Nyamplung
Nyamplung[2] (Calophyllum inophyllum) adalah sejenis pohon Bintangur yang hidup di pesisir yang berpasir dan berbatu karang, kulit pohonnya dapat digunakan untuk obat, kayunya keras, digunakan untuk bahan pembuat perahu dan tiang kapal.[2] Tumbuhan ini termasuk ke dalam marga Calophyllum yang mempunyai sebaran cukup luas di dunia yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, dan Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua. ManfaatKelebihan nyamplung sebagai bahan baku biofuel adalah bijinya mempunyai rendemen yang tinggi, bisa mencapai 74%, dan dalam pemanfaatannya tidak berkompetisi dengan kepentingan pangan. Keunggulan nyamplung lainnya ditinjau prospek pengembangan dan pemanfaatan lain, antara lain adalah tanaman dengan regenerasi mudah dan berbuah sepanjang tahun yang menunjukkan daya survival yang tinggi terhadap lingkungan. Nyamplung relatif mudah dibudidayakan baik tanaman sejenis (monokultur) atau hutan campuran, cocok di daerah beriklim kering, permudaan alami banyak, dan berbuah sepanjang tahun.[butuh rujukan] Hampir seluruh bagian tanaman nyamplung dapat dimanfaatkan dan menghasilkan bermacam produk yang memiliki nilai ekonomi. Tegakan hutan nyamplung berfungsi sebagai pemecah angin untuk tanaman pertanian dan konservasi pantai, dan pemanfaatan biofuel. Nyamplung dapat menekan laju penebangan pohon hutan sebagai kayu bakar karena produktivitas biji lebih tinggi diandingkan jenis lain (jarak pagar 5 ton/ha, kelapa sawit 6 ton/ha, nyamplung 20 ton/ha).[butuh rujukan] Proses pengolahan biodiesel dari nyamplung hampir sama dengan pengolahan minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif yang tinggi, maka waktu yang dibutuhkan pada proses pengukusan lebih lama dan proses pemisahan getah berlangsung pada konsentrasi tinggi.[butuh rujukan] Nyamplung juga digunakan untuk restorasi lahan gambut, di mana tanaman ini ditanam untuk meningkatkan produktivitas lahan yang terdegradasi dan langkah preventif terkait terjadinya kebakaran hutan dan lahan.[3] Referensi
Pranala terkait
|