Miyamoto International
Miyamoto International adalah sebuah penyedia jasa rekayasa struktur dan manajemen bencana global yang paling dikenal berkat rancangan gempa buminya di California, baik untuk bangunan baru maupun bangunan lama, serta atas keterlibatannya dalam proses rekonstruksi Port-au-Prince, Haiti dan Christchurch, Selandia Baru pasca dilanda gempa bumi pada tahun 2010 dan 2011. Berkantor pusat di West Sacramento, California, perusahaan ini memiliki kantor di sejumlah negara di dunia. SejarahPerusahaan ini didirikan dengan nama Arthur A. Sauer - Structural Engineer, oleh Arthur Sauer di Sacramento, California pada tahun 1946.[2] Pernah bekerja di divisi struktur dari Divisi Arsitektur Negara Bagian California, Sauer terlibat di Perang Dunia II sebagai komandan di Batalyon Konstruksi Angkatan Laut Amerika Serikat, dan bertugas mencari lahan di Barat Daya Pasifik yang cocok untuk dibangun pangkalan udara (namun akhirnya dibatalkan). Ia kemudian ditugaskan ke Jepang untuk mengawasi proyek rekonstruksi hingga diperbolehkan pulang, dan ia pun mendirikan perusahaan ini.[3] Setelah membuka kantor di Stockton dan Fresno, Sauer menjadikan tiga insinyurnya, yakni Ken Marr, Charles Grimes, dan Joe Wood, sebagai asisten dan kemudian sebagai mitra, dan perusahaan inipun berbisnis dengan nama Sauer-Marr-Grimes-Wood Consulting Engineers hingga Sauer pensiun pada tahun 1979.[4] Kit Miyamoto bergabung ke perusahaan ini pada tahun 1989. Saat itu, perusahaan ini berbisnis dengan nama Marr Shaffer & Associates.[5] Pernah menjadi pemain sepak bola Amerika untuk Butte College, namun cedera lutut memaksanya untuk mengalihkan fokusnya ke rekayasa, Miyamoto pun didampingi oleh John Shaffer, yang pada saat itu menjabat sebagai CEO. Pada tahun 1997, Shaffer menjual perusahaan ini ke Miyamoto, dan nama perusahaan inipun diubah menjadi Marr Shaffer & Miyamoto, Inc.[6][7] Pada tahun 1999, Miyamoto masuk dalam daftar "Top 40 Executives Under 40" yang disusun oleh Sacramento Business Journal.[8] Pada tahun 2002, perusahaan ini membeli Martin & Huang, dan nama perusahaan inipun diubah menjadi MHI Miyamoto, dan pada tahun 2004 kembali diubah menjadi Miyamoto International.[9][10] Pada tahun 2005, Miyamoto International berekspansi ke bisnis manajemen risiko melalui kemitraan dengan Global Risk Consultants untuk membentuk Global Risk Miyamoto.[11] Pada tahun 2010, Miyamoto memperoleh gelar PhD di bidang Rekayasa Gempa Bumi dari Institut Teknologi Tokyo.[7] Pasca gempa bumi Haiti pada tahun 2010, Miyamoto membantu melakukan rekonstruksi dan penilaian pasca-bencana, serta mendirikan kantor di sana.[12] Pasca gempa bumi Christchurch 2011, Miyamoto bermitra untuk merekonstruksi Christchurch serta menerapkan program pengurangan risiko gempa bumi di Selandia Baru.[13] Pada tahun 2012, Miyamoto Thailand resmi dibentuk untuk menangani risiko gempa bumi di Asia Tenggara.[12] Perusahaan ini kini memiliki kantor di Sacramento, Los Angeles, Orange County, San Diego, San Francisco Bay Area, Portland, dan Washington DC di Amerika Serikat, serta di Haiti, Italia, Turki, Thailand, Jepang, dan Selandia Baru.[14] Pada tahun 2011, Gubernur California, Edmund G. Brown Jr. menunjuk Kit Miyamoto sebagai anggota Komisi Keamanan Seismik Alfred E. Alquist.[15] Pada tahun 2012, Miyamoto mendapat Allied Professions Honor Award dari American Institute of Architects, California Council.[16] Rekayasa gempa bumi, manajemen risiko, dan tanggap bencanaMiyamoto International menyediakan solusi manajemen bencana serta rekayasa gempa bumi dan struktur untuk pemerintah maupun masyarakat di seluruh dunia.[17] Perusahaan ini dapat merancang bangunan baru dan merenovasi bangunan lama agar dapat tahan terhadap guncangan gempa bumi besar.[18][19] Perusahaan ini juga menyediakan jasa konsultansi risiko untuk bencana alam lain, seperti badai dan banjir.[20] Setelah gempa bumi atau bencana alam lain terjadi, perusahaan ini dapat memberi nasehat teknis dan melakukan penilaian kerusakan untuk membantu pemulihan daerah yang terdampak.[21] Gempa bumi Haiti 2010Pada tanggal 12 Januari 2010, Haiti dilanda gempa bumi dengan kekuatan 7,0 Skala Richter.[22] Diperkirakan korban jiwa akibat gempa bumi tersebut mencapai 300.000 orang, sementara 300.000 orang lainnya terluka dan lebih dari satu juta orang terlantar.[23] Melalui kemitraan dengan Pan American Development Foundation (PADF), Miyamoto International pun datang untuk membantu proses rekonstruksi.[24][25] United Nations Office for Project Services (UNOPS) bekerja dengan Pemerintah Haiti dan Miyamoto International di Port-au-Prince untuk menilai dampak dari kerusakan struktural.[26] Miyamoto International juga melatih warga setempat mengenai pembangunan dan rekayasa struktur, sehingga warga dapat memperbaiki atau membangun ulang rumahnya agar tahan gempa bumi.[27] Lebih dari 500 orang warga lokal dilatih sebagai insinyur struktur, sementara lebih dari 400.000 rumah berhasil diperiksa, dan Miyamoto menyatakan bahwa sebagian besar rumah dapat "diperbaiki dalam waktu kurang dari tiga hari dengan biaya yang dibutuhkan oleh masing-masing rumah mulai dari $1.000 hingga $1.500."[28][29] Pasca gempa bumi tersebut, Miyamoto International juga mendirikan kantor di Haiti.[12] Gempa bumi Christchurch 2011Pada tanggal 22 Februari 2011, Christchurch, Selandia Baru rusak berat akibat dilanda gempa bumi berkekuatan 6,3 Skala Richter.[30] Dipekirakan korban jiwa mencapai 185 orang, sementara ribuan orang lainnya terluka.[31][32] Dr. Amir Gilani dari Miyamoto International kemudian ditugaskan ke Christchurch untuk menilai dampak dan penyebab kerusakan, dan melaporkan bahwa terjadi "kerusakan parah pada bangunan-bangunan di pusat kota dan likuifaksi tanah yang meluas di seantero wilayah."[33] Dr. Miyamoto pun memimpin tim yang bertugas di Selandia Baru dari Haiti.[34] Miyamoto bekerja dengan kelompok dan warga setempat mengenai rencana tanggap struktur untuk memperbaiki kerusakan sembari mencoba untuk mempertahakan sebanyak mungkin bangunan di dalam kota, terutama bangunan cagar budaya.[35] Masyarakat pun terlibat pro kontra saat rencana penghancuran Katedral ChristChurch diumumkan.[36] Perwakilan dari Miyamoto International International menyatakan bahwa bangunan yang dibangun pada tahun 1904 tersebut dapat dipertahankan dan diamankan dengan menggunakan teknik modern.[37][38] Saat ini, bangunan tersebut telah dihancurkan sebagian, sembari persidangan di Mahkamah Agung Selandia Baru terus berjalan untuk menghentikan penghancuran tersebut.[39] Referensi
Pranala luar |