Museum Taman Purbakala CipariMuseum Taman Purbakala Cipari adalah museum khusus yang berada dalam Situs Purbakala Cipari di Kabupaten Kuningan. Koleksi museum sebagian besar berupa kepingan-kepingan batu. Museum ini juga mengoleksi benda peninggalan peradaban manusia zaman batu seperti peti kubur, kapak batu, gelang batu dan tembikar. Artefak di dalam museum belum digolongkan ke dalam kebudayaan neolitikum, paleometalik, atau megalitik. Pendirian museum dilakukan pada tahun 1976. Selain artefak, juga disimpan koleksi foto hasil penelitian di Situs Purbakala Cipari. Museum ini beralamat di Blok Museum, Cipari, Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Titik koordinatnya 6°57’43.0” Lintang Selatan dan 108°28’08.9” Bujur Timur. Museum ini dapat dicapai dari Bandar Udara Cakrabhuwana dengan jarak 34 km. Rute lain dengan jarak tempuh yang hampir sama ialah Stasiun Cirebon Prujakan (34 km) dan Terminal Harjamukti (35 km).[1] SejarahSitus Purbakala Cipari pertama kali ditemukan oleh para penduduk setempat. Hal yang ditemukan pertama kali yaitu fragmen-fragmen batu pipih. Pada tahun 1971, area tersebut berada di tanah milik Wijaya. Setelah itu, ditemukan fragmen yang lebih besar dan membentuk pola persegi panjang, menyerupai peti kubur dari batu. Pemerintah dan arkeolog kemudian mengambil tindakan dengan memulai penggalian. Pimpinan penelitian ini adalah arkeolog bernama Teguh Asmar, bersama timnya yang berhasil menemukan peti kubur besar yang berorientasi ke barat daya. Peti kubur batu ini berisi fragmen periuk, kendi, piring, gelang batu, manik-manik, dan tulang hewan. Pada tahun 1975, tim menemukan peti kubur kedua yang berukuran 16 x 56 x 59 cm dengan penutupnya. Namun, tidak ada fosil manusia purba atau tulang belulang manusia yang ditemukan di Taman Purbakala Cipari ini, mungkin karena tanahnya memiliki tingkat keasaman yang tinggi yang bisa merusak jasad. Untuk melindungi penemuan tersebut, sebuah museum sederhana dibangun pada tahun 1976, yang saat ini dikenal sebagai Museum Situs Taman Purbakala Cipari. Pada tanggal 23 Februari 1978, situs ini diresmikan sebagai taman purbakala dan dibuka untuk umum.[2] KoleksiDi Taman Purbakala Cipari, terdapat Museum Situs Taman Purbakala Cipari serta monumen dari zaman praaksara yang dibiarkan di luar, termasuk peti kubur batu yang pertama kali ditemukan di situs ini. Seperti yang disebutkan, dalam peti kubur tersebut terdapat periuk, kendi, piring, gelang batu, dan manik-manik, yang merupakan perlengkapan untuk perjalanan setelah kematian. Selain itu, di Taman Purbakala Cipari juga terdapat artefak-artefak yang terbuat dari batu dengan ukuran besar dan tunggal, seperti altar batu, dolmen, menhir, dan lumpang batu. Banyak artefak praaksara hasil penemuan di situs ini yang sekarang dipamerkan di Museum Situs Taman Purbakala Cipari. Beberapa koleksi dari penemuan yang tersimpan di museum tersebut termasuk 49 kapak batu, 19 gelang batu, 36 potongan gerabah, 13 benda dari perunggu, dan 6 wadah dari tanah liat.[2] Artefak-artefak yang ditemukan di Taman Purbakala Cipari adalah bukti dari periode Neolitikum dengan keberadaan tradisi Megalitikum. Identifikasi tradisi Megalitikum dapat dilihat dari batu-batu besar seperti dolmen, menhir, peti kubur batu, dan altar batu yang berperan dalam upacara ritual, pemujaan, atau komunikasi dengan arwah leluhur. Beberapa peti kubur yang ditemukan di situs ini diyakini digunakan untuk mengubur individu-individu yang berpengaruh, mengingat jumlahnya yang terbatas. Penemuan-penemuan ini mengindikasikan bahwa pada masa itu, manusia purba telah memiliki keyakinan terhadap keberadaan arwah nenek moyang dan kehidupan setelah kematian. Ini terbukti dari penemuan benda-benda yang dimasukkan ke dalam peti kubur sebagai persiapan untuk perjalanan roh. Lokasi Taman Purbakala Cipari yang terletak di lereng Gunung Ciremai memiliki signifikansi, karena tempat-tempat pemakaman yang berada di ketinggian diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir nenek moyang. Artefak-artefak purbakala di Taman Purbakala Cipari diperkirakan telah ada sejak 1.000 hingga 500 tahun sebelum Masehi. Penemuan artefak ini juga mencerminkan tingkat kecanggihan manusia purba pada masa Neolitikum, menunjukkan kemahiran dalam bertani dan struktur sosial yang terorganisir dengan baik.[2] Referensi
|