Monumen Kereta Api PekanbaruMonumen Kereta Api Pekanbaru adalah bangunan cagar budaya yang terletak di Jalan Kaharuddin Nasution, Simpang Tiga, Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Riau. Dulunya, monumen ini merupakan area pemakaman korban kerja paksa atau romusha pembangunan proyek jalur kereta api Muarakalaban–Muaro–Pekanbaru pada masa pendudukan Jepang.[1] Di kompleks Monumen Kereta Api Kota Pekanbaru terdapat sebuah lokomotif uap tipe C33 22 dan sebuah tugu yang dibangun pada tahun 1978 bernama Tugu Pahlawan Kerja.[2] DeskirpsiKompleks Monumen Kereta Api Pekanbaru berdiri di lahan berukuran 45,6 m x 33,5 m. Kompleks ini mencakup lokomotif uap, 22 makam yang korban kerja paksa romusha, dan tugu yang dibangun Gubernur Riau R. Soebrantas pada tahun 1978.[3] Monumen Kereta Api di Kota Pekanbaru telah diresmikan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau menjadi cagar budaya Indonesia tidak bergerak Kota Pekanbaru dengan Nomor Inventaris 04/BCB-TB/B/01/2014. Objek cagar budaya yang terdapat di kompleks Monumen Kereta Api Pekanbaru yakni lokomotif uap tipe C33 22 berwarna hitam yang tidak memiliki gerbong. Lokomotif tersebut terpajang di atas beton dan memiliki rel sepanjang kurang lebih enam meter. Pada dindingnya, terdapat ukiran yang menggambarkan kekerasan kekerasan tentara Jepang terhadap romusha dan ukiran peta sederhana perlintasan rel kereta api di Riau.[1][4][5] SejarahMonumen Kereta Api Pekanbaru merupakan salah satu bukti dari usaha Jepang untuk membangun jaringan kereta api yang menghubungkan pantai timur dan pantai barat Sumatera. Rencana ini merupakan lanjutan dari program Belanda sebelum Perang Dunia II. Perencanan awal adalah untuk membuka jalur dari Muaro Sijunjung-Pekanbaru.[1] Poyek pembangunan jalan kereta api dari Muaro ke Pekanbaru dibangun antara bulan September 1943 sampai dengan 15 Agustus 1945. Jalur ini dikerjakan oleh rōmusha dan tawanan perang. Banyak pekerja paksa yang meninggal selama proses pengerjaannya. Pekerja yang meninggal dikubur secara massal di berbagai lokasi, termasuk di Pekanbaru.[1] Dari cerita masyarakat lokal, pernah ditemukan tulang-belulang tak jauh dari Monumen Kereta Api Pekanbaru yang diduga adalah jasad para pekerja paksa yang tewas saat mengerjakan proyek rel.[6] Pembangunan jalur kereta api Muarakalaban–Muaro–Pekanbaru selesai pada 15 Agustus 1945. Rel ini hanya sekali digunakan untuk membawa tahanan perang. Sayangnya karena terbuat dari kayu, rel kereta api ini tidak dapat bertahan lama. Belum sempat Jepang memperbaikinya, penjajah ini menyerah tanpa syarat pada pihak sekutu.[1] Saat ini, tak ada lagi rel kereta api yang dapat ditemui secara utuh di Pekanbaru, hanya sisa-sisa pembangunannya berupa besi, lokomotif, atau cor bantalan rel yang sudah tidak utuh lagi.[7] Referensi
|