Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV (bin almarhum Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III) adalah Sultan Sumbawa ke-18 (m. 5 April 2011-sekarang).[1][2][3][4][5][6]
Tahun 1931 merupakan tahun dilaksanakannya Penobatan Sultan Sumbawa, Sultan Muhammad Kaharuddin III ( 1931 – 1958 ) sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, pada tahun 1950 melalui Surat Emasnya, Sultan Sumbawa menyatakan diri bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ekspektasi masyarakat Sumbawa ( Tau Samawa ) yang berada pada dua Kabupaten bekas wilayah adat Kesultanan Sumbawa yakni Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat terhadap Kesultanan Sumbawa, maka melalui keputusan Mudzakarah Rea ( Musyawarah Agung ) Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) pada tanggal 8 – 10 Januari 2011, dilaksanakan pengukuhan terhadap Datu Raja Muda ( Putra Mahkota ) Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa menjadi Sultan Sumbawa ke XVIII. Puncak upacara penobatannya dilaksanakan pada, Selasa 15 April 2011, berlokasi di Istana Balakuning, Istana Dalam Loka dan Mesjid Agung Nurul Huda Sumbawa Besar.
Daeng Mohammad Abdurrahman (DMA) Kaharuddin, 70 tahun, dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa ke-17. Bergelar Sultan Muhammad Kaharudin IV meneruskan dinasti orang tuanya Muhammad Kaharuddin III (Daeng Manurung) yang telah meninggal dunia pada tahun 1975. Ini berarti selama 36 tahun terjadi kekosongan kesultanan Sumbawa.
Penobatan dilakukan oleh Haji Zainal Arifin selaku Imam di Masjid Agung Nurul Huda – tempat acara penobatan - yang berjarak 200 meter dari rumah tinggalnya di Bala Kuning, atau hanya belasan meter dari Istana Dalam Loka. Acaranya di dalam masjid tanpa dihadiri orang perempuan, menurut pengarah acara Muhammad Ikraman.
Ada sepuluh raja se Indonesia yang akan hadir. Mereka antara lain Gusti Kanjeng Ratu Hemas istri Sultan Hamengku Buwono X dari DI Yogyakarta, Ida Tjokorda Ngurah Dampu Pemecutan Bali, Nesi Nope Amanuban dari Niki-Niki Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur.
Prosesi sudah dilakukan beberapa hari sebelumnya berupa pengambilan air khusus untuk kelengkapan Basiram dari Ai Sumer Bater di Kelurahan Brang Bara, Ai Ai Awak di Kelurahan Seketeng, Ai Tangkep di Kelurahan Brang Biji dan Ai Let di Desa Labuhan Sumbawa.
Sebelum penobatan dilakukan prosesi Basiram (mandi suci) Sultan beserta istrinya Andi Tenri Djadjah Burhanudin, asal Provinsi Sulawesi Selatan.
Tanggal 5 April 1941, Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa Putra Sultan Muhammad Kaharuddin III, dinobatkan sebagai Putra Mahkota. Bertepatan dengan tanggal kelahiran beliau Sultan Muhammad Kaharuddin IV, 5 April 2011 di nobatkan sebagai Dewa Maraja Sumbawa yang ke 17 oleh Lembaga Musyakara Adat Tana Samawa.
Kaharuddin yang lebih dikenal Daeng Ewan yang dilahirkan di Sumbawa Besar, 5 April 1941 dikukuhkan sebagai Sultan Sumbawa berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 05/MR-LATS/2.1/1432-2011 sewaktu dilakukan Muzakarah Rea Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS), pada bulan Januari di istana Dalam Loka.[7][8]
Pengukuhan oleh DPRD Sumbawa
Setelah mendengar seluruh pendapat akhir fraksi-fraksi di DPRD Kabupaten Sumbawa dalam sidang paripurna terakhir tentang laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun 2010 dan laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati Sumbawa Tahun 2010 yang sebagian besar meminta kepada DPRD Kabupaten Sumbawa agar Sultan Muhammad Kaharuddin IV dikukuhkan sebagai Sultan Sumbawa ke 17, akhirnya Pimpinan Sidang Paripurna H Farhan Bulkiyah SP, mengukuhkan Daeng Muhammad Abdurrahman SE MBA sebagai Sultan Sumbawa ke XVII dengan sebutan Sultan Muhammad Kaharuddin IV[9]
Hubungan Silsilah Sultan Muhammad Kaharuddin IV dengan Sultan Banjar
Tertulis dalam buku Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde volume 14 (1864:503):[10]
Omtrent de lans Kaliblah wordt het navolgende verhaald. Zij behoorde vroeger tot de rijkswapens van den Sultan van Sumbawa. Een dezer Sultans nu was in het huwelijk getreden met Ratoe Laija, eene zuster van Sultan Tahmid Ilah II van Bandjermasin. Uit dat huwelijk is de Sulthan Mohamad, die later over Sumbawa geregeerd heeft geboren.[10]
Berikut ini terkait dengan tombak Kaliblah. Tombak ini dulu milik senjata nasional Sultan Sumbawa.
Buah dari pernikahan itu adalah Sulthan Mohamad (Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin II Raja Sumbawa XIII 1795-1816), yang kemudian memerintah atas Sumbawa.
SULTAN BIMA II m. 1640-1682 ♂ I Ambela Sultan Abi’l-Khair Sirajuddin anumerta: Mantau Uma Jati (yang mempunyai rumah jati) (b. 1629, + 23 Juli 1682)
↓(beristeri) menikah 13 April 1646
♀ Karaeng Bonto Je'ne (adik dari Sultan Hasanuddin) binti Sultan Muhammad Said Sultan Gowa
SULTAN BIMA III m. 1683-1687 ♂ Sultan Nuruddin Abu Bakar Ali Syah anumerta: Mawa’a Paju (yang membawa payung) nama kecil: Mapparabung Daeng Mattalli’ Karaeng Panaragang (b. 13 Desember 1651, + 23 Juli 1687)
↓(beristeri) menikah 7 Mei 1684
♀ Daeng Ta Memang binti Raja Tallo
SULTAN BIMA IV m. 1687-1696 ♂ Sultan Jamaluddin ‘Inayat Syah anumerta: Mawa’a Romo (yang membawa mulut/laras) (b. 1673, + 6 Juli 1696) dibuang ke Batavia 1695[14]
↓(beristeri) menikah 8 Agustus 1693
♀ I Fatimah Karaeng Tana-tana binti I Mappaosong Daeng Mangewai Karaeng ri Bisei Tumenanga ri Jakattara "Raja Gowa ke-18"
SULTAN BIMA V m. 1696-1731 ♂ Sultan Hasanuddin Muhammad Ali Syah anumerta: Mabata Bo’u (yang mempunyai kubur baru) nama kecil: Mapatalli’ Syaad Syah (b. 7 September 1689, + 23 Januari 1731)
↓(beristeri) -> Ince' Bagus
♀ Dewa Iya Dewa Bini Tenga binti SULTAN SUMBAWA III ♂ Dewa Mas Bantan = ♀ St. Halimah Daeng Tomi Karaeng Tannisanga
SULTAN BIMA VI m. 1731-1748 ♂ Sultan Alauddin Muhammad Syah Zillullah Fi Al-alam anumerta: Manuru Daha (yang berdiam di Daha) Datu Muslimin Ali Syah nama kecil:Abdullah Sulaiman Ali Syah (b. 1706, + 17 atau 27 Mei 1748)
↓(beristeri) menikah 1727
♀ Karaeng Tana Sanga Mahbubah Mamuncaragi "I Mamunjaragi" (putri Sultan Gowa Siorajuddin) binti I Mappaurangi Karaeng Kanjilo Karaeng Boddia Tumenanga ri Tallo "Raja Gowa ke-21 & 23 Raja Tallo ke-12"
SULTAN BIMA VII m. 1748-1751 ♀ Rumata Sultanah Kamalat Syah Rumata Ma Kalosa Weki Ndai
SULTAN BIMA VIII m. 1751-1773 ♂ Sultan Abdul Kadim anumerta: Mawa’a Taho (yang membawa kebaikan) nama kecil: Sri Nawa (b. 10 Juni 1735, + 31 Agustus 1773) (adik Rumata Sultanah Kamalat Syah Rumata Ma Kalosa Weki Ndai)
SULTAN BIMA IX m. 1773-1817 ♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah anumerta: Mantau Asi Saninu (yang mempunyai istana cermin) (b. 1762, + 14 Juli 1817) (duda dari Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795)
↓(beristeri)
♀ Datu Sagiri binti Sultan Harun Arrasyid II SULTAN SUMBAWA XI m. 1777-1791
SULTAN BIMA X m. 1818-1854 ♂ Sultan Ismail Muhammad Syah Rumata Mawa’a Alus anumerta: Mantau Dana Sigi (yang mempunyai tanah mesjid) (b. 28 Mei 1797, + 30 Mei atau 4 Juni 1854)
↓(beristeri)
♀ Putri Ma Wa'a Kali
Muhammad Anwar
SULTAN BIMA XI m. 1854-1868 ♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah anumerta: "Rumata Mawa’a Adil" (yang membawa keadilan) (b. 1844, + 10 Agustus 1868)
↓(beristeri)
♀ Siti Saleha Bumi Pertiga binti Lalu Cela Tureli Belo bin Lalu Abdullah Syahbandar bin Dewa Masmawa Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima SULTAN SUMBAWA IX m. 1761-1752
SULTAN BIMA XII m. 1868-1981 ♂ Sultan Abdul Aziz Mawa'a Sampela
SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915 ♂ Sultan Ibrahim anumerta: Rumata Mawa’a Taho Perange (yang baik perangai) (b. 19 Februari 1866; + 6 Desember 1915)
↓(beristeri)
♀ Sitti Fatimah binti Lalu Yusuf Ruma Tua Sakuru
SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951 ♂ Sultan Muhammad Salahuddin
anumerta: Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama (yang meninggal di Jakarta, yang menegakkan agama) (b. 14 Juli 1889)
↓(beristeri)
♀ Sitti Maryam binti Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima
♂ Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV Muhammad Abdurrahman Daeng Rajadewa Daeng Ewan (b. 5 April 1941)
↓(beristeri)
Dewa Maraja Bini ♀ Andi Bau Tenri Djadjah Datu Tenri (b. 23 Oktober 1946) binti ♂ Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = ♀ Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[15]
♀ Daeng Sarrojini Naidu
↓(bersuami)
♂ Sentot Agus Priyanto
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto
♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto
♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto
Hubungan silsilah kekerabatan dengan trah Sultan Banjar
Keturunan ke-16 dari Sultan Banjar ke-1.
SULTAN BANJAR 1
m. 1520-1540[16][17] ♂ Raden Jaya Sutera Raden Raga Samudera Pangeran Jaya Samudera Sultan Suryanullah Sultan Suriansyah anumerta: Susunan Panembahan Batu Habang
Di Kedatuan Taliwang Pangeran Taliwang 1 ♂ Raden Marabut Raden Subangsa (ipar dari Dewa Mas Pamayam SULTAN SUMBAWA 1 m. 1648-1668)
♂ Raden Khatib
Raja Taliwang ♂ Raden Mataram Dewa Amas Mattaram (yang hilang di Tallo', dilahirkan oleh: ♀ Mas Surabaya, saudari dari Dewa Mas Panghulu)[5]
SULTAN SUMBAWA 3 m. 1675-1705, + 1713 Dinasti Dewa Dalam Bawa
♂ Raden Bantan Dewa Mas Bantan Sultan Hasanurrasyid I anumerta: Datu Loka (dilahirkan oleh: ♀ Dewa Mas Panghulu, saudari dari Dewa Mas Cinni/Dewa Mas Pamayam SULTAN SUMBAWA 1 m. 1648-1668)
↓(beristeri)
♀ Halimah Tomi Karaeng Tannisanga binti I Mappaijo Daeng Mannjauru Sultan Harun Al Rasyid anumerta Tumenanga ri Lampana (Raja Tallo ke-10 )
Di Banjarmasin ♀ Gusti Yada
RIWABATANG (PEMANGKU) SULTAN SUMBAWA m. 1722 – 1725 DATU SERAN ♂ Raja Tua Datu Bala Sawo Dewa Loka Ling Sampar (+ 25 Agustus 1725)
♀ Dewa Iya (janda dari Sultan Hasanuddin Muhammad Ali Syah SULTAN BIMA V m. 1696-1731)
↓(bersuami)
♂ Datu Budi dari Gowa
SULTAN SUMBAWA 4 m. 1702 – 1725 DATU TALIWANG ♂ Sultan Amas Madina Amasaq Amas Samawa Mas Madina (+ 12 Februari 1725)
♂ Datu Seppe (saudara tiri Datu Dollah & Sultan Bima Alauddin Manuru Daha)
↓(beristeri)
♀ Ran Tambas Lala Tambas (binti Dewa Mas Pakil Dewa Lengan Seran)[18]
Datu Alas ♂ Lalu Muntanderman Datu Bejing
SULTAN SUMBAWA IX m. 1761-1752 ♂ Dewa Masmawa Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin anumerta: Dewa Lengit Ling Dima
↓(beristeri)
♀ Lala Kaca Uni (janda dari Dea Kapitan Jepara Lalu Anggawasita Mele Sarapiah) binti Dea Ranga Lalu Bangga
♀ Datu Balasari
♂ Lalu Abdullah Syahbandar
♂ Lalu Cela Tureli Belo
♀ Siti Saleha Bumi Pertiga
↓(bersuami)
♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah anumerta: Rumata Mawa’a Adil (yang membawa keadilan) SULTAN BIMA XI m. 1854-1868
SULTAN BIMA XII m. 1868-1981 ♂ Sultan Abdul Aziz Mawa'a Sampela
SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915 ♂ Sultan Ibrahim anumerta: Rumata Mawa’a Taho Perange (yang baik perangai) (b. 19 Februari 1866; + 6 Desember 1915)
↓(beristeri)
♀ Sitti Fatimah binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru
SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951 ♂ Sultan Muhammad Salahuddin anumerta: Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama (yang meninggal di Jakarta, yang menegakkan agama) (b. 14 Juli 1889, + 11 Juni 1951)[19]
↓(beristeri)
♀ Sitti Maryam binti Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima
Gelar abhiseka: Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV Nama lengkap Sultan: ♂ Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa Nama panggilan: Daeng Ewan (b. 5 April 1941)
↓(beristeri)
Gelar Permaisuri: Dewa Maraja Bini Nama lengkap Permaisuri: ♀ Andi Bau Tenri Djadjah Nama panggilan: Datu Tenri (b. 23 Oktober 1946) binti Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[15]
♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum
♀ Daeng Sarrojini Naidu
↓(bersuami)
♂ Sentot Agus Priyanto
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto
♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto
♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto
Leluhur
16 (=20.) ♂ Lalu Muhammad Amaroe'llah (Sultan Sumbawa XIV) bin Sultan M. Kaharuddin II
8. ♂ Mas Kuncir Datu Lolo Daeng Manassa (Datu Raja Muda Sumbawa)
17. ♀ Lala Rante Patolah binti M. Yakub Ruma Kapenta Wadu
20 (=16.) ♂ Lalu Muhammad Amaroe'llah (Sultan Sumbawa XIV)
10. ♂ Daeng Padusung Mappasusung
21. ♀
5. ♀ Siti Maryam Daeng Risompa Datu Ritimu
22. ♂
11. ♀ Daeng Ante Datu Singasari
23. ♀
1. ♂ Muhammad Kaharuddin IV (Sultan Sumbawa XVII)[20]
24. ♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah Rumata Mawa’a Adil (Raja Bima XI m. 1854-1868) bin Sultan Ismail Muhammad Syah Ma Wa'a Alus Manuru Sigi Mantau Dana Sigi (Sultan Bima X m. 1818-1854)
12. ♂ Ibrahim Rumata Mawa’a Taho Perange (Sultan Bima XIII m. 1881-1915)
25. ♂ Siti Saleha Bumi Pertiga
6. ♂ Muhammad Salahuddin Ma Kakidi Agama (Sultan Bima XIV m. 1815-1851)[21]
^Chambert-Loir, Henri (Juli 2004). Henri Chambert-Loir, ed. Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah (edisi ke-2). Jl. Palmerah Selatan No. 21, Jakarta 10270, Indonesia: (KPG) Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 121. ISBN9799100119.Lebih dari satu parameter |author= dan |last= yang digunakan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Tanggal dan tahun (link) ISBN 978-979-9100-11-5
^Susanto Zuhdi, Triana Wulandari (1 Januari 1997). Tawalinuddin Haris, ed. Kerajaan Tradisional di Indonesia : BIMA. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 55.