Mononykus
Mononykus (artinya "satu cakar") adalah genus dinosaurus alvarezsaurid yang hidup selama Kapur Akhir di tempat yang sekarang disebut Asia di Formasi Nemegt, sekitar 70 juta tahun yang lalu. Mononykus adalah pemburu gesit yang berlari di atas kakinya yang panjang, kuat, memangsa kadal, serangga dan mamalia kecil yang akan di tangkap dengan paruhnya.[butuh rujukan] Wujud Mononykus adalah percampuran antara seekor dinosaurus dan seekor burung.[butuh rujukan] Ia juga memiliki dua ‘tangan’ pendek yang membingungkan para ahli[siapa?], karena tidak dapat menyimpulkan kegunaan dari kedua ‘tangan’ tersebut.[butuh rujukan] Para ahli[siapa?] saat ini berpendapat bahwa Mononykus telah berevolusi dari seekor burung yang dapat terbang[butuh rujukan], tetapi beradaptasi pada kehidupannya kaki mirip burung unta untuk berlari mengejar mangsanya lebih banyak digunakan dibandingkan dengan sayapnya.[butuh rujukan] Seiring dengan berjalannya waktu sayapnya telah berubah menjadi ‘tangan’ yang tajam.[butuh rujukan] Ciri-ciriPanjang: Sekitar 1 meter dari ujung paruhnya hingga ujung ekornya.[1] Makanan: Mungkin serangga, kadal dan mamalia kecil, dan mungkin sedikit tumbuhan tertentu[butuh rujukan] Sisa-sisa penemuan dari kerangka Mononykus telah ditemukan di daerah Bugin Tsav di Gurun Gobi di selatan Mongolia.[2] Tulang belulangnya terkubur dalam pasir, mengindikasikan bahwa mereka mati karena badai pasir atau bukit pasir yang runtuh.[butuh rujukan] Fakta LainPada saat ini para ahli menempatkan Mononykus pada keluarga generasi pertama dari burung yang dapat terbang yang disebut Alvarezsauridae, yang terdiri dari contoh lain yang mirip dari akhir zaman Cretaceous di Argentina.[butuh rujukan] Beberapa ilmuwan[siapa?] berpendapat bahwa Mononykus hidup dalam liang, namun walaupun ‘tangan’nya tampaknya cukup cocok untuk menggali, kakinya yang panjang tidak cocok untuk menggali terowongan.[butuh rujukan] Contoh Mononykus pertama ditemukan pada tahun 1923 oleh ekpedisi yang dipimpin oleh pemburu fosil dari Amerika Roy Chapman Andrews. Namun tulang tersebut dibiarkan tidak bernama dan tidak di pelajari di Museum Sejarah Alam Amerika di New York hingga tahun 1993, pada saat anggota dari ekspedisi Amerika yang lain menemukan lagi tiga contoh lainnya. Referensi
|