedhono bekerjasama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Brawijaya Malang dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Surabaya dengan mengacu pada Baku Mutu berdasarkan kepada SK Gubernur Jatim No. 129/1996 dan SK Menkes 718/1987 untuk tingkat kebisingan. Dari hasil riset tersebut kualitas udara ambient di lokasi sekitar PG Soedhono cukup baik, tanpa ada kontaminasi dari zat-zat berbahaya dan semua nilai parameter kualitas udara masih dibawah baku mutu yang telah ditetapkan.

Peluang usaha dalam industri gula masih sangat menjanjikan sepanjang gula sebagai komoditas strategis pasarnya mendapatkan proteksi yang memadai dari pemerintah sebagaimana yang terjadi di hamper semua bagian dunia. Namun tidak berarti bahwa dengan adanya proteksi tersebut PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) Pabrik Gula Soedhono mengabaikan soal kualitas dan tuntutan pasar. Manajemen perusahaan akan terus berusaha meningkatkan kinerjanya melalui berbagai usaha, antara lain dengan mengoptimalkan kinerja pabrik serta melakukan aliansi dengan mitra strategis maupun petani tebu sebagai pemasok bahan baku.

Bergabung Dengan PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN)

PT Sinergi Gula Nusantara (PT SGN) atau lebih sering dikenal dengan sebutan Sugar Co adalah Sub Holding Komoditi Gula PTPN III (Persero) Holding Perkebunan yang ditugaskan untuk mengelola seluruh Pabrik Gula yang ada di lingkungan PTPN Group, didirikan sebagai wujud dari salah satu proyek strategis nasional (PSN) dan adalah satu dari 88 Program Kementerian BUMN tahun 2020-2023 untuk mendukung akselerasi Program Ketahanan Pangan khususnya tercapainya swasembada gula nasional.

Pada awal berdirinya PT SGN tanggal 17 Agustus 2021, saham perusahaan dimiliki oleh PTPN III (Persero) Holding Perkebunan dan PTPN XI.

Pada tanggal 10 Oktober 2022 seiring dengan dilakukannya spin off 36 pabrik gula milik tujuh anak usaha PTPN Group, yaitu PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV kedalam PT SGN, maka komposisi kepemilkan saham SGN dimiliki oleh 8 (delapan) PTPN yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, PTPN XIV serta PTPN III (Persero) Holding Perkebunan.

Konsep profesionalitas, sinergi, efisien dan efektif menjadi acuan PT SGN dalam mengelola seluruh pabrik gula miliknya yang terbentang dari Sumatera Utara , Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, disamping penerapan –nilai-nilai AKHLAK dalam setiap aspek operasional perusahaan, untuk menciptakan operational excellent guna mendukung program swasembada gula nasional.

2020 Adanya tantangan operasional dan finansial Perusahaan dengan melonjaknya impor gula pada tahun 2020. Pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara merupakan satu dari 88 program Kementerian BUMN 2020-2023 dengan cita-cita meningkatkan produksi gula agar tidak impor dan mengembalikan kejayaan industri gula Indonesia seperti pada 1930.

2021 Peresmian PT Sinergi Gula Nusantara

• Agustus – PT Sinergi Gula Nusantara sebagai cangkang sudah berdiri pada 17 Agustus 2021 terdiri ( 2 PTPN)

2022 Spin Off PT Sinergi Gula Nusantara

• Oktober – PT Sinergi Gula Nusantara telah melakukan Spin Off pada 10 Oktober 2022

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya