Muhammad Kabungsuwan
Syarif Muhammad Kabungsuwan (bahasa Tagalog: Shariff Mohammed Kabungsuwan) adalah seorang Arab-Melayu yang menyebarkan agama Islam di Filipina selatan dan mendirikan Kesultanan Maguindanao pada tahun 1515.[1][2] Menurut tradisi Maguindanao, Muhammad Kabungsuwan adalah anak dari Syarif Zainal Abidin, seorang keturunan Arab yang menetap di Johor, dengan salah seorang putri dari Sultan Johor.[3] Mereka memiliki tiga orang anak: Ahmad yang berdakwah ke Brunei, Alawi yang berdakwah ke Sulu, serta yang termuda Muhammad Kabungsuwan.[3] Muhammad Kabungsuwan datang dari Johor dan tiba di Malabang, Cotabato, pada tahun 1475.[4] Ia datang bersama Suku Samal-Bajau yang sudah beragama Islam, dan dengan bantuan mereka berhasil mengatasi perlawanan penduduk asli setempat.[4] Selain Suku Samal-Bajau, upaya Muhammad Kabungsuwan juga dibantu oleh Tabunaway, seorang datu setempat.[3] Setelah berhasil menguasai Lembah Cotabato, Muhammad Kabungsuwan menetap di sana sedangkan Suku Samal-Bajau berpindah terus ke Teluk Sarangani dan Teluk Davao.[3] Muhammad Kabungsuwan selanjutnya menikahi putri-putri datu/kepala suku setempat.[5] Banyak penduduk asli di sekitar Lembah Cotabato kemudian memeluk Islam, di antaranya adalah suku-suku Magindanao, Slangan, Matampay, Lusud, Katittwan, Simway, dan lain-lain.[3] Sebagian penduduk asli ada pula yang menolak bergabung dan menjauh ke pegunungan, yang merupakan nenek moyang dari suku-suku asli Bilaan, Monobo, Subanun, Tiruray, Tagabilis, dan lain-lain pada saat ini.[5][6] Pada sekitar tahun 1515, Syarif Kabungsuwan mendirikan Kesultanan Maguindanao.[5] Anak keturunan Muhammad Kabungsuwan dari putri-putri datu setempat melanjutkan upaya penyebaran agama, sehingga suku-suku Iranun (pesisir Malabang) dan Maranao (danau Lanao) secara keseluruhan juga telah memeluk Islam pada saat kedatangan kolonial Spanyol.[6] Bekas provinsi Shariff Kabunsuan di Filipina dinamakan berdasarkan namanya.[7] Catatan kaki
Referensi
|