Mitratel
Dayamitra Telekomunikasi (berbisnis dengan nama Mitratel) adalah anak usaha Telkom Indonesia yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur telekomunikasi. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki empat kantor area, yakni di Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makassar. Hingga akhir tahun 2020, perusahaan ini memiliki 18.473 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia.[1][2] SejarahPerusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1995[3] di Kalimantan dengan nama PT Dayamitra Malindo dan sahamnya dimiliki oleh perusahaan asal Indonesia (PT Intidaya Sistelindo Mitra, PT ALatief Nusakarya) dan luar Indonesia (Telekom Malaysia, AIA).[4][5] Belakangan, mayoritas saham Telekom Malaysia diakuisisi oleh Cable & Wireless plc, sebuah perusahaan telekomunikasi asal Inggris, sehingga namanya sejak 28 Agustus 1997 menjadi PT Dayamitra Telekomunikasi[6] dengan nama dagang Cable & Wireless Mitratel.[7] Saat itu, perusahaan ini bergerak di bidang kerja sama operasi dalam pembangunan jaringan PSTN sebanyak 237.000 sambungan di pulau Kalimantan.[5] Pada tanggal 14 Desember 2004, seluruh saham perusahaan ini resmi dipegang oleh Telkom.[3] Telkom lalu memfokuskan bisnis Mitratel pada penyewaan dan pengelolaan menara telekomunikasi sejak tahun 2007.[6] Perusahaan ini kemudian mulai menyewakan menara telekomunikasinya ke Telkom Indonesia dan Excelcomindo Pratama, yang disusul ke Natrindo Telepon Seluler dan 3 Indonesia pada tahun 2009. Pada tahun 2010, penyewaan menara telekomunikasi ke Telkom Indonesia berakhir dan kemudian dilanjutkan oleh Telkomsel. Perusahaan ini lalu mendirikan sepuluh kantor regional di seluruh Indonesia dan meneken perjanjian untuk dapat menjadi agen penyewaan bagi menara telekomunikasi milik Telkom Indonesia, Telkomsel, dan XL Axiata. Perusahaan ini kemudian mulai menyediakan jasa perawatan untuk menara telekomunikasi milik Telkomsel. Pada tahun 2011, perusahaan ini mulai menyewakan menara telekomunikasinya ke Indosat dan Smartfren. Perusahaan ini juga mulai mengelola 1.401 unit menara telekomunikasi milik Divisi Infratel dan DTF dari Telkom Indonesia. Perusahaan ini kemudian mulai menyediakan jasa perawatan untuk 2.337 unit menara telekomunikasi milik Telkom Flexi. Perusahaan ini lalu mulai membangun menara IBS di sembilan gedung. Perusahaan ini kemudian mengakuisisi 913 menara IBS dan mulai menawarkan 1.300 menara IBS milik Telkomsel ke operator telekomunikasi lain. Pada tahun 2011 juga, untuk pertama kalinya, perusahaan ini membangun menara BTS di sebuah hotel di Sentul. Perusahaan ini kemudian bekerja sama dengan Telkom Indonesia untuk menyiapkan pembangunan wifi.id. Pada tahun 2012, perusahaan ini bermitra dengan Le Blanc Technologies untuk membangun 54 unit menara telekomunikasi di Timor Leste milik Telin. Perusahaan ini kemudian membeli 56 unit CDC milik Indo Matra Lestari. Pada tahun 2016, perusahaan ini menjadi yang pertama di Indonesia untuk memiliki 1.000 unit smartpole, yakni menara telekomunikasi dengan ketinggian kurang dari 20 meter. Pada tahun 2017, perusahaan ini telah memiliki 10.000 unit menara telekomunikasi. Pada tahun 2019, perusahaan ini mengakuisisi Persada Sokka Tama yang memiliki 1.017 unit menara telemunikasi[8] dan mengakuisisi 2.100 unit menara telekomunikasi milik Indosat Ooredoo.[9] Pada tahun 2020, perusahaan ini mengakuisisi 6.050 unit menara telekomunikasi milik Telkomsel.[1][2] Pada akhir tahun 2021, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.[10] Bisnis penyewaan menara pemancarSaat ini perusahaan telah menyediakan penyewaan tower untuk beberapa operator telekomunikasi antara lain: PT. Telekomunikasi Seluler, PT. XL Axiata, Tbk, PT. Indosat, Tbk, PT. Axis Telekom Indonesia, PT. Hutchison 3 CP Telecommunications, PT. Bakrie Telecom, Tbk, PT. Smartfren Telecom, Tbk, Divisi Telkom Flexi yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur,Bali, Nusa Tenggara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Batam, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua.[3] Saat ini, Mitratel tengah mengembangkan layanan penyediaan mircrocell dan multi operator in-building solution (indoor antenna-pico).[3] Monetisasi MitratelPT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau Telkom berencana merealisasikan rencana monetisasi Mitratel pada tahun 2015.[11] Aset-aset Mitratel akan dilepas ke Tower Bersama Infrastructure.[12] Pelepasan aset-aset tersebut dinilai akan merugikan negara oleh beberapa pihak, salah satunya oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra).[12][13] Lihat pula
Referensi
|