Natalino Monteiro
Ir. Natalino Monteiro Gonçalves, M.P. (5 Juni 1963 – 10 Oktober 2022) adalah komandan dari milisi pro-Indonesia di Timor Leste Dadarus Merah Putih (DMP) yang bertanggung jawab atas berbagai tindakan kekerasan selama Operasi Guntur. Dia dinyatakan bersalah secara in absentia oleh Panel Khusus Kejahatan Berat (Special Panels for Serious Crimes) pada tanggal 10 Juli 2003 karena terlibat dalam Pembantaian Maliana.[1] Awal kehidupan dan karirMonteiro lahir di Desa Ritabou pada tanggal 5 Juni 1963. Ritabou sendiri merupakan salah satu desa yang berada di bawah Maliana. Dia menempuh pendidikan dasarnya di Maliana. Setelah lulus, Monteiro melanjutkan ke sekolah menengah atas di Belu, melintasi perbatasan di Timor Barat. Pada tahun 1984 beliau memulai pendidikan S1 Ilmu Pertanian Universitas Brawijaya di Malang. Pada tahun 1989, untuk gelar tersebut, ia bekerja di Departemen Pertanian Pendudukan Timor Timur dan mengajar di Universitas Timor Timur di Dili. Dia kemudian mulai belajar untuk gelar master di Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Pada tahun 1994, setelah lulus, ia kembali ke Universitas Dili dan menjadi Wakil Kepala Sekolah Ketiga yang membidangi kemahasiswaan. Karena bercita-cita menjadi rektor, ia membutuhkan izin dari militer Indonesia, sehingga pada tahun 1996 ia menyelesaikan kursus militer di Lemhannas di Jakarta. Namun, Monteiro kurang mendapat dukungan dari mahasiswa, sehingga Armindo Maia menjadi rektor yang baru.[1][2] Keterlibatan dalam kekerasan politikSetelah pengumuman pelaksanaan referendum kemerdekaan Timor Leste pada tanggal 27 Januari 1999, Monteiro mulai bekerja dengan intelijen Kopassus untuk mendirikan DMP di desa asalnya, Ritabou. Monteiro juga pernah menjadi ketua Forum Persatuan Demokrasi dan Keadilan (FPDK) di Maliana dan wakil ketua di Bobonaro. DMP dengan cepat mendapatkan reputasi untuk kebrutalan yang ekstrim. Sudah pada bulan April dia bertanggung jawab atas pembunuhan dan pembakaran di Kabupaten Bobonaro. Komandan distrik militer setempat, Letkol Kav Burhanuddin Siagian, memprakarsai dan mengoordinasi seluruh aktivitas milisi di kabupaten tersebut.[1][3] Pada tanggal 29 Juni, Monteiro memerintahkan penyerangan terhadap kantor UNAMET di Lahomea. Beberapa orang terluka. Pada tanggal 8 September, pembantaian di kantor polisi Maliana terjadi, di mana Monteiro dinyatakan bersalah secara in absentia pada tanggal 10 Juli 2003 di Dili atas kejahatan terhadap kemanusiaan.[1] Pada tahun 2003, Monteiro diperkirakan berada di Jakarta.[3] Akhir kehidupanDia pindah ke Malang dan menetap bersama keluarganya di sana. Awalnya, dia bekerja di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang sebagai Kepala Seksi (Kasi) Sarana dan Prasarana Pertanian Bidang Produktivitas.[4] Monteiro lalu menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Penegakan Peraturan Perundang-Undangan Daerah (PPUD) Satpol PP setempat.[5] Dia meninggal dunia pada tanggal 10 Oktober 2022 dan dimakamkan di Malang. KeluargaMonteiro menikah dengan putri seorang tentara Indonesia.[1] Pranala luar
Referensi
|