Munzir Al-Musawa

Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
Al-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
Habib Munzir
Kun-yahMunzir
NamaAl-Habib Munzir bin Fuad al-Musawa
NasabJalur ayah:[1][2]
Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-Musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar As Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah
Lahir(1973-02-23)23 Februari 1973
[Kalender Hijriyah: 19 Muharram 1393][3]
Cipanas[3]
Meninggal15 September 2013(2013-09-15) (umur 40)
[3][Kalender Hijriyah: 10 Zulqaidah 1434][4]
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Penyebab kematianAsma, Serangan jantung
Dimakamkan diTPU Habib Kuncung, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan[5]
Nama lainHabib Mundzir
KebangsaanIndonesia
EtnisArab, suku Quraisy, bani Hasyimiyah
ZamanAbad ke-21
Wilayah aktifNusantara
JabatanUlama
Da'i
Pemimpin Majelis Rasulullah
Mazhab FikihMazhab Syafi'i
OrganisasiMajelis Rasulullah ﷺ
Alma materDar-al Musthafa
Dipengaruhi  oleh
Mempengaruhi
  • Majelis Rasulullah ﷺ
Situs webmajelisrasulullah.org
IstriSyarifah Khadijah Al-Juneid
Keturunan1. Fathimah al-Musawa[6]
2. Muhammad al-Musawa[6]
3. Hasan al-Musawa[6]
Orang tuaAl-Habib Fuad bin Abdurrahman al-Musawa [1][2]

Munzhir bin Fuad al-Musawa atau lebih dikenal dengan Munzir Al-Musawa atau Munzir (23 Februari 1973 – 15 September 2013)[3] adalah dikenal sebagai pimpinan Majelis Rasulullah ﷺ yang dakwahnya menjangkau berbagai wilayah di Indonesia, beberapa wilayah nusantara dan dunia. Dakwahnya yang menyentuh berbagai kalangan menjadikan ia banyak dicintai oleh Umat Islam terutama di wilayah Jabodetabek dan di Nusantara. Munzir adalah murid yang begitu disayangi oleh gurunya Umar bin Hafidz,[7][8] sedangkan kalangan pemuda muslim yang mengenalnya tidak jarang menjadikan ia sebagai panutan ataupun idola dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad ﷺ.[9] Dakwahnya di Indonesia juga tercatat sering di hadiri tokoh-tokoh nasional seperti Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Suryadharma Ali, Fadel Muhammad, Fauzi Bowo dan lain-lain.

Silsilah

Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Al-Musawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar As Sakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Al-Ghayur bin Muhammad al-Faqih Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali' Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa Ar-Rumiy bin Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy bin Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Hussein dari Fatimah az-Zahra Putri Rasulullah ﷺ.

Masa kecil

Munzir adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman al-Musawa dan Rahmah binti Hasyim al-Musawa. Masa kecilnya dihabiskan di daerah Cipanas, Jawa barat bersama-sama saudara-saudaranya, Ramzy Fuad al-Musawa, Nabiel Al Musawa, Lulu Fuad al-Musawa serta Aliyah Fuad al-Musawa.[10]

Ayahnya lahir di Kota Palembang dan dibesarkan di Mekkah al-Mukarromah, setelah lulus pendidikan jurnalistik di New York University, Amerika Serikat, ayahnya kemudian bekerja sebagai seorang wartawan luar negeri selama sekitar 40 tahun, berawal dari harian Berita Yudha dan selanjutnya harian Berita buana.[3] Pada tahun 1996 ayahnya wafat dan dimakamkan di Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.[3]

Habib Munzir berkata "Saya adalah seorang anak yang sangat dimanja oleh ayah saya. Ayah saya saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yang lainnya."[3]

Seusai menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA), Habib Munzir mulai mendalami Ilmu Syariat Islam di Ma'had Assafaqah, yang ketika itu di pimpin Al-Habib Abdurrahman Assegaf, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus Bahasa Arab di LPBA Assalafy Jakarta Timur, lalu memperdalam lagi Syari'ah Islamiyah di Ma'had al-Khairat, Bekasi Timur.[3]

Keilmuan Syariahnya kemudian lebih didalami di Ma'had Dar-al Musthafa, Tarim, Hadhramaut, Yaman, selama empat tahun, disana Habib Munzir mendalami Ilmu Fiqih, Ilmu Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Hadits, Ilmu Sejarah, Ilmu Tauhid, Ilmu Tasawuf, Mahabbaturrasul ﷺ, Ilmu Dakwah, dan berbagai Ilmu Syari'ah lainnya.[3]

Putus Sekolah

Dimasa baligh, ia pernah putus sekolah, Munzir muda lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Al-habib Umar bin Hud al-Attas, dan Majelis taklim kamis sore di Empang, Bogor, yang pada masa itu membahas kajian Fathul Baari oleh Al-Habib Husein bin Abdullah bin Muhsin al-Attas.[11][12] Sementara pada masa yang hampir bersamaan saudara-saudara kandungnya berhasil membanggakan orang tua mereka dalam meraih prestasi wisuda.[3][11] Hal ini mengundang kekecewaan kedua orang tua Munzir muda.[3][11]

Ayahnya pernah berkata " kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa-apa dari kebanggaan orang yang sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu."[3][11]

Menurut Habib Munzir, itulah yang mendorong almarhum ayahnya lebih memilih hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak, Jawa barat. Ayahnya (Al-Habib Fuad bin Abdurrahman al-Musawa) lebih senang menyendiri dari ibu kota, membesarkan anak-anaknya, mengajari anak-anaknya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah. Habib Munzir merasa sangat mengecewakan kedua orangtuanya karena belum memiliki cita-cita yang pasti, dunia tidak akhiratpun tidak.[3][11]

Munzir muda selalu merindukan pantunannya, Rasulullah ﷺ

Melewati masa-masa berat di awal kedewasaannya, yang didorong rasa bersalah sebab membuat ayahnya merasa malu karena pengangguran, sebagai seorang pemuda muslim, Munzir muda mengisi sisa harinya dengan bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam-jam.[3][11]

Munzir muda sangat mencintai Rasulullah ﷺ, sering menangis merindukan Rasulullah ﷺ, dan sering dikunjungi Rasulullah ﷺ dalam mimpinya.[3][11]

"Rasulullah ﷺ selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut Rasulullah SAW, dan berkata wahai Rasulullah ﷺ aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasulullah SAW menepuk bahu saya dan berkata : munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dg ku.., maka saya terbangun.."

—  Habib Munzir, 2010 [3][11]
Menjadi Pelayan Losmen

Ketika ayahnya memasuki masa pensiun, ibunya membangun losmen kecil-kecilan berkapasitas 5 kamar di depan rumah mereka untuk disewakan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, disini Munzir muda yang menjadi pelayan untuk losmen yang disewakan secara khusus bagi orang yang mereka anggap baik-baik yang membutuhkannya.[11][13]

Sebagai penjaga losmen pada lazimnya, setiap malam Munzir muda jarang tidur, sedangkan masa berat yang sedang dilaluinya membuat Munzir muda sering duduk termenung dikursi penerimaan tamu yang dengan meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam. Ia melewati malam demi malam menjaga dan melayani losemen milik keluarga, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam.[11][13]

Penyakit asma & Kursus Bahasa Arab

Dituturkan Habib Munzir bahwa siang hari ketika ia sedang puasa Nabi Daud as, ia dilanda sakit asma yang parah, dan hal itu semakin membuat kedua orangtuanya kecewa, berkata ibunda "kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tetapi apakah ucapan itu kebenaran?."[11][13]

Munzir muda terus menjadi pelayan di losmen keluarganya, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.[11][13]

Sampai semua kakaknya lulus sarjana, kemudian ia tergugah untuk mondok di pesantren.[11][13] Disini Munzir muda memilih untuk berangkat ke pesantren asuhan Al-Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, akan tetapi hanya berlangsung sekitar dua bulan saja karena Munzir muda merasa tidak betah dan sering sakit-sakitan yang disebabkan penyakit asmanya selalu kambuh, kemudian Munzir muda pulang.[14]

Mendengar berita itu ayahnya semakin bertambah malu, ibunya semakin sedih, tidak lama kemudian Munzir muda memutuskan untuk kursus bahasa arab di tempat kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Al-Habib Bagir al-Attas, ayah dari Al-Habib Hud al-Attas yang dituturkan sering hadir di Majelis Rasulullah ﷺ di Masjid Raya Al Munawar, Pancoran, Jakarta Selatan.[11][14] Habib Munzir ketika itu pulang pergi jakarta- cipanas dengan waktu tempuh dalam 2-3 jam, setiap dua kali seminggu, dengan biaya perjalanan yang didapatkan dari penghasilan penyewaan losmen.[11][14] Habib Munzir juga selalu menghadiri maulid di almarhum Al Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud al-Attas yang saat itu di cipayung, walaupun harus menumpang dengan truk ataupun kehujanan.[11][14]

Dimasa itu ia sering datang ke maulidnya malam jumat dalam keadaan basah kuyup, hingga suatu hari pernah diusir oleh pembantu rumah, karena karpet tebal dan mahal yang sangat bersih, menanggapi hal itu Habib Munzir terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu-tamu berdatangan untuk bergabung dan duduk di luar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.[11][14]

Ziarah makam Al Imam Al Habib Husein bin Abubakar al-Aydrus Luar Batang

Suatu kali Habib Munzir datang langsung dari cipanas untuk berziarah dan lupa membawa peci, dalam hatinya terbersit do'a " wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tetapi uangku pas-pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,"[11][14]

Dengan itu ia memutuskan untuk beranjak sejenak membeli peci yang termurah saat itu di emperan penjual peci dan memilih yang berwarna hijau.[15]

Kemudian masuk berziarah, sambil membaca Surah Ya Sin untuk dihadiahkan pada almarhum, menangisi kehidupan yang penuh ketidaktentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena tidak jarang menerima cemooh tentang kakak-kakaknya yang semua sukses, ayah lulusan Mekkah sekaligus New York University, sementara Munzir Muda adalah centeng losmen. Dalam renungannya ketika berziarah ia menyadari telah menghindari kerabat, lebaranpun jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.[11][15]

Dalam tangis itu berkata dalam hatinya,"wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yang shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,"[11][14]

Ketika sedang merenung, diceritakan datanglah rombongan teman-teman belia yang pesantren di Al-Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf dengan satu mobil, para santi itu senang berjumpa dengannya, kemudian ia ditraktir makan, seketika teringat olehnya berkah beradab di makam wali Allah.[11][15]

Saat itu dituturkan Habib munzir ada yang bertanya ia sedang dengan siapa dan mau ke mana, ia menjawab dengan mengatakan sendiri dan mau pulang ke kerabat ibunya di pasar sawo, Kebun Nanas, Jakarta Selatan.[11][15]

Mendengar itu mereka berkata " ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas," maka Habib Munzir semakin bersyukur, karena memang ongkosnya saat itu tidak akan cukup jika pulang ke cipanas, larut malam sampai di kediaman bibi dari Ibunya, di ps sawo Kebun Nanas, Jakarta Selatan, lalu esoknya ia diberi uang cukup untuk pulang, kemudian pulang ke cipanas.[11][15] Sembari berdo'a "wahai Allah, pertemukan saya dengan guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw"[16]

Kunjungan

Selang beberapa waktu setelah ziarah, kemudian ia masuk pesantren Al-Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi Timur, ia selalu menangis dan berdo'a kepada Allah swt dan rindu kepada Rasulullah ﷺ dan meminta untuk dipertemukan dengan guru yang paling dicintai Rasulullah ﷺ saat mahal qiyam maulid,[11][16]

Dalam beberapa bulan kemudian datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidz[11][16] ke pondok itu, kunjungan pertama ia yaitu pada 1994.[11][16]

Habib Munzir berkata "selepas ia menyampaikan ceramah, ia melirik saya dengan tajam, saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu, lalu saat ia sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Habib Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa ia ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut, Yaman untuk belajar dan menjadi murid ia"[11][16]

"Guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin ia salah pilih..?.Maka guru mulia menunjuk saya. Itu.. anak muda yang pakai peci hijau itu..!, itu yang saya inginkan. Maka Guru saya Habib Nagib memanggil saya untuk jumpa ia, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yang pintunya masih terbuka: siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak paham, maka guru saya Habib Nagib menjawab: kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum.."[11][16]

Keesokan harinya Habib Munzir berjumpa lagi dengan Al-Habib Umar bin Hafidz di kediaman Almarhum Al-Habib Bagir al-Attas, saat itu banyak para Habaib dan Ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid Al-Habib Umar bin Hafidz. Berkata Habib Munzir "maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu ia berkata pada almarhum Habib Umar Maula Khela: itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yang pakai peci hijau itu..!, guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya Habib Nagib bin Syeikh Abubakar, seraya berkata: wahai Munzir, kau harus siap-siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap.."[11][17]

Berangkat ke Tarim

Dua bulan setelah pertemuan dengan Al-Habib Umar bin Hafidz, datanglah Almarhum Al-Habib Umar Mulakhela ke pesantren dan menanyakan Habib Munzir, Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela berkata pada Al-Habib Nagib:

"Mana itu Munzir, anaknya Al-Habib Fuad al-Musawa? Dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya."[11][17]

Saat itu Habib Nagib berkata: "saya belum siap"[11][17]

Namun Almarhum Al-Habib Umar Maula Khela dengan tegas menjawab:"Saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini permintaan Al-Habib Umar bin Hafidz, ia harus berangkat dalam dua minggu ini bersama rombongan pertama"[11][17]

Kemudian Habib Munzir bergegas mempersiapkan paspor dan lain-lainya. Ayahnya sempat keberatan dan berkata:"Kau sakit-sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke Hadhramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit? Siapa yang menjaminmu ?"[11][17]

Menanggapi hal ini Habib Munzir mengadukannya kepada Almarhum Al-Arif Billah Al-Habib Umar bin Hud al-Attas, yang saat itu sudah sangat sepuh dan kemudia berkata: "Katakan pada ayahmu, saya yang menjaminmu, berangkatlah."[11][18]

Setelah mendengar nasihat Al Habib Umar bin Hud al-Attas, Habib Munzir menemui ayahnya, namun hanya diam, hatinya berat melepas keberangkatan Habib Munzir.[11][18]

Al Habib Munzir di Tarim

Ketika berada di Tarim, Hadhramaut, Yaman, pernah terjadi perang Yaman Utara dan Yaman Selatan, hal ini memicu kekurangan pasokan makanan, matinya listrik, semua pelajar ketika itu menempuh perjalanan untuk taklim dengan jarak sekitar 3-4 km.[11][18]

Dua tahun kemudian setelah di Yaman, ketika menuntut ilmu di Dar-al Musthafa, pesantren yang di asuh oleh Al-Habib Umar bin Hafidz Bsa , dikabarkan bahwa ayahnya yaitu Habib Fuad Al Musawwa sakit dan menelepon dengan berkata: "Kapan kau pulang wahai anakku..?Aku rindu..?" [11][19]

Habib Munzir menjawab: "Dua tahun lagi insya Allah ayah"[11][19] dan ketika itu Ayahnya menjawab: "duh...masih lama sekali"[11][19]

Tiga hari berselang ayahnya dikabarkan wafat.[11][19]

Guru-gurunya

Guru yang sangat berpengaruh terhadap ilmu, serta kepribadian Al Musawa adalah guru mulia Al Habib Al Allamah Al Hafizh Al Arifbillah Sayyidi Syarif Al Habib Umar bin Hafidz bin Syekh Abubakar bin Salim.[20] Habib Munzir Al Musawa menimba ilmu kepada beberapa habaib [21] di antaranya, yaitu:

  1. Habib Umar bin Hud Alattas (Cipayung, Bogor);[21]
  2. Habib Aqil bin Ahmad Alaydrus, Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf;[21]
  3. Habib Hud Baqir Alatas, Al Ustadz Al Habib Nagib bin Syekh Abubakar bin Salim (Pesantren Al-Khairat);[21]
  4. Al Imam Al Allamah Al Arifbillah Sayyidi Syarif Al Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syekh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa, Hadramaut, Yaman);[21]
  5. Al Allamah Al Arifbillah Al Habib Salim Asy Syatiri (Rubath Tarim);[21]

Kembali Ke Jakarta & Mulai Berdakwah

Habib Munzir kembali ke Indonesia pada tahun 1998,[11][22] dan mulai berdakwah sendiri di Cipanas.[11][22] Namun karena kurang berkembang, ia memindahkan dakwahnya ke Jakarta pada Majelis Malam Selasa (Jalsah Itsnain),[11][22] dengan mengunjungi rumah-rumah murid sekaligus teman, murid-muridnya lebih tua dari ia, dan berasal dari kalangan awam.[11][22]

Ketika kemudian dimulai Maulid Dhiya'ullami jama'ah semakin banyak, selanjutnya majelis mulai berpindah-pindah dari musholla ke musholla, semakin terus bertambah banyak, maka mulailah majelis dari masjid ke masjid.[11][22] Sehingga Habib Munzir mulai membuka majelis di malam lainnya dan menetapkannya di Masjid Al-Munawar. Majelis semakin berkembang hingga mulai membutuhkan kop surat, undangan dan sebagainya.[11][22] Semenjak itu mulai muncul ide pemberian nama, para jamaahnya mengusulkan memberikan nama Majelis Habib Munzir, namun ia menolak lantas menetapkan nama Majelis Rasulullah.[11][22]

Dakwahnya Habib Munzir semakin meluas hingga jutaan jamaah yang menyentuh semua kalangan dan berbagai wilayah, mulai dari Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Mataram, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Papua, Singapura, Malaysia, hingga sampai ke Jepang.[11][22]

Kunjungan Duta Besar Amerika Serikat

Dubes AS untuk Indonesia Scot Marciel bertemu dengan Munzir di kediamannya pada January 9, 2013

Pada 9 Januari 2013, Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel bertemu dengan Habib Munzir bin Fuad al-Musawa di kediaman habib.[23] Dubes Marciel dan Habib Munzir, berdiskusi mengenai pentingnya toleransi beragama, spiritualitas, saling memahami, serta dialog antaragama, baik di Amerika Serikat maupun Indonesia.[23] Habib Munzir, menjelaskan kepada Dubes bahwa misinya adalah mengajarkan kepada semua umat manusia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan penuh kasih sayang.[23] Ia juga mengatakan bahwa majelisnya diperuntukkan bagi orang-orang, terutama kaum muda, yang tinggal di kota-kota padat penduduk dan kadang-kadang penuh tekanan seperti Jakarta, yang ingin mencari kedamaian dalam diri mereka dan berpaling dari kekerasan, anarki, serta obat 8terlarang. Dubes mengatakan kepada Habib Munzir bahwa aktivitas yang melibatkan kamu muda juga merupakan salah satu prioritas Kedutaan Besar Amerika Serikat.[23] Dalam pertemuan tersebut, Dubes juga menjelaskan program-program pertukaran di Amerika Serikat untuk kaum muda Indonesia.[23]

Kematian

Insiden Kamar Mandi

Menurut penuturan anak kedua dari Habib Munzir, pada hari Minggu sebelum meninggalnya ayahnya, dirumah mereka sedang ramai dikarenakan ada pengajian Majelis An-Nisa Rasulullah ﷺ.[6] Beberapa saat keluarga sempat mencari-cari Habib Munzir karena tidak diketahui sedang dimana, sementara sandal dan mobilnya masih ada dirumah.[6] Ketika pintu kamar mandi diketuk dan tidak ada sahutan, akhirnya pintu di dobrak dan ditemui Habib Munzir sudah tidak sadarkan diri.[6]

Habib Munzir pun dilarikan ke Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, berselang dua jam kemudian,[6] dan setelah menjalani pemeriksaan medis kata dokter ia telah tiada,[24] Menurut penuturan kerabatnya, Habib Munzir meninggal karena serangan jantung[25] Kabar Meninggalnya Habib Munzir menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru Indonesia, salah satu sumber beritanya adalah akun twitter kakaknya Al-Habib Nabiel Al Musawa.[26], dan juga situs resmi Majelis Rasulullah.

Habib Munzir yang memiliki penyakit asma kronis sejak kecil dan sering keluar-masuk rumah sakit.[6][11][17] Pada Juni tahun 2012 Habib Munzir pernah rebah tidak berdaya diruang opname Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta dengan mesin deteksi jantung disampingnya.[27] Berdasarkan berita pada situs resmi Majelis Rasulullah, bertanggal 20 Juni 2012 bahwa semalam sebelumnya, yakni pada 19 Juni 2012 Habib Munzir keluar dengan paksa dan memaksakan dirinya untuk berangkat ke majelis, yang ternyata majelis itu teramat jauh, berkisar 1 jam dari ujung tol Cikampek, 200 km jarak tempuh diperkirakan pergi dan pulang, habib sangat kelelahan dan sangat tidak menyangka jarak majelis sejauh itu. Ditanggal 20 Juni 2012 ia selesai melaksanakan operasi Jantung esoknya hari kamis ia keluar paksa dari RSCM karena “Suatu Hal”.[27]

Sebelum meninggal, Habib Munzir juga pernah dioperasi karena ada cairan di perutnya. Penyakit tersebut sempat menganggu aktivitas Habib Munzir dalam berdakwah. Meskipun sedang dirundung rasa sakit, soal urusan dakwah, Habib Munzir, menurut kakaknya Nabil, tidak pernah memikirkan sakitnya.[28]

Ucapan Belasungkawa

Alhamdulillah.. inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Yaa Allah berilah pahala dalam musibah yg menimpa kami dan gantikanlah buat kami yg lebih baik darinya. Allah berhak mengambil, memberi dan segala sesuatu di sisi Allah swt memiliki waktu atau ajal. Mata menangis, hati sedih dan tidak kami ucapkan kecuali yg Allah swt ridlo.. Segala puji bagi Allah yg tidak di puji atas kejelekan selainnya, sholawat serta salam atas hambanya Nabi kita Muhammad saw yg di turunkan atasnya ( إنك ميت وإنهم ميتون ) sesungguhnya engkau akan mereka begitu juga mereka, Yaa Allah berikanlah rohmat, selamatkan, mulyakan dan berkahilah atas manusia pilihan Muhammad saw beserta keluarga, shohabat, orang-orang yg berjalan di jalannya dan yg masuk di kelompoknya serta mengambil minum darinya, bersama mereka atas kami dan saudara kami yg selalu mencari ridlomu, kedekatan kepadamu, yg berusaha selalu memberi kemanfaatan kepada para manusia, seseorang yg engkau jadikan Yaa Allah banyak kebaikan terbuka dan terlaksana karna sebabnya dalam menyatukan hati atasmu, mengajak banyak orang takut, cinta dan taat kepadamu dan kepada rosulmu Muhammad saw, as-sayyid mundzir bin fuad al-musawa Yaa Allah tinggikan derajatnya, banyakkan pahalanya, lipatkanlah kebaikannya dan gantikan untuk kita dan orang-orang yg berilmu, mengamalkan dan mengajak kepadamu serta penduduk indonesia begitu juga untuk muslimin, muslimat dan ummat dengan sebaik-baiknya pengganti yaa arhamar rohimiin wa yaa akromal akromiin. Bersambung sayyid mundzir dengan rahasia menyambut Allah sejak kecil dan dia termasuk yg pertama datang ke darul musthofa di tareem, termasuk yg sungguh-sungguh, berpakaian dengan selimut cinta dan Allah swt menyiapkannya untuk memberikan kemanfaatan yang banyak untuk hambanya..

Meninggalnya Habib Munzir bin Fuad al-Musawa mengejutkan banyak pihak. Ucapan belasungkawa datang dari berbagai kalangan, mulai dari ulama, pejabat, tokoh dan jamaah. Presiden SBY pun menyempatkan diri menyambangi rumah duka, di Komplek Liga Mas, Jalan Cikoko Barat II, dan menyampaikan rasa belasungkawa yang dalam kepada keluarga almarhum.[30] SBY datang sekitar pukul 09.40 WIB, disambut keluarga almarhum Habib Munzir dan langsung ke ruang tamu dimana jenazah disemayamkan.[30] Sekitar 20 menit bertakziah, SBY pun mengungkapkan rasa belasungkawanya kepada keluarga beserta jamaah Majelis Rasulullah.[30]

"Ketika beberapa kali
memperingati Maulid Nabi saya bersama ia.
Dia seorang ulama muda, arif,
bijaksana sesuai dengan Indonesia religius,
juga menginginkan Islam yang islami,
membawa keteduhan tutur katanya,
mencintai keadilan, serta kaum duafa,
menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar,
dan Islam untuk semesta alam."

— Presiden SBY,2013[31][32]

Dalam sambutannya, SBY mengatakan sangat berduka dengan meninggalnya Ulama muda ini.[30], menyampaikan belasungkawa atas nama negara, pemerintah, dan selaku pribadi, sekaligus menyampaikan bahwa Almarhum juga kerap memberikan nasihat yang sangat membekas.[30][32] SBY mengenal sosok ini sebagai sosok muda yang bijaksana.[30][32] Lebih jauh, SBY pun meminta kepada jamaah untuk mendoakan agar keluarga Habib Munzir diberikan kekuatan menghadapi cobaan ini.[30][32]

Selain SBY, tampak juga sejumlah tokoh yang melayat ke rumah duka. Mereka antara lain, Menteri Agama Suryadharma Ali,[5][30] Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh,[5][30] Ketua DPR RI Marzuki Alie dan Anggota DPR,[5][30] Ruhut Sitompul,[5][30] Rhoma Irama dan mantan Menteri Perikanan dan Kelautan Fadel Muhammad,[30] Menakertrans Muhaimin Iskandar dan koleganya,[33] Menteri PDT Helmy Faishal Zaini.[33]

Ta'ziyah sebelum zhuhur, sebelum sholat mayit di Mesjid Al Munawwar Jakarta Selatan. Tampak Al-Habib Jindan bin Novel bin Jindan disebelah kanan Ustadz Arifin Ilham

Kebersahajaan pribadi sosok ini meninggalkan kesan mendalam bagi orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya, salah satunya adalah Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham.[34][35] Ustadz Arifin Ilham menyebut almarhum Habib Munzir Al Musawa sebagai ulama yang mencintai dan dicintai Allah SWT sehingga dipanggil lebih cepat.[34]

Diberitakan hadir juga Ustadz Yusuf Mansur yang mengenakan baju koko warna putih dan peci hitam, langsung disambut ribuan jamaah yang ada dilokasi.[24] Ustadz Yusuf Mansur bersyukur akhirnya bisa menerobos kerumunan jamaah takziyah.[36]

Ribuan jamaah berdatangan ke rumah duka almarhum Habib Munzir al-Musawwa di kompleks liga mas, Pancoran, Jakarta Selatan, pada hari Minggu, 15 September 2013.[24] Arus lalu lintas menuju rumah duka di kompleks Liga Mas sempat mengalami kemacetan.[24] Jalan Raya Pasar Minggu mulai dibanjiri manusia dan menyebabkan arus lalu lintas tersendat.[24] Antrian kendaraan mengular hingga ke jalan MT Haryono arah Pancoran. Selain itu, kemacetan juga disebabkan karena banyaknya pelayat yang memarkir kenderaannya di Masjid Al Munawwar, yang berdekatan dengan rumah duka.[24] Diberitakan juga bahwa puluhan anggota polisi tampak berjaga dan mengatur arus lalu lintas.[24]

"Berkali-kali dia sering bertemu dengan saya. Ia mengatakan bahwa saya ini dipanggil oleh Allah SWT pada umur 40 tahun, saya bilang jangan bilang seperti itu habib, umat ini masih banyak, antum masih diperlukan oleh jutaan umat, di luar dugaan saya, kemarin diberitahukan ia meninggalkan kita semua. Tapi spirit ia harus kita jaga bersama. Dan semangat ia harus kita teruskan, kita harus jaga terus agar majelis ini betul-betul menerusakan semangatnya "

"Sosok almarum itu dibutuhkan, sehingga bangsa ini yang sedang menghadapi banyak persoalan semoga lebih sabar dengan kepergian almarhum."

"Alhamdulillah, dengan izin Allah saya bisa tembus ke sana. Mendoakan beliau dari dekat dan saya menangis. Bukan sebab saya yang dekat dengan beliau, kehilangan. Tapi karena juga hilang lagi paku bumi, cahaya bumi. Yaa Habiibi, Habib Munzir, wafatmu sudah membuktikan hadits Qudsi. Bahwa Allah menyuruh Jibril dan semua malaikat-Nya, juga seluruh penghuni langit dan bumi, untuk mencintai yang mencintai-Nya dan banyak amalan tambahannya."

— Yusuf Mansur, 2013[36]

Sebelum dikebumikan, jenazah Habib Munzir disemayamkan di Masjid Al-Munawwar sebelum akhirnya dibawa ke masjid di TPU Habib Kuncung, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan untuk dishalatkan secara berjamaah oleh ribuan jamaah Majelis Rasulullah yang dipimpin Al-Habib Nagib bin Syekh Abu Bakar.[36]

Habib Munzir dimakamkan di pemakaman umum Habib Kuncung di Kalibata pada hari Senin 16 September 2013 sekitar jam 13:00 WIB.[5]

Haul Habib Munzir

"Sedikitnya ada tiga manfaat yang bisa diperoleh dari peringatan Haul. Pertama, dalam peringatan Haul, selain mendoakan almarhum, orang juga saling mendoakan satu dengan lainnya. Kedua, selain silaturahim, umumnya haul juga merupakan majelis ilmu. Jamaah haul dapat mendengarkan ceramah-ceramah dari para ulama yang hadir, tentu majelis ilmu inilah yang manfaatnya luar biasa, ketiga, haul juga dilaksanakan untuk meneladani dan memperoleh hikmah di balik sosok yang diperingati hari kematiannya"

Pada tanggal 28 bulan september tahun 2014, ribuan jamaah ikut menghadiri peringatan Haul Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawwa di Kampung Sholawat Mloyo Ngasinan Bulu Sukoharjo.[40] Sejumlah ulama dan habib seperti Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Jindan (Jakarta) dan Habib Muhammad bin Husein (Solo) hadir pada kesempatan itu.

Haul ke-2 Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa, dilaksanakan pada Minggu 23 Agustus 2015 pukul 12.00 WIB di Masjid At-Taubah Jl. Rawa Jati Timur II Kalibata Jakarta Selatan [41].

“Beliau mencapai (maqam) seperti ini tidak dengan cuma-cuma, tapi karena sudah merasakan payah dakwah keliling kemana-mana, hutang, dan bahkan pernah tidur di emperan toko, oleh karena itu sudah semestinya bagi kita untuk dapat senantiasa bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan kebaikan.”

Pada haul ketiga tanggal 7 Agustus 2018, ribuan orang tampak beriringan mengendarai motor mereka sambil membawa berbagai atribut khas Majelis Rasulullah [42]. Mereka melakukan konvoi dari Masjid al Munawar menuju Masjid at-Taubah, Kalibata, Jakarta. Sebuah lapangan sepak bola berubah menjadi lahan parkir [42]. Setengah area terisi motor para jamaah, sebagian kendaraan tampak tumpah ruah di Jalan Rawajati hingga fly over Kalibata [42]. Musik hadrah bertalu disambut lantunan salam ziarah dan tawasul[42]. Para santri berjalan berurutan, lalu duduk menempatkan diri. Mereka tak hanya datang dari Jakarta, tapi juga Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Papua [42]. Mereka memenuhi bagian dalam dan serambi masjid, bagian atas, hingga bagian luar dan jalan-jalan [42]. Sebagian Muslimah berpakaian hitam tampak duduk berbaris di jalan karena area yang disediakan telah penuh, tak peduli panas menyengat di kepala dan kaki, mereka melanjutkan lantunan tawasul dengan maulid addiya'ulami [42].

Pada tahun 2017, Haul Akbar ke-4 Habib Munzir bin Fuad Al Musawa dilaksanakan dengan bertempat di Masjid Attaubah pada tanggal 6 Agustus, dan dilanjutkan dengan bertempat di Masjid Al Munawar – Pancoran Jakarta pada tanggal 7 Agustus 2017 [43].

Daftar Referensi

  1. ^ a b (munzir 2007).
  2. ^ a b (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 159).
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 149).
  4. ^ (Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) 2014).
  5. ^ a b c d e f (Zulfikar 2013c).
  6. ^ a b c d e f g h (Hapsari 2013).
  7. ^ (Habib Umar bin Hafidz 2013).
  8. ^ (Ruslan 2013).
  9. ^ (Damanhuri 2013).
  10. ^ (Hendra 2013).
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw (munzir 2010).
  12. ^ (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 150).
  13. ^ a b c d e (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 151).
  14. ^ a b c d e f g (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 152).
  15. ^ a b c d e (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 153).
  16. ^ a b c d e f (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 154).
  17. ^ a b c d e f (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 155).
  18. ^ a b c (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 156).
  19. ^ a b c d (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 157).
  20. ^ (Husnul 2017, hlm. 27).
  21. ^ a b c d e f (., Muhammad Syukron Makmun, Wawancara, Jakarta, 16 Januari 2017, Lihat Husnul, 2017, hal 27).
  22. ^ a b c d e f g h (Basyaiban & As-Syamfuriy 2013, hlm. 158).
  23. ^ a b c d e (indonesian.jakarta.usembassy.gov 2013).
  24. ^ a b c d e f g (Setyadi 2013).
  25. ^ (Isnaeni 2013).
  26. ^ (Kabar Duka 2013)
  27. ^ a b (Admin MR 2012a).
  28. ^ (Zulfikar 2013).
  29. ^ (Habib Omar 2013).
  30. ^ a b c d e f g h i j k l (Saputra 2013c).
  31. ^ (Setkab RI 2013).
  32. ^ a b c d (Kompas.com 2013).
  33. ^ a b (Saifullah 2013d).
  34. ^ a b (Bahri 2013d).
  35. ^ (Arifin Ilham 2013).
  36. ^ a b c (Damanhuri 2013a).
  37. ^ (Adam 2013).
  38. ^ (Liputan6 2013).
  39. ^ (Khoiron 2016).
  40. ^ a b (Najmuddin 2014).
  41. ^ Muslimedia News 2015.
  42. ^ a b c d e f g Republika Online 2016.
  43. ^ Jelajah Pesantren.

Daftar Pustaka

Sumber Buku Bacaan
  1. (Indonesia) Basyaiban, Muhsin; As-Syamfuriy, Sya'roni (2013). Basyaiban, Muhsin, ed. Majelisnya Pecinta Ulama & Habaib. Yogyakarta, Indonesia: Layar Creativa Mediatama. ISBN 602-148-330-5. 
  2. (Indonesia) Al Musawa, Munzir (2009). Bintyqurratainiy, ed. Kenalilah Aqidahmu 2. Jakarta, Indonesia: Majelis Rasulullah saw. 
Skripsi, Tesis, Disertasi
  1. (Indonesia) "Habib Munzir al Musawa pendiri majelis Rasulullah SAW (1972-2013 M)". Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya. 2017-08-02. Diakses tanggal 2018-04-17. 
  1. (Indonesia) Husnul, Titian (2017) (dalam bahasa Indonesia) (PDF). Habib Munzir al Musawa pendiri majelis Rasulullah SAW (1972-2013 M) (Tesis Undergraduate thesis). Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya. http://digilib.uinsby.ac.id/18048/. Diakses pada 2018-04-03. 
Situs Resmi Majelis Rasulullah SAW
  1. (Indonesia) munzir (17 Oktober 2007), tentang silsilah Habid Munzir Bin Fuad Al-Musawa ?, diakses tanggal 13 April 2013 
  2. (Indonesia) munzir (4 September 2010), ingin mendengarkan habib bercerita, diakses tanggal 13 April 2013 
  3. (Indonesia) Admin MR (20 Juni 2012). "Wahai Habibana, bangkitlah seperti hari-harimu dulu, Barat dan Timur menantimu." Diakses tanggal 14 April 2014. 
  4. (Indonesia) Admin MR (21 Juni 2012). "Kabar Terkini Mengenai Habibana". Diakses tanggal 14 April 2014. 
Sosial Media
  1. (Indonesia) Habib Omar (2013), الحبيب عمر بن حفيظ - Habib Omar 
  2. (Indonesia) Arifin Ilham (2013), K.H. Muhammad Arifin Ilham Melayat Jenazah Habib Munzir 
  3. (Indonesia) Kabar Duka (2013), Kabar Duka Wafatnya Habib Munzir al-Musawa melalui Akun Twitter Kakaknya, Habib Nabiel al-Musawa 
Situs Internet Lainnya
  1. (Indonesia) Setkab RI (16 September 2013). "Presiden: Habib Munzir Dambakan Indonesia Yang Religius dan Rakyatnya Sejahtera". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-15. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  2. (Indonesia) indonesian.jakarta.usembassy.gov (10 Januari 2013). "Dubes Bertemu Tokoh Muslim Habib Munzir bin Fuad al-Musawa Diskusikan Toleransi dan Dialog Antaragama". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-25. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  3. (Indonesia) Hendra (15 September 2013). "Pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Munzir Al-Musawa Meninggal Dunia". Diakses tanggal 14 April 2014. [pranala nonaktif permanen]
  4. (Indonesia) Bahri, Saiful (15 September 2013). "Ustadz Arifin Ilham: Habib Munzir dicintai Allah SWT". Diakses tanggal 14 April 2014. [pranala nonaktif permanen]
  5. (Indonesia) Bahri, Saiful (16 September 2013). "Walau Sakit Habib Munzir Tetap Mengajar". Diakses tanggal 14 April 2014. [pranala nonaktif permanen]
  6. (Indonesia) Zulfikar, Muhammad (16 September 2013). "Habib Munzir Sudah Lama Mengidap Asma". Tribunnews.com. Diakses tanggal 16 September 2013. 
  7. (Indonesia) Widianto, Willy (15 September 2013). "Sebelum Wafat Habib Munzir mimpi Bertemu Nabi Muhammad". Tribunnews.com. Diakses tanggal 16 September 2013. 
  8. (Indonesia) Widianto, Willy (15 September 2013). "Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawa Meninggal Dunia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 15 September 2013. 
  9. (Indonesia) Zulfikar, Muhammad (16 September 2013). "Pimpinan Majelis Rasulullah Habib Munzir Al Musawa Meninggal Dunia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  10. (Indonesia) Ruslan, Heri (16 September 2013). "Habib Munzir Murid Kesayangan Habib Umar bin Hafis Hadramaut". Diakses tanggal 13 April 2014. 
  11. (Indonesia) Damanhuri, Zuhri (15 September 2013). "Habib Munzir Idola Anak-Anak Muda". Diakses tanggal 13 April 2014. 
  12. (Indonesia) Damanhuri, Zuhri (16 September 2013). "Ustaz Yusuf Mansur: 'Hilang Lagi Paku Bumi, Cahaya Bumi'". Diakses tanggal 13 April 2014. 
  13. (Indonesia) Damanhuri, Zuhri (17 September 2013). "Dakwah Habib Munzir Harus Diteruskan". Diakses tanggal 13 April 2014. 
  14. (Indonesia) Syah, Moch Harun (15 September 2013). Isnaeni, Nadya, ed. "Sebelum Meninggal, Habib Munzir Al Musawa Jatuh di Kamar Mandi". Liputan6.com. Diakses tanggal 16 September 2013. 
  15. (Indonesia) Syah, Moch Harun (16 September 2013). Isnaeni, Nadya, ed. "Sebelum Meninggal, Habib Munzir Al Musawa Jatuh di Kamar Mandi". Liputan6.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  16. (Indonesia) Syah, Moch Harun (16 September 2013). Isnaeni, Nadya, ed. "Sebelum Meninggal, Habib Munzir Al Musawa Jatuh di Kamar Mandi". Liputan6.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  17. (Indonesia) Adam, Riski (16 September 2013). Ali, Muhammad, ed. "Fadel Muhammad: Habib Munzir Pernah Katakan Wafat Usia 40 Tahun". Liputan6.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  18. (Indonesia) Setyadi, Arief (15 September 2013). "Ustadz Yusuf Mansyur Melayat Jenazah Habib Munzir". Okezone.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  19. (Indonesia) Setyadi, Arief (15 September 2013). "Pelayat Membludak, Arus Lalu Lintas Pancoran Macet". Okezone.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  20. (Indonesia) Saputra, Catur Nugroho (15 September 2013). "SBY: Habib Munzir Ulama Muda yang Arif". Okezone.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  21. (Indonesia) Saifullah, Muhammad (16 September 2013). "Dua Menteri PKB Melayat ke Habib Munzir". Okezone.com. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  22. (Indonesia) Hapsari, Swita.A (29 September 2013). "Habib Munzir Al-Musawa dalam Kenangan Sang Putra". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-15. Diakses tanggal 14 April 2014. 
  23. (Indonesia) Rukyatul Hilal Indonesia (RHI) (15 April 2014). "Konverter Hijriyah=Masehi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-11. Diakses tanggal 15 April 2014. 
  24. (Indonesia) Najmuddin, Ajie (2014-10-01). "Ribuan Jamaah Peringati Haul Habib Mundzir". NU Online. Diakses tanggal 2018-04-17. 
  25. (Indonesia) Khoiron (2016-08-07). "Menag Hadiri Haul ke-3 Habib Munzir Al Musawa". Website Kementerian Agama RI. Diakses tanggal 2018-04-17. 
  26. (Indonesia) "Majelis Rasulullah Memuliakan Sang Guru". Republika Online. 2016-08-12. Diakses tanggal 2018-04-17. 
  27. (Indonesia) "Haul ke-2 Sulthanul Qulub Habib Mundzir bin Fuad Al-Musawa - Media Islam - Voice of Muslim". Muslimedia News. 2015-08-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-04-18. Diakses tanggal 2018-04-17. 
Audio Visual
  1. (Indonesia) Habib Umar bin Hafidz (2013). (dalam bahasa (Arab)) [Guru Mulia Habib Umar Tentang Habib Munzir al-Musawwa di YouTube [https://www.youtube.com/watch?v=FmKzjDDcnuo Guru Mulia Habib Umar Tentang Habib Munzir al-Musawwa] di [[YouTube]]] Periksa nilai |url= (bantuan).  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Konflik URL–wikilink (bantuan)
  2. (Indonesia) Kompas.com (2013). (dalam bahasa (Indonesia)) [Pemakaman Habib Munzir di YouTube [https://www.youtube.com/watch?v=oQY9-nZBonA Pemakaman Habib Munzir] di [[YouTube]]] Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 14 April 2013.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Konflik URL–wikilink (bantuan)
  3. (Indonesia) Kompas.com (2013). (dalam bahasa (Indonesia)) [Pemakaman Habib Munzir di YouTube [https://www.youtube.com/watch?v=oQY9-nZBonA Pemakaman Habib Munzir] di [[YouTube]]] Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 14 April 2013.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Konflik URL–wikilink (bantuan)
  4. (Indonesia) (dalam bahasa (Indonesia)). www.majelisrasulullah.org. 2018 [Majelis Rasulullah di YouTube [https://www.youtube.com/@UC1r7aFs11pnS4QvBjCUvyOQ Majelis Rasulullah] di [[YouTube]]] Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 06 April 2018.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Konflik URL–wikilink (bantuan)
  5. (Arab) (dalam bahasa (Arab)). 2018 [قناة مقاطع الحبيب عمر di YouTube [https://www.youtube.com/@UCx9X-PL8pDFIzUFu5EAXAqw قناة مقاطع الحبيب عمر] di [[YouTube]]] Periksa nilai |url= (bantuan). Diakses tanggal 06 April 2018.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan); Konflik URL–wikilink (bantuan)

Biografi Habib Munzir Lainnya

Pranala luar

  1. (Indonesia) Situs Resmi Majelis Rasulullah
  2. (Indonesia) Situs Resmi Dar-al Musthafa
Kembali kehalaman sebelumnya