Nawrúz
Nawrúz (bahasa Persia: نوروز) adalah hari pertama Kalender Bahá'í sekaligus perayaan tahun baru bagi pemeluk Bahá'í. Nawrúz merupakan satu dari sembilan hari raya Bahá'í. Nawrúz adalah hari ketika musim semi di belahan bumi utara dimulai, yang ditandai dengan matahari melintasi garis khatulistiwa dari belahan bumi selatan menuju utara. Nawrúz biasanya jatuh pada 21 Maret serta satu hari sebelum atau sesudahnya, bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Persia.[1] Perayaan Nawrúz dalam agama Bahá'í berakar dan terinspirasi dari Tahun Baru Persia, yang telah diselenggarakan sejak lama di Iran dan negara-negara sekitarnya yang terpengaruh budaya Persia seperti Afghanistan, Irak, Tajikistan, dan Azerbaijan[1] Sang Báb dan Bahá'u'lláh mengadopsi Tahun Baru Persia sebagai hari raya dan mengasosiasikan perayaan tersebut dengan kemuliaan Tuhan [1][2] SignifikansiKalender Bahá'í yang merupakan kalender matahari awalnya diciptakan oleh Sang Báb. Ia menyusun kalender yang terdiri dari 19 bulan, setiap bulan terdiri dari 19 hari, sehingga terdapat total 361 hari.[3][4] Bahá'u'llah kemudian mengadopsi sistem kalender yang diciptakan Báb dan memodifikasinya menjadi kalender Bahá'í yang dikenal saat ini.[5] Bulan pertama dan hari pertama setiap bulan dinamakan sebagai Bahá, yang dalam bahasa Arab berarti kemuliaan atau kejayaan. Oleh karena itu, Nawrúz, hari pertama dalam setahun, adalah hari Bahá pada bulan Bahá[1][6] Sang Báb menyebut Nawrúz sebagai Hari Tuhan.[2] Nawrúz bertepatan dengan berakhirnya bulan 'Alá, bulan ketika orang Bahá'í menjalankan ibadah puasa selama 19 hari. Bahá'u'lláh yang telah mengadopsi kalender ini, menjadikan Nawrúz sebagai festival bagi mukmin yang berpuasa.[7][8] Ajaran Báb dan Bahá'u'lláh mengenai kedatangan Manifestasi Tuhan yang baru sebagai pewujud zaman yang baru, melalui tahun baru ini, yang sebelumnya lebih bersifat simbolik telah diberi pemaknaan yang lebih nyata.[9] 'Abdu'l-Bahá, sosok kepala agama setelah wafatnya Bahá'u'lláh, menjelaskan signifikansi Nawrúz sebagai permulaan musim semi yang membawa kehidupan yang baru.[1] 'Abdu'l-Bahá menjelaskan bahwa titik balik musim semi adalah simbol para Manifestasi Tuhan, yang meliputi tidak hanya Báb dan Bahá'u'lláh, melainkan pula Yesus, Muhammad, dan sebagainya. Musim semi yang membawa kehidupan disebut sebagai kiasan bagi kedatangan mereka yang membawa ajaran-ajaran bagi kehidupan umat manusia. Tiap kedatangan Manifestasi Tuhan adalah tanda datangnya musim semi yang baru, dan Nawrúz merupakan momen untuk memperingatinya.[10] Waktu PerayaanBaháʼu'lláh dalam Kitáb-i-Aqdas, menjelaskan bahwa Nawrúz jatuh pada ekuinoks musim semi[1][11] Waktu perayaan sebenarnya bagi mukmin Bahá'í sedunia tergantung pada pemilihan satu tempat di bumi sebagai patokan. Hal ini tidak dijelaskan dalam Aqdas dan penyelesaian hal yang tidak terdapat dalam tulisan suci semacam ini kemudian menjadi wewenang atau otoritas Balai Keadilan Sedunia untuk menentukan.[12] Pada 2014, Balai Keadilan Sedunia memilih Teheran sebagai titik tolak penentuan kapan Nawrúz sebenanrya jatuh.[13] Bila ekuinoks musim semi terjadi sesaat sebelum matahari terbenam, maka Nawrúz jatuh pada hari yang dimulai pada matahari terbenam sebelumnya.[1] Hal ini menyebabkan Nawrúz dpaat dirayakan pada 20, 21, atau 22 Maret pada Kalender Masehi[14][15]
Ibadah dan TradisiNawrúz adalah salah satu dari sembilan Hari raya Bahá'í. Mukmin Bahá'í dilarang untuk mengadakan aktivitas sehari-hari, terutama bekerja dan bersekolah pada perayaan Nawrúz.[4] Perayaan ini adalah satu-satunya yang bukan merupakan kejadian (event) yng berkaitan dengan kehidupan Sang Báb atau Bahá'u'lláh.[6] Mukmin biasanya akan berkumpul untuk mengadakan acara doa serta acara hiburan yang meliputi bermain musik, dan menari bersama.[17][18] Sebagai perayaan yang ditujukan untuk mengapresiasi muslim yang berpuasa, perayaan Nawrúz umumnya juga dilengkapi dengan bertukar makanan dan makan bersama.[19][18] As with all Masyarakat Bahá'í di seluruh dunia umumnya menyelenggarakan perayaan Nawrúz sesuai dengan tradisi masing-masing daerah. Hal ini disebabkan tidak adanya peraturan khusus mengenai perayaan ini.[1] Lihat PulaReferensi
|