Mikhail Gorbachev
Mikhail Sergeyevich Gorbachev[e] (2 Maret 1931 – 30 Agustus 2022) adalah seorang politikus Rusia dan Uni Soviet yang menjadi pemimpin Uni Soviet kedelapan dan terakhir. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1985 hingga 1991. Sebagai Kepala Negara Uni Soviet dari 1988 sampai 1991, ia memegang jabatan Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet dari 1988 sampai 1989, Ketua Majelis Agung Uni Soviet dari 1989 sampai 1990, dan satu-satunya Presiden Uni Soviet dari 1990 hingga pengunduran dirinya pada tahun 1991. Gorbachev pada awalnya menganut ideologi Marxisme–Leninisme sebelum berubah haluan ke demokrasi sosial pada awal 1990-an. Ia juga merupakan satu-satunya pemimpin Uni Soviet yang lahir di Uni Soviet, bukan Kekaisaran Rusia seperti pemimpin Uni Soviet lainnya. Gorbachev terlahir pada sebuah keluarga petani miskin berlatar belakang Rusia dan Ukraina di Privolnoye, RSFS Rusia. Tumbuh pada masa kepemimpinan Josef Stalin, Gorbachev mengoperasikan pemanen kombinasi di lahan pertanian kolektif pada masa mudanya sebelum bergabung dengan Partai Komunis, yang saat itu memerintah Uni Soviet. Ketika menempuh studi di Universitas Negeri Moskwa, Gorbachev menikah dengan rekan mahasiswinya, Raisa Titarenko, pada tahun 1953 sebelum menerima gelar sarjana hukumnya pada tahun 1955. Berpindah ke Stavropol, Gorbachev bekerja di organisasi pemuda Komsomol dan, setelah kematian Stalin, menjadi pendukung keras reformasi de-Stalinisasi oleh Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Pada tahun 1970, ia ditunjuk menjadi Sekretaris Pertama Partai di Komite Regional Stavropol. Pada saat menjabat jabatan tersebut, Gorbachev mengawasi pembangunan Kanal Besar Stavropol. Gorbachev kembali ke Moskwa untuk menjadi Sekretaris Komite Pusat Partai pada tahun 1978 dan bergabung dengan Politbiro pada tahun 1979. Tiga tahun setelah kematian Leonid Brezhnev, yang diikuti dengan masa jabatan singkat Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko, Politbiro pada tahun 1985 memilih Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal Partai, pemimpin de facto Uni Soviet. Meskipun Gorbachev berkomitmen untuk mempertahankan keberlangsungan negara Soviet dan cita-cita Marxis-Leninisnya, Gorbachev yakin bahwa reformasi yang signifikan diperlukan, terutama setelah Bencana Chernobyl 1986. Ia menarik pasukan dari Perang Soviet–Afganistan dan mulai melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan untuk membahas pembatasan senjata nuklir dan menyelesaikan Perang Dingin. Ia memulai kebijakan glasnost ('keterbukaan') untuk peningkatan kebebasan berbicara dan kebebasan pers serta kebijakan perestroika ('restrukturisasi') untuk mendesentralisasikan pembuatan keputusan ekonomi demi meningkatkan efisiensi. Langkah-langkah demokratisasinya dan pembentukan Kongres Perwakilan Rakyat terpilih membuat Uni Soviet bukan lagi sebuah negara bersistem satu partai. Gorbachev juga menolak mengintervensi secara militer negara-negara Blok Timur yang meninggalkan pemerintahan komunisnya pada tahun 1989–1990. Di dalam negeri, sentimen nasionalis berkembang dan mengancam pembubaran Uni Soviet yang menyebabkan kaum Marxis–Leninis garis keras melancarkan Kudeta Agustus yang gagal kepada Gorbachev pada tahun 1991. Setelah itu, Uni Soviet dibubarkan—bertentangan dengan keinginan Gorbachev—dan ia mengundurkan diri dari jabatannya. Setelah meninggalkan jabatannya, Gorbachev mendirikan Yayasan Gorbachev, menjadi kritikus vokal bagi Presiden Rusia Boris Yeltsin dan Vladimir Putin, serta menyerukan gerakan demokratis sosial di Rusia. Gorbachev dianggap secara luas sebagai salah satu tokoh paling penting pada paruh kedua abad ke-20. Seorang penerima berbagai penghargaan, termasuk Penghargaan Nobel Perdamaian, Gorbachev dipuji secara luas atas peran pentingnya dalam mengakhiri Perang Dingin, memperkenalkan kebebasan politik baru di Uni Soviet, serta menoleransi kejatuhan administrasi Marxis–Leninis di Eropa Timur, Eropa Tengah, dan reunifikasi Jerman. Sebaliknya, ia sering dicemooh di Rusia akibat mempermudah jalannya kejatuhan Uni Soviet, peristiwa yang menyebabkan berkurangnya pengaruh Rusia di mata internasional dan memicu terjadinya krisis ekonomi Rusia. Kehidupan awalMasa kecil: 1931–1950Gorbachev lahir pada tanggal 2 Maret 1931 di desa Privolnoye, dahulunya Krai Kaukasus Utara, Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia, Uni Soviet.[1] Saat itu, Privolnoye terbagi menjadi etnis Rusia dan Ukraina dengan jumlah yang hampir sama.[2] Keluarga ayahnya merupakan etnis Rusia dan pindah ke daerah itu dari Voronezh beberapa generasi sebelumnya, sementara keluarga ibunya adalah keturunan etnis Ukraina dan pindah ke daerah itu dari Chernihiv.[3] Orang tua Gorbachev menamainya Viktor, tetapi atas desakan ibunya—seorang Kristen Ortodoks taat—ia dibaptis secara rahasia, dengan kakeknya membaptisnya dengan nama Mikhail.[4] Hubungannya dengan ayahnya, Sergei Andreyevich Gorbachev, termasuk dekat; sedangkan hubungannya dengan ibunya, Maria Panteleyevna Gorbacheva (née Gopkalo), lebih dingin dan sering dihukum.[5] Orang tuanya tergolong miskin,[6] mereka hidup sebagai petani.[7] Orang tua Gorbachev menikah ketika remaja pada tahun 1928.[8] Mereka mempertahankan tradisi setempat dengan tinggal bersama di rumah ayah Sergei—sebuah gubuk berdinding bata—sebelum gubuk mereka sendiri dapat terbangun.[9] Uni Soviet adalah negara satu partai yang diperintah oleh Partai Komunis, dan pada masa kanak-kanak Gorbachev berada di bawah kepemimpinan Josef Stalin. Stalin telah memulai proyek kolektivisasi massal di pedesaan, sesuai dengan ide-ide Marxis–Leninisnya, yang ia yakini bahwa proyek tersebut dapat membantu mengubah negaranya menjadi sebuah masyarakat sosialis.[10] Kakek dari pihak ibu Gorbachev bergabung dengan Partai Komunis dan membentuk kolkhoz (pertanian kolektif) pertama di desa itu pada tahun 1929 dan menjadi ketuanya.[11] Lahan pertanian ini berada 19 kilometer (12 mi) di luar desa Privolnoye dan ketika berumur 3 tahun, Gorbachev meninggalkan rumah orang tuanya dan pindah ke kolkhoz bersama kedua orang tua ibunya.[12] Uni Soviet mengalami bencana kelaparan tahun 1932–1933 yang menyebabkan dua paman dan satu bibi dari pihak ayahnya meninggal.[13] Kejadian ini diikuti dengan Pembersihan Besar-Besaran, yaitu peristiwa yang terjadi pada semua orang yang dituduh sebagai "musuh rakyat", termasuk orang-orang yang bersimpati kepada interpretasi saingan Marxisme seperti Trotskyisme, ditangkap dan dihukum di kamp kerja paksa, jika tidak dieksekusi. Kedua kakek Gorbachev ditangkap (kakek dari ibunya tahun 1934 dan kakek dari ayahnya tahun 1937) dan menghabiskan waktu di kamp Gulag sebelum dibebaskan.[14] Setelah dibebaskan bulan Desember 1938, kakek dari ibunya mengatakan bahwa ia disiksa oleh polisi rahasia yang berpengaruh pada pandangan Gorbachev muda.[15] Setelah pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939, Tentara Jerman menginvasi Uni Soviet pada bulan Juni 1941. Pasukan Jerman menduduki Privolnoye selama 4,5 bulan pada tahun 1942.[16] Ayah Gorbachev bergabung dengan Tentara Merah dan bertempur di garis depan; ia sempat keliru dinyatakan telah gugur dalam pertempuran. Ia bertempur di Pertempuran Kursk sebelum kembali ke rumah dalam kondisi terluka.[17] Setelah Jerman dikalahkan, orang tua Gorbachev memiliki anak kedua, Aleksandr, pada tahun 1947. Pasangan tersebut tidak memiliki anak lagi, membuat Aleksandr menjadi sang bungsu.[8] Sekolah di desa Gorbachev ditutup selama perang tetapi dibuka kembali pada musim gugur tahun 1944.[18] Gorbachev awalnya tidak mau kembali sekolah, tetapi akhirnya ia melanjutkannya dan unggul dalam segi akademis.[19] Ia sangat suka membaca. Ia berganti-ganti bacaan dari novel Barat karya Thomas Mayne Reid hingga karya-karya Vissarion Belinsky, Aleksandr Pushkin, Nikolai Gogol, dan Mikhail Lermontov.[20] Pada tahun 1946, Gorbachev bergabung dengan Komsomol, organisasi politik pemuda Soviet. Ia menjadi pemimpin di kelompok lokalnya dan kemudian terpilih menjadi komite Komsomol di distrik tersebut.[21] Dari sekolah dasar, ia pindah ke sekolah menengah di Molotovskoye. Ia tinggal di sana seminggu dan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sejauh 19 km (12 mi) ketika akhir pekan.[22] Ia juga menjadi anggota komunitas drama sekolah,[23] ia menyelenggarakan kegiatan olahraga dan sosial serta memimpin kelas latihan pagi.[24] Ia rutin pulang ke rumah pada musim panas dari tahun 1946 dan seterusnya untuk membantu ayahnya mengoperasikan pemanen kombinasi. Terkadang, mereka dapat bekerja hingga 20 jam sehari.[25] Pada tahun 1948, mereka berhasil memanen lebih dari 8.000 kuintal gandum. Dari keberhasilan pemanenan ini, ayah Gorbachev dianugerahi Orde Lenin, sementara Gorbachev dianugerahi Orde Panji Merah Buruh.[26] Universitas: 1950–1955
— Surat Gorbachev meminta keanggotaan Partai Komunis, 1950[27] Bulan Juni 1950, Gorbachev menjadi kandidat anggota Partai Komunis.[27] Ia juga mendaftarkan diri di fakultas hukum Universitas Negeri Moskwa (MGU),[f] universitas paling prestisius di negara tersebut kala itu. Ia diterima tanpa diminta mengikuti ujian, kemungkinan karena latar belakangnya yang berasal dari kelas buruh-petani serta Orde Panji Merah Buruh yang dimilikinya.[28] Ia memilih studi di bidang hukum, sesuatu yang tidak biasa karena bidang hukum tidak terlalu dilirik masyarakat Uni Soviet kala itu.[29] Pada umur 19 tahun, ia pergi ke Moskwa dengan kereta, pertama kalinya bagi Gorbachev untuk meninggalkan daerah asalnya.[30] Di Moskwa, ia tinggal bersama kawan universitasnya di sebuah asrama di Distrik Sokolniki.[31] Ia dan teman-teman dari desa awalnya merasa canggung dengan teman-teman dari kota Moskwa, tetapi Gorbachev dapat dengan cepat beradaptasi.[32] Teman-temannya mengatakan bahwa ia bekerja sangat keras, sering hingga larut malam.[33] Ia mendapatkan reputasi sebagai mediator ketika ada perselisihan,[34] dan dikenal kritis di kelas, meskipun hanya beberapa kali ia pernah menyampaikan pendapat pribadinya; salah satunya adalah ia pernah menyampaikan kritiknya ke beberapa siswa mengenai norma yurisprudensi Soviet yang merupakan pengakuan terbukti bersalah, menegaskan bahwa pengakuan tersebut bisa saja dipaksakan.[35] Ketika menjalani studinya, kampanye antisemitisme sedang merajalela di Uni Soviet yang berpuncak pada Rencana Para Dokter. Gorbachev secara publik membela seorang siswa Yahudi yang dituduh tidak setia kepada negara oleh salah satu teman mereka.[36] Di MGU, ia menjadi kepala Komsomol di kelasnya dan kemudian menjadi Wakil Sekretaris Komsomol untuk Propaganda dan Agitasi di fakultas hukum.[37] Salah satu penugasan pertamanya dari Komsomol di Moskwa adalah memonitor proses pemilihan di Distrik Krasnopresnenskaya untuk memastikan keinginan pemerintah agar jumlah pemilih dapat mendekati 100%. Gorbachev menemukan bahwa sebagian besar dari mereka memilih "karena takut".[38] Pada tahun 1952, ia diangkat menjadi anggota penuh Partai Komunis.[39] Sebagai anggota partai dan Komsomol, ia ditugaskan untuk memonitor siswa-siwa yang berpotensi subversif; beberapa temannya mengatakan bahwa ia melakukannya dengan sangat minim dan mereka mempercayainya untuk menyimpan beberapa informasi rahasia yang tidak diketahui pemerintah.[40] Gorbachev berteman baik dengan Zdeněk Mlynář, murid Cekoslowakia yang nantinya menjadi pengideologi utama dalam Musim Semi Praha 1968. Mlynář teringat bahwa mereka berdua tetap berkomitmen menjadi seorang Marxis–Leninis meski mereka khawatir mengenai sistem stalinisme.[41] Setelah kematian Stalin pada bulan Maret 1953, Gorbachev dan Mlynář bergabung dengan masyarakat lainnya untuk berkumpul melihat pembaringan kenegaraan jasad Stalin.[42] Di MGU, Gorbachev bertemu dengan Raisa Titarenko, perempuan Ukraina yang belajar di departemen filsafat.[43] Raisa sebenarnya sudah berlamaran dengan orang lain tetapi gagal dan akhirnya memulai hubungan dengan Gorbachev.[44] Mereka pergi ke toko buku, museum, dan pertunjukan seni bersama-sama.[45] Pada awal tahun 1953, Gorbachev magang di sebuah kantor prokurator di distrik Molotovskoye, tetapi ia kesal dengan arogansi dan ketidakkompetenan pegawai di sana.[46] Pada musim panasnya, ia kembali ke Privolnoye untuk bekerja membantu ayahnya memanen; uang yang didapatkan membuatnya dapat membayarkan pernikahan.[47] Pada tanggal 25 September 1953, ia dan Raisa mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor Registrasi Sokolniki;[47] dan pada bulan Oktober mereka pindah bersama-sama ke asrama Bukit Lenin.[48] Raisa menyadari bahwa ia hamil. Keduanya ingin mempertahankan kehamilan Raisa, tetapi pada akhirnya ia jatuh sakit dan membutuhkan aborsi untuk menyelamatkan hidupnya.[49] Bulan Juni 1955, Gorbachev lulus dengan pujian;[50] tugas akhirnya membahas keunggulan "demokrasi sosialis" (sistem politik Soviet) dari "demokrasi borjuis" (demokrasi liberal).[51] Setelahnya, ia ditugaskan di kantor Kejaksaan Soviet, yang saat itu berfokus pada rehabilitasi korban tak bersalah akibat pembersihan Stalin, tetapi mengetahui bahwa mereka tidak memiliki pekerjaan untuknya.[52] Ia ditawarkan sebuah pekerjaan di MGU di sebuah kelas pascasarjana yang khusus membahas mengenai hukum kolkhoz, tetapi ia menolak.[53] Gorbachev tetap ingin tinggal di Moskwa, tempat Raisa diterima di program doktoral, tetapi akhirnya malah mendapat pekerjaan di Stavropol. Raisa sendiri akhirnya meninggalkan studinya untuk tinggal bersama Gorbachev di sana.[54] Perkembangan di Partai KomunisKomsomol di Stavropol: 1955–1969Bulan Agustus 1955, Gorbachev mulai bekerja di kantor prokurator regional Stavropol, tetapi tidak suka dengan pekerjaannya dan memanfaatkan kenalannya untuk memindahkannya ke Komsomol.[55] Di Komsomol, ia menjadi Wakil Direktur Departemen Agitasi dan Propaganda di daerah itu.[56] Saat memegang jabatan ini, ia mengunjungi desa-desa di kawasan itu dan mencoba meningkatkan taraf hidup penduduk; ia membuat lingkar diskusi di desa Gorkaya Balka untuk membantu para petani mendapatkan kontak sosial.[57] Gorbachev dan Raisa mulanya menyewa ruangan kecil di Stavropol,[58] berjalan kaki keliling kota tiap malam, dan mendaki daerah pedesaan di akhir pekan.[59] Bulan Januari 1957, Raisa melahirkan putrinya, Irina,[60] dan pada tahun 1958 mereka pindah ke sebuah apartemen komunal dengan menyewa dua ruangan.[61] Pada tahun 1961, Gorbachev menempuh gelar keduanya di bidang produksi pertanian. Ia mengambil pendidikan jarak jauh di Institut Pertanian Stavropol dan mendapatkan diplomanya pada tahun 1967.[62] Istrinya juga menempuh gelar keduanya dan mendapatkan gelar PhD bidang sosiologi pada tahun 1967 dari Institut Pendidikan Moskwa;[63] sementara di Stavropol ia juga bergabung dengan Partai Komunis.[64] Stalin pada akhirnya diteruskan oleh Nikita Khrushchev sebagai pemimpin Soviet. Khrushchev mengecam kepemimpinan serta kultus pribadi Stalin dalam sebuah pidato bulan Februari 1956 dan setelahnya meluncurkan proses de-Stalinisasi kepada seluruh masyarakat Soviet.[65] Biografer William Taubman mengatakan bahwa Gorbachev "mewujudkan semangat reformis" zaman Khrushchev.[66] Gorbachev termasuk di antara mereka yang menganggap diri mereka sebagai "Marxis sejati" atau "Leninis sejati" berbeda dengan apa yang mereka anggap sebagai penyimpangan Stalin.[67] Ia membantu menyebarkan pesan anti-Stalinis Khrushchev di Stavropol, tetapi menghadapi banyak tentangan dari mereka yang menganggap Stalin sebagai pahlawan atau mereka yang memuji pembersihan besar-besaran Stalin.[68] Gorbachev naik perlahan di tingkat administrasi lokal.[69] Pemerintah menganggapnya sebagai tokoh yang dapat diandalkan secara politis[70] dan ia akan memuji atasannya. Sebagai contoh, ia mendapat dukungan dari politisi lokal terkemuka Fyodor Kulakov.[71] Dengan kemampuannya untuk mengalahkan rivalnya, beberapa rekan membenci kesuksesannya.[72] Bulan September 1956, ia dinaikkan jabatannya menjadi Sekretaris Pertama Komsomol Kota Stavropol, membuatnya bertanggung jawab atas kota tersebut.[73] Pada bulan April 1958, ia ditunjuk menjadi Wakil Kepala Komsomol di seluruh kawasan itu.[74] Pada titik ini, ia telah mendapatkan akomodasi yang lebih baik, yaitu apartemen dua ruangan dengan dapur, toilet, dan kamar mandi pribadi.[75] Di Stavropol, ia membentuk klub diskusi bagi pemuda[76] dan membantu memobilisasi pemuda lokal untuk ambil bagian dalam kampanye pertanian dan pembangunan Khrushchev.[77] Bulan Maret 1961, Gorbachev menjadi Sekretaris Pertama Komsomol Regional,[78] ia berusaha untuk menunjuk wanita sebagai pemimpin kota dan distrik pada saat menjabat jabatan itu.[79] Pada tahun 1961, Gorbachev menjadi penerima delegasi Italia untuk Festival Pemuda Dunia di Moskwa.[80] Pada bulan Oktober tahun itu, ia menghadiri Kongres Partai Komunis Uni Soviet ke-22.[81] Gorbachev dipromosikan menjadi Kepala Personil Komite Pertanian Regional Partai pada bulan Januari 1963[82] dan menjadi Sekretaris Pertama Organisasi Partai Kota Stavropol ("Gorkom") pada bulan September 1966.[83] Pada tahun 1968, ia bertambah frustrasi dengan pekerjaannya—sebagian besarnya karena reformasi Khrushchev yang terhenti atau bahkan mengalami kemunduran—dan sempat berpikir untuk meninggalkan politik dan menjadi akademisi.[84] Namun, pada bulan Agustus 1968, ia menjadi Sekretaris Kedua Kraikom Stavropol, menjadikan Gorbachev wakil dari Sekretaris Pertama Leonid Yefremov dan tokoh kedua paling utama di daerah Stavropol.[85] Pada tahun 1969, ia terpilih menjadi seorang wakil di Majelis Agung Uni Soviet dan menjadi anggota Komisi Tetap Perlindungan Lingkungan.[86] Diizinkan untuk bepergian ke negara-negara Blok Timur, pada tahun 1966 ia menjadi bagian dari delegasi yang berkunjung ke Jerman Timur. Ia juga mengunjungi Bulgaria pada tahun 1969 dan 1974.[87] Bulan Agustus 1968, Uni Soviet memimpin invasi ke Cekoslowakia untuk mengakhiri Musim Semi Praha, sebuah masa liberalisasi politik di negara yang menganut Marxisme–Leninisme. Meskipun Gorbachev nantinya menyatakan bahwa ia memiliki kekhawatiran pribadi mengenai invasi ini, secara terbuka ia mendukungnya.[88] Pada bulan September 1969, ia menjadi bagian dari delegasi Soviet yang dikirim ke Cekoslowakia, ia mendapati ketika itu para penduduk sangat tidak menyukai mereka.[89] Tahun itu, otoritas Soviet memerintahkannya untuk menghukum Fagim B. Sadykov, seorang profesor filsafat Institut Agronomi Stavropol yang ide-idenya dianggap sebagai kritik terhadap kebijakan pertanian Soviet. Gorbachev memastikan bahwa Sadykov dipecat dari mengajar, tetapi tidak menghiraukan perintah untuk menghukumnya lebih jauh.[90] Gorbachev pada kemudian hari menceritakan bahwa ia "sangat terpengaruh" oleh insiden itu; "hati nurani membuatku terasa tersakiti" karena mengawasi penganiayaan Sadykov.[91] Memimpin Kawasan Stavropol: 1970–1977Bulan April 1970, Yefremov dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi di Moskwa dan Gorbachev melanjutkannya menjadi Sekretaris Pertama Kraikom Stavropol. Dari jabatannya yang baru ini, Gorbachev memiliki wewenang yang signifikan di seluruh kawasan Stavropol.[92] Ia diperiksa oleh pemimpin senior Kremlin untuk jabatan ini dan keputusan mereka diberitahukan oleh pemimpin Soviet, Leonid Brezhnev.[93] Berumur 39 kala itu, Gorbachev jauh lebih muda daripada pendahulu-pendahulunya ketika naik di jabatan itu.[94] Sebagai kepala daerah Stavropol, ia secara otomatis menjadi anggota Komite Pusat Partai Komunis Uni Soviet pada tahun 1971.[95] Menurut biografer Zhores Medvedev, Gorbachev "kini bergabung dengan superelite Partai".[96] Sebagai kepala daerah, Gorbachev mulanya menghubungkan kegagalan ekonomi dan kegagalan lainnya dengan "ketidakefisiensian dan ketidakkompetenan kader, kelemahan di struktur manajemen, atau kesenjangan legislasi", tetapi pada akhirnya menyimpulkan bahwa itu semua disebabkan oleh ekstrasentralisasi pembuatan kebijakan di Moskwa.[97] Gorbachev mulai membaca terjemahan bacaan-bacaan terlarang oleh penulis Marxis Barat seperti Antonio Gramsci, Louis Aragon, Roger Garaudy, dan Giuseppe Boffa, serta menjadi berada di bawah pengaruh mereka.[97] Tugas utama Gorbachev sebagai kepala daerah adalah menaikkan tingkat produksi pertanian yang terhalang akibat beberapa kejadian kekeringan parah pada tahun 1975 dan 1976.[98] Ia mengawasi perluasan sistem irigasi melalui pembangunan Kanal Besar Stavropol.[99] Pada bulan Maret 1972, Gorbachev dianugerahi Orde Revolusi Oktober oleh Brezhnev dalam suatu upacara di Moskwa karena telah mengawasi panen gandum di distrik Ipatovsky yang memecahkan rekor.[100] Gorbachev selalu berusaha menjaga kepercayaan Brezhnev kepadanya.[101] Sebagai seorang kepala daerah, Gorbachev berulang kali memuji Brezhnev dalam pidato-pidatonya, contohnya menyebut Brezhnev sebagai "negarawan luar biasa pada zaman kita".[102] Gorbachev dan istrinya sempat berlibur ke Moskwa, Leningrad, Uzbekistan, dan sebuah resor di Kaukasus Utara.[103] Mereka berlibur bersama Kepala KGB Yuri Andropov yang berbaik hati kepada Gorbachev dan menjadi pendukung penting kariernya.[104] Gorbachev juga membangun hubungan baik dengan tokoh-tokoh senior, termasuk Perdana Menteri Soviet, Aleksey Kosygin,[105] serta anggota partai senior Mikhail Suslov yang bertahan lama dalam posisinya.[106] Pemerintah menganggap Gorbachev cukup dapat dipercaya sehingga ia dikirimkan sebagai bagian dari delegasi Soviet ke Eropa Barat. Ia melakukan lima kali perjalanan ke sana antara tahun 1970 hingga 1977.[107] Bulan September 1971, ia menjadi bagian dari delegasi yang pergi ke Italia. Di sana mereka bertemu dengan perwakilan Partai Komunis Italia. Gorbachev menyukai budaya Italia, tetapi dikejutkan dengan kemiskinan dan kesenjangan yang ada di sana.[108] Ia mengunjungi Belgia dan Belanda pada tahun 1972; juga Jerman Barat pada tahun 1973.[109] Ia dan istrinya mengunjungi Prancis pada tahun 1976 dan 1977; pada kunjungan terakhirnya, mereka berkeliling negara tersebut dengan seorang pemandu dari Partai Komunis Prancis.[110] Gorbachev terkejut dengan betapa terbukanya orang-orang Eropa Barat untuk memberikan pendapat dan kritikan kepada pemimpin politik mereka, sesuatu yang tidak ada di Uni Soviet, yang kebanyakan orang tidak merasa aman untuk berbicara secara terbuka di sana.[111] Ia lantas menceritakan bahwa bagi dirinya dan istrinya, kunjungan-kunjungan ini, "Menggoyahkan keyakinan apriori kami atas superioritas sosialis di atas demokrasi borjuis".[112] Di sela-sela kesibukannya, Gorbachev tetap dekat dengan kedua orang tuanya. Setelah ayahnya mulai sakit parah pada tahun 1974, Gorbachev bepergian bersamanya di Privolnoye sesaat sebelum ia meninggal.[113] Putrinya, Irina, menikah dengan teman mahasiswanya, Anatoly Virgansky, pada bulan April 1978.[114] Pada tahun 1977, Majelis Agung Soviet menunjuk Gorbachev untuk mengetuai Komisi Tetap Urusan Pemuda atas pengalamannya memobilisasi para pemuda di Komsomol.[115] Sekretaris Komite Pusat: 1978–1984Bulan November 1978, Gorbachev ditunjuk menjadi seorang Sekretaris Komite Pusat.[116] Penunjukannya sebagai sekretaris disetujui dengan suara bulat dari seluruh anggota Komite Pusat.[117] Untuk mengisi jabatan ini, Gorbachev dan istrinya berpindah ke Moskwa. Mereka mulanya diberikan sebuah dacha tua di luar kota. Mereka kemudian pindah ke dacha lain di Sosnovka sebelum akhirnya ditempatkan di sebuah rumah berdinding bata yang baru saja dibangun.[118] Ia sebenarnya juga diberikan sebuah apartemen di dalam kota, tetapi diberikan kepada putrinya dan menantunya karena Irina, putrinya, mulai bekerja di Institut Medis Kedua Moskwa.[119] Sebagai bagian dari elite politik Moskwa, Gorbachev dan istrinya kini memiliki akses perawatan kesehatan dan toko-toko khusus yang lebih mudah; mereka juga diberikan koki, pelayan, pengawal, dan sekretaris, meskipun banyak dari mereka sebenarnya adalah mata-mata KGB.[120] Di jabatan barunya, Gorbachev sering bekerja 12 hingga 16 jam sehari.[120] Ia dan istrinya sedikit bersosialisasi, tetapi suka mengunjungi teater dan museum di Moskwa.[121] Pada tahun 1978, Gorbachev ditunjuk menjadi Sekretariat Komite Pusat untuk Pertanian menggantikan teman lamanya, Kulakov, yang meninggal akibat serangan jantung.[122] Konsentrasi perhatian Gorbachev dalam bidang pertanian adalah hasil panen tahun 1979, 1980, dan 1981 yang semuanya buruk, sebagian besar akibat kondisi cuaca, sehingga negara harus melakukan impor untuk meningkatkan jumlah gandum.[123] Kekhawatirannya meningkat mengenai sistem manajemen pertanian negara, menganggap pengambilan keputusan yang terlalu tersentralisasi dari yang seharusnya lebih banyak dari bawah ke atas.[124] Gorbachev mulai mengangkat poin-poin tersebut pada pidato pertamanya di sebuah Sidang Pleno Komite Pusat pada bulan Juli 1978.[125] Ia mulai mengkhawatirkan kebijakan-kebijakan yang lain pula. Bulan Desember 1979, Soviet mengirimkan Tentara Merah ke tetangganya, Afganistan, untuk mendukung pemerintahan mereka yang berporos Soviet melawan pemberontak Islamis; Gorbachev secara pribadi berpikir bahwa ini adalah sebuah kesalahan.[126] Terkadang Gorbachev mendukung secara terbuka keputusan pemerintah; pada bulan Oktober 1980 misalnya, ia mendukung seruan Soviet agar pemerintah Marxis-Leninis Polandia menindak perbedaan pendapat dalam negeri mereka yang meningkat.[126] Pada bulan yang sama, ia dipromosikan dari seorang kandidat anggota menjadi anggota penuh Politbiro, otoritas pembuat kebijakan tertinggi di Partai Komunis.[127] Gorbachev menjadi anggota termuda Politbiro saat itu.[127] Setelah kematian Brezhnev pada bulan November 1982, Andropov menggantikannya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis, kepala pemerintahan de facto di Uni Soviet. Gorbachev sangat antusias dengan penunjukan itu.[128] Meskipun Gorbachev berharap Andropov akan memperkenalkan reformasi liberalisasi, yang akhirnya terjadi hanyalah pergantian personel saja dan bukannya perombakan struktural.[129] Gorbachev menjadi rekan terdekat Andropov di Politbiro;[130] atas desakan Andropov, Gorbachev terkadang mengetuai sidang Politbiro.[131] Andropov mendorong Gorbachev agar memperluas cakupan dari kebijakan pertanian ke bidang-bidang lainnya untuk mempersiapkannya ke jabatan yang lebih tinggi nantinya.[132] Pada bulan April 1983, Gorbachev membawakan pidato tahunan memperingati hari ulang tahun pendiri Soviet Vladimir Lenin;[133] hal ini membuatnya harus membaca ulang tulisan-tulisan Lenin selanjutnya, dengan yang terakhir disebutkan adalah perihal reformasi dalam konteks Kebijakan Ekonomi Baru 1920-an dan mendorong keyakinan pribadi Gorbachev bahwa reformasi diperlukan.[134] Bulan Mei 1983, Gorbachev dikirimkan ke Kanada, bertemu dengan Perdana Menteri Pierre Trudeau, serta memberikan pidato di Parlemen Kanada.[135] Di sana, ia bertemu dan berteman dengan Duta Besar Soviet, Aleksandr Yakovlev, yang kemudian menjadi rekan politik kunci.[136] Bulan Februari 1984, Andropov wafat; di ranjang kematiannya, Andropov mengindikasikan keinginannya agar Gorbachev yang meneruskannya.[137] Namun, banyak anggota Komite Pusat yang menganggap Gorbachev yang berumur 53 tahun kala itu masih terlalu muda dan tidak berpengalaman.[138] Sebagai gantinya, Konstantin Chernenko—rekan lama Brezhnev—ditunjuk menjadi Sekretaris Jenderal, tetapi ia sendiri memiliki kondisi kesehatan yang sangat buruk.[139] Chernenko sering terlalu sakit untuk mengetuai sidang sehingga Gorbachev harus turun tangan di menit-menit terakhir.[140] Gorbachev terus mempererat rekan sekutu di Kremlin dan sekitarnya,[141] juga memberikan pidato utama dalam sebuah konferensi ideologi Soviet yang membuat kelompok garis keras partai marah karena telah menyiratkan bahwa negara butuh reformasi.[142] Bulan April 1984, Gorbachev ditunjuk mengetuai Komite Urusan Luar Negeri badan legislatif Soviet, sebuah jabatan kehormatan yang besar.[143] Ia pergi ke Italia pada bulan Juni sebagai perwakilan Soviet dalam pemakaman Pemimpin Partai Komunis Italia Enrico Berlinguer;[144] sementara pada bulan September ia ke Sofia, Bulgaria untuk menghadiri perayaan hari jadi ke-40 pembebasan Sofia oleh Tentara Merah.[145] Pada bulan Desember, ia berkunjung ke Britania atas permintaan Perdana Menteri Margaret Thatcher; Thatcher sadar bahwa Gorbachev adalah seorang yang berpotensi reformis sehingga Thatcher ingin bertemu dengannya.[146] Di akhir pertemuan mereka, Thatcher berkata, "Saya suka dengan Tuan Gorbachev. Kami bisa menjalankan urusan bersama."[147] Gorbachev merasa bahwa kunjungan ini dapat mengikis dominasi Andrey Gromyko atas kebijakan luar negeri Soviet yang pada saat yang bersamaan mengirim sinyal kepada pemerintah Amerika Serikat bahwa ia ingin memperbaiki hubungan Soviet dengan AS.[148] Sekretaris Jenderal Partai KomunisPada tanggal 10 Maret 1985, Chernenko meninggal.[149] Gromyko mengusulkan Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal berikutnya; sebagai anggota senior partai, rekomendasi Gromyko sangat dipertimbangkan oleh Komite Pusat.[150] Gorbachev memperkirakan akan banyak yang menentang pencalonannya sebagai Sekretaris Jenderal, tetapi akhirnya seluruh anggota Politbiro mendukungnya.[151] Tidak lama setelah Chernenko meninggal, Politbiro dengan suara bulat memilih Gorbachev sebagai penerusnya; mereka lebih menginginkan Gorbachev daripada pemimpin yang lebih tua.[152] Dengan ini, ia terpilih sebagai pemimpin ke-8 Uni Soviet.[7] Hanya sedikit orang dari kalangan pemerintahan yang memperkirakan ia bakal menjadi radikal layaknya seorang reformis seperti yang ia buktikan.[153] Meskipun tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Soviet, mereka lega karena pemimpin yang baru terpilih bukan orang tua dan mengidap penyakit. [154] Penampilan pertamanya di depan publik sebagai pemimpin adalah ketika pemakaman Chernenko di Lapangan Merah pada tanggal 14 Maret.[155] Dua bulan setelah terpilih, ia meninggalkan Moskwa untuk pertama kalinya, berkunjung ke Leningrad, dan berbicara di hadapan publik di sana.[156] Ia mengunjungi Ukraina pada bulan Juni, Byelorusia pada bulan Juli, dan Oblast Tyumen pada bulan September; ia meminta anggota partai di daerah untuk lebih bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan-permasalahan setempat.[157] Tahun-tahun awal: 1985–1986Gaya kepemimpinan Gorbachev berbeda dari para pendahulunya. Ia dengan senang hati akan berhenti sejenak untuk berbicara dengan rakyat di jalan, melarang pemasangan fotonya pada perayaan-perayaan hari libur di Lapangan Merah tahun 1985, dan mendorong diskusi terbuka pada rapat-rapat Politbiro.[158] Di negara-negara Barat, Gorbachev dipandang sebagai pemimpin Soviet yang lebih moderat dan tidak mengancam; tetapi beberapa komentator Barat meyakini bahwa ini adalah aksi Gorbachev untuk mengecoh negara-negara Barat agar mendapat rasa aman yang palsu.[159] Istrinya adalah penasihat terdekatnya, juga secara tidak resmi berperan seperti seorang "ibu negara", yaitu muncul bersama dengannya pada perjalanan luar negeri. Kemunculan publik istrinya merupakan praktik yang tidak lazim dan menimbulkan kebencian.[160] Pembantu dekatnya yang lain adalah Georgy Shakhnazarov dan Anatoly Chernyaev.[161] Gorbachev sadar bahwa Politbiro bisa saja menggulingkannya. Ia juga tidak bisa melanjutkan reformasi yang lebih jauh tanpa dukungan mayoritas di Politbiro.[162] Ia berusaha mengganti beberapa anggota senior dari Politbiro, mendorong Grigory Romanov, Nikolai Tikhonov, dan Viktor Grishin untuk pensiun.[163] Ia mempromosikan Gromyko menjadi kepala negara, sebuah peran seremonial dengan sedikit pengaruh; menempatkan rekan dekatnya, Eduard Shevardnadze, untuk menempati bekas posisi Gromyko yang bertanggung jawab di kebijakan luar negeri.[164] Rekan lain yang dipromosikan olehnya adalah Yakovlev, Anatoly Lukyanov, dan Vadim Medvedev.[165] Selain itu, ada pula Boris Yeltsin yang diangkat menjadi Sekretaris Komite Pusat pada bulan Juli 1985.[166] Sebagian besar orang yang diangkat ini merupakan pejabat-pejabat terdidik generasi baru yang frustrasi pada zaman Brezhnev.[167] Dalam setahun pertamanya, 14 dari 23 kepala departemen di sekretariat diganti.[168] Upaya ini mengamankan dominansi Gorbachev di Politbiro dalam setahun, lebih cepat daripada yang pernah dicapai Stalin, Khrushchev, maupun Brezhnev.[169] Kebijakan dalam negeriGorbachev berulang kali memperkenalkan istilah perestroika, yang pertama kali dikemukakan kepada publik pada bulan Maret 1984.[170] Ia berpandangan bahwa perestroika mencakup serangkaian reformasi kompleks untuk merestrukturisasi masyarakat dan ekonomi.[171] Gorbachev prihatin dengan produktivitas yang rendah, etos kerja yang jelek, dan kualitas barang produksi yang buruk di Soviet.[172] Ia takut hal ini nantinya akan membawa negara tersebut menjadi kekuatan tingkat kedua.[173] Tahap pertama dari perestroika adalah uskoreniye ('akselerasi'), istilah yang sering ia gunakan dalam 2 tahun pertama menjabat.[174] Uni Soviet berada di belakang Amerika Serikat dalam banyak bidang produksi,[175] tetapi Gorbachev mengklaim bahwa program ini akan mempercepat hasil industri untuk menyamai milik AS pada tahun 2000.[176] Rencana Lima Tahun 1985–1990 ditargetkan untuk meningkatkan pertumbuhan produksi antara 50% hingga 100%.[177] Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, ia menggabungkan 5 kementerian dan sebuah komite negara menjadi satu entitas, yaitu Agroprom, meskipun pada akhir 1986 mengakui bahwa merger ini adalah sebuah kegagalan.[178] Tujuan dari reformasi adalah membantu ekonomi terencana yang terpusat—bukan bertransisi menuju sosialisme pasar. Dalam pidatonya pada akhir musim panas tahun 1985 kepada para sekretaris urusan ekonomi komite sentral partai-partai komunis di Eropa Timur, Gorbachev berkata, "Banyak dari Anda semua memandang solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada dengan menggunakan mekanisme pasar, menggantikan perencanaan langsung. Beberapa dari Anda sekalian melihat pasar sebagai penyelamat ekonomi Anda. Namun, Kamerad, Anda seharusnya tidak memikirkan tentang penyelamat, tetapi yang membawa kita [untuk menyelesaikan masalah itu], dan hal itu adalah sosialisme."[179] Perestroika Gorbachev juga memerlukan upaya untuk berpindah dari manajemen ekonomi teknokratis dengan semakin melibatkan para tenaga kerja dalam proses produksi industri.[180] Ia berpandangan bahwa sekalinya dibebaskan dari kontrol kuat perencana pusat, perusahaan milik negara akan menjadi pelaku ekonomi.[181] Ia dan pemimpin Soviet yang lain tidak mengantisipasi adanya oposisi dari reformasi perestroika; menurut interpretasi Marxisme mereka, mereka percaya bahwa dalam suatu masyarakat sosialis seperti Uni Soviet tidak akan ada "kontradiksi antagonistis".[182] Namun, akan muncul persepsi publik di negara ini bahwa banyak birokrat hanya bercakap saja soal reformasi sembari mencoba merusaknya.[183] Gorbachev juga memulai konsep gospriyomka (dukungan negara untuk produksi) ketika ia memimpin,[184] yang merepresentasikan pengendalian mutu. Pada bulan April 1986, ia memperkenalkan reformasi agrarianisme yang menerapkan upah sesuai hasil tani dan memperbolehkan pertanian kolektif untuk menjual 30% dari produk mereka langsung kepada toko-toko atau koperasi daripada memberi semuanya kepada pemerintah untuk didistribusikan.[185] Dalam sebuah pidato bulan September 1986, ia merangkum gagasan untuk mengenalkan kembali ekonomi pasar di negara tersebut, juga memperkenalkan perusahaan swasta terbatas; mengutip Kebijakan Ekonomi Baru Lenin sebagai preseden. Ia terus menekankan bahwa ia menganggap hal ini bukanlah bentuk kembali kepada kapitalisme.[185] Konsumsi alkohol di Uni Soviet meningkat terus-menerus antara tahun 1950 dan 1985.[186] Pada tahun 1980-an, mabuk adalah masalah sosial utama dan telah direncanakan sebuah kampanye besar oleh Andropov untuk membatasi konsumsi alkohol. Didorong oleh istrinya, Gorbachev—yang percaya bahwa kampanye ini akan meningkatkan kesehatan dan efisiensi kerja—mengawasi implementasi program ini.[187] Produksi alkohol dikurangi sekitar 40%, usia legal untuk minum minuman keras ditingkatkan dari 18 menjadi 21 tahun, harga alkohol dinaikkan, toko-toko dilarang menjualnya sebelum pukul 14.00, dan hukuman lebih keras diperkenalkan untuk mabuk di depan umum, mabuk di tempat kerja, atau memproduksi alkohol di rumah.[188] Sebuah lembaga khusus dibuat untuk mengampanyekan anti-alkohol; anggotanya mencapai 14 juta orang dalam tiga tahun.[189] Hasilnya, angka kejahatan turun dan harapan hidup meningkat antara tahun 1986 dan 1987.[190] Namun, produksi alkohol ilegal malah meningkat pesat.[191] Reformasi ini juga cukup berpengaruh ke ekonomi Uni Soviet, menyebabkan kerugian sekitar 100 miliar dolar AS antara tahun 1985 dan 1990.[192] Gorbachev kemudian menganggap kampanye ini gagal,[193] dan menghapusnya pada bulan Oktober 1988.[194] Setelah program ini diakhiri, butuh waktu beberapa tahun untuk mengembalikan produksi alkohol ke tingkat sebelumnya, sehingga konsumsi alkohol kemudian meningkat pesat di Rusia antara tahun 1990 dan 1993.[195] Di tahun kedua kepemimpinannya, Gorbachev mulai berbicara tentang glasnost, atau 'keterbukaan'.[196] Menurut Doder dan Branson, hal ini berarti "keterbukaan dan keterusterangan yang lebih besar dalam urusan pemerintahan, serta perihal interaksi atas pelbagai perbedaan pandangan dan terkadang perselisihan pendapat dalam debat politik, pers, dan budaya Soviet".[197] Mendorong para reformis ke jabatan media yang terkemuka, ia membawa Sergey Zalygin menjadi kepala majalah Novy Mir dan Yegor Yakovlev menjadi kepala editor Moscow News.[198] Gorbachev menjadikan sejarawan Yuri Afanasiev Dekan Fakultas Arsip Bersejarah Negara, yang dari sini Afanasiev dapat mendesak pembukaan arsip rahasia dan menilai ulang sejarah Soviet.[167] Penyuara pendapat terkenal yang bertentangan dengan pemerintah Soviet, seperti Andrey Sakharov, dibebaskan dari pengasingan dalam negeri atau dari penjara.[199] Gorbachev menilai glasnost sebagai langkah yang diperlukan untuk menjamin berjalannya perestroika. Glasnost memperingati penduduk Soviet akan keadaan masalah negara, dengan harapan mereka dapat mendukung semangat Gorbachev dalam menyelesaikan masalah-masalah itu.[200] Lebih populer di antara inteligensia Soviet, yang menjadi pendukung utama Gorbachev,[201] glasnost menaikkan popularitasnya di masyarakat tetapi menjadi peringatan bagi kelompok garis keras Partai Komunis.[202] Bagi kebanyakan penduduk Soviet, tingkat kebebasan berbicara dan pers yang baru ini—dan pengungkapan masa lalu negara yang menyertainya—terasa tidak mengenakkan.[203] Beberapa orang di dalam partai menganggap langkah Gorbachev dalam reformasinya masih kurang jauh, terutama oleh kritikus liberal terkemuka Boris Yeltsin. Popularitas Yeltsin meningkat pesat sejak 1985, terutama setelah mengemban peran sebagai sekretaris partai di Moskwa.[204] Sama seperti orang-orang lain di pemerintahan, Gorbachev skeptis terhadap Yeltsin, merasa Yeltsin terlalu banyak mempromosikan diri sendiri.[205] Sementara itu, Yeltsin juga kritis terhadap Gorbachev, menganggap Gorbachev telah merendahkannya.[204] Pada awal tahun 1986, Yeltsin mulai menyerang Gorbachev dalam sidang Politbiro.[205] Ketika Kongres Partai ke-27, Yeltsin menyerukan reformasi yang lebih jauh daripada yang dimulai Gorbachev dan mengkritisi pimpinan partai, meskipun tidak menyebut nama Gorbachev secara langsung; mengeklaim bahwa kultus individu yang baru sedang terbentuk. Gorbachev kemudian membuka mimbar untuk tanggapan, menyebabkan Yeltsin dikritik oleh para peserta secara terbuka selama beberapa jam.[206] Setelah kejadian ini, Gorbachev juga mengkritisi Yeltsin, mengklaim bahwa Yeltsin hanya peduli pada dirinya sendiri dan "buta politik".[207] Yeltsin kemudian mengundurkan diri dari jabatan sekretaris partai Moskwa dan anggota Politbiro.[207] Dari sini, ketegangan antara keduanya berkembang menjadi saling membenci satu sama lain.[208] Bulan April 1986, Bencana Chernobyl terjadi.[209] Tak lama setelah kejadian, para pejabat memberikan informasi yang salah kepada Gorbachev agar insiden ini tampak kurang penting. Ketika skala bencana menjadi jelas, 336.000 orang terpaksa mengungsi dari kawasan sekitar Chernobyl.[210] Taubman mencatat bahwa bencana ini menandai "titik balik bagi Gorbachev dan rezim Soviet".[211] Beberapa hari setelahnya, Gorbachev memberikan kabar di televisi ke seluruh negeri.[212] Ia menyatakan bahwa bencana ini sebagai bukti dari yang ia sebut masalah yang meluas dalam masyarakat Soviet, seperti rendahnya kecakapan kerja dan ketidakmauan untuk berpindah tempat kerja.[213] Ia kemudian menggambarkan insiden ini sebagai salah satu yang membuatnya dapat menilai betapa tidak kompeten orang dan betapa seringnya orang menutup-nutupi masalah di Uni Soviet.[211] Mulai bulan April hingga akhir tahun tersebut, Gorbachev semakin terbuka dalam mengkritisi sistem di Soviet, termasuk produksi makanan, birokrasi negara, wajib militer, dan begitu besarnya jumlah orang yang dibui.[214] Kebijakan luar negeriBulan Mei 1985, dalam sebuah pidato kepada Kementerian Luar Negeri Soviet—pertama kalinya pemimpin Soviet menyampaikan pesan secara langsung kepada para diplomatnya—Gorbachev mengemukakan "restrukturisasi radikal" kebijakan luar negeri.[215] Masalah utama dalam kepemimpinannya adalah keikutsertaan Soviet dalam perang sipil di Afganistan yang telah berlangsung lebih dari lima tahun.[216] Bertahun-tahun lamanya, tentara Soviet banyak memakan korban jiwa dan banyak menuai kritik di masyarakat dan militer.[216] Keluar dari perang ini adalah prioritas utama Gorbachev.[217] Bulan Oktober 1985, Gorbachev menemui pemimpin Marxis Afganistan Babrak Karmal, memintanya untuk menyadari rendahnya dukungan publik kepada pemerintahannya dan mencoba bekerja sama dengan oposisi.[217] Bulan itu juga, Politbiro menyetujui keputusan Gorbachev untuk menarik tentara dari Afganistan, meskipun tentara terakhir baru keluar bulan Februari 1989.[218] Gorbachev juga mewarisi ketegangan tinggi pada era Perang Dingin.[219] Ia percaya bahwa sangat butuh memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat; ia terkejut dengan kemungkinan perang nuklir dan sadar bahwa Soviet tidak akan memenangkan perlombaan senjata. Kebutuhan untuk belanja militer yang tinggi juga merugikan keinginannya untuk reformasi dalam negeri.[219] Walaupun secara pribadi juga takut akan terjadinya perang nuklir, Presiden AS Ronald Reagan secara publik tidak menginginkan adanya penurunan tegangan antara kedua negara, menghapuskan détente dan kontrol senjata, memulai pengembangan militer, dan menyebut Uni Soviet sebagai "kekaisaran kejahatan".[220] Gorbachev dan Reagan menginginkan sebuah pertemuan untuk mendiskusikan Perang Dingin, tetapi mereka mendapat banyak tentangan terhadap langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk ini.[221] Mereka setuju untuk mengadakan pertemuan di Jenewa, Swiss bulan November 1985.[222] Gorbachev juga memperbaiki hubungan dengan anggota NATO lainnya, ia berkunjung ke Prancis bulan Oktober 1985 untuk bertemu Presiden François Mitterrand.[223] Di Pertemuan Jenewa, diskusi antara Gorbachev dan Reagan terkadang memanas, Gorbachev pada awalnya frustasi karena pihak Amerika Serikat "tidak mau mendengar apa yang saya katakan".[224] Selain mendiskusikan perang proksi di Afghanistan dan Nikaragua serta isu hak asasi manusia, mereka juga mendiskusikan kebijakan Strategic Defense Initiative (SDI) AS yang sangat ditentang Gorbachev.[225] Istri-istri mereka juga bertemu dan menghabiskan waktu bersama di pertemuan tersebut.[226] Pertemuan ini berakhir dengan komitmen bersama menghindari perang nuklir dan bertemu pada 2 pertemuan berikutnya di Washington D.C. (1986) dan di Moskwa (1987).[225] Setelah pertemuan ini, Gorbachev menuju Praha untuk bertemu dengan pemimpin Pakta Warsawa lainnya.[227] Bulan Januari 1986, Gorbachev mengusulkan 3 tahap program perlucutan senjata nuklir dunia pada akhir abad ke-20.[229] Sebuah kesepakatan kemudian dicapai untuk bertemu dengan Reagan di Reykjavík, Islandia bulan Oktober 1986. Gorbachev menginginkan jaminan keamanan bahwa SDI tidak akan diimplementasikan, dan sebagai gantinya ia mau mengurangi jumlah misil jarak jauh Uni Soviet hingga 50%.[230] Kedua pemimpin setuju dengan tujuan bersama melucuti senjata nuklir, tetapi Reagan menolak untuk menghapus program SDI dan tidak ada kesepakatan yang dicapai.[231] Setelah pertemuan itu, banyak sekutu Reagan mengkritisinya karena ketidaksetujuannya terhadap ide perlucutan senjata nuklir.[232] Gorbachev juga mengatakan pada Politbiro bahwa Reagan "luar biasa primitif, hidup di gua, dan lemah secara intelektual".[232] Untuk hubungannya dengan negara berkembang, Gorbachev menemukan bahwa banyak negara sosialis atau pro-Soviet—seperti Muammar Khadafi (Libya) dan Hafez al-Assad (Suriah)—menjadi frustasi. Hubungan paling baik Gorbachev secara pribadi adalah dengan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi.[216] Ia berpikir bahwa "kamp sosialis" yang berisi negara-negara dengan pemimpin Maxis–Leninis—negara-negara Blok Timur, Korea Utara, Vietnam, dan Kuba—merusak ekonomi Soviet karena mereka menerima barang jauh lebih banyak dari Uni Soviet ketimbang seluruh yang mereka berikan ke Uni Soviet.[233] Ia juga berusaha memperbaiki hubungan dengan Tiongkok, negara yang hubungannya sangat buruk dengan Soviet akibat Perpecahan Tiongkok-Soviet dan mengalami reformasi strukturalnya sendiri. Bulan Juni 1985, Gorbachev menandatangani perjanjian dagang sebesar US$14 miliar selama 5 tahun dan pada bulan Juli 1986, ia mengusulkan pengurangan tentara di sepanjang perbatasan Tiongkok-Soviet, menyebut Tiongkok sebagai "negara sosialis yang hebat".[234] Gorbachev menginginkan keanggotaan Soviet di Bank Pembangunan Asia dan menjalin hubungan lebih erat dengan negara-negara Pasifik, terutama Tiongkok dan Jepang.[235] Reformasi berlanjut: 1987–1989Reformasi dalam negeriBulan Januari 1987, Gorbachev menghadiri sebuah pleno Komite Pusat dan berbicara mengenai perestroika dan demokratisasi, juga mengkritik korupsi yang meluas.[236] Ia awalnya berencana untuk menyampaikan sebuah proposal yang bertujuan agar pemilu multipartai dapat diperbolehkan pada pidatonya itu, tetapi ia memutuskan untuk tak jadi melakukannya.[237] Setelah pleno tersebut, Gorbachev memfokuskan perhatiannya dalam reformasi ekonomi, mengadakan berbagai diskusi dengan pejabat pemerintahan dan ahli ekonomi.[238] Banyak ahli ekonomi mengusulkan pengurangan kontrol kementerian atas ekonomi dan memperbolehkan perusahaan milik negara untuk menetapkan target mereka sendiri; Ryzhkov dan pejabat-pejabat lain skeptis akan hal ini.[239] Pada bulan Juni, Gorbachev menyelesaikan laporannya perihal reformasi ekonomi. Laporannya mencerminkan sebuah kompromi: peran para menteri untuk menetapkan target output tetap dipertahankan tetapi akan dianggap tidak mengikat.[240] Pada bulan yang sama, sebuah pleno menyetujui rekomendasinya dan Majelis Agung menetapkan sebuah "undang-undang tentang perusahaan" untuk mengimplementasikan perubahannya.[241] Meskipun demikian, masalah ekonomi tetap muncul. Pada akhir 1980-an, masih terjadi kelangkaan bahan pokok yang meluas, inflasi meningkat, dan penurunan standar hidup.[242] Hal ini memicu pemogokan kerja penambang pada tahun 1989.[243] Pada tahun 1987, semangat glasnost menyebar ke seluruh masyarakat Soviet: para jurnalis menulis dengan lebih terbuka,[244] banyak masalah ekonomi diungkapkan kepada masyarakat,[245] dan studi-studi yang meninjau ulang sejarah Soviet secara kritis mulai bermunculan.[246] Gorbachev sangat mendukung hal-hal ini, ia menggambarkan glasnost sebagai "senjata perestroika yang penting dan tak tergantikan".[244] Meskipun demikian, ia mengharuskan masyarakat menggunakan kebebasan yang baru ini dengan bertanggung jawab, menyatakan bahwa para jurnalis dan penulis harus menghindari "sensasionalisme" dan harus "benar-benar objektif" dalam melaporkan.[247] Hampir dua ratus film Soviet yang dilarang sebelumnya dikeluarkan kembali; berbagai film Barat kini juga tersedia.[248] Pada tahun 1989, pertanggungjawaban Soviet atas Pembantaian Katyn 1940 pada akhirnya diungkapkan.[249] Bulan September 1987, pemerintah tak lagi melakukan jamming kepada sinyal British Broadcasting Corporation dan Voice of America.[250] Reformasi yang dilakukan juga memberikan toleransi yang lebih besar terhadap agama;[251] sebuah kebaktian Paskah untuk pertama kalinya dapat disiarkan di televisi Soviet dan perayaan milenium Gereja Ortodoks Rusia diperbolehkan mendapat perhatian dari media.[252] Banyak organisasi independen bermunculan, pendukung paling besar Gorbachev, meskipun yang terbesar, Pamyat, bersikap ultranasionalis dan antisemit.[253] Gorbachev juga mengumumkan bahwa para Yahudi Soviet yang ingin bermigrasi ke Israel diperbolehkan untuk melakukannya, sesuatu yang dulunya adalah tindakan terlarang.[254] Bulan Agustus 1987, Gorbachev berlibur di Nizhnaya Oreanda, Ukraina. Di sana, Gorbachev menuliskan Perestroika: New Thinking for Our Country and Our World atas saran penerbit AS.[255] Untuk Perayaan ke-70 Revolusi Oktober 1917, Gorbachev membuat sebuah pidato dalam "October and Perestroika: The Revolution Continues". Dibawakan dalam sesi bersama antara Komite Pusat dan Majelis Agung di Istana Kongres Kremlin, pidato ini memuji Lenin tetapi mengkritik Stalin atas pelanggaran HAM massal.[256] Para garis keras partai berpikiran bahwa pidato ini sudah terlalu jauh, sementara para liberalis berpikiran bahwa pidatonya tidak sejauh itu.[257] Bulan Maret 1988, majalah Sovetskaya Rossiya menerbitkan surat terbuka oleh seorang guru Nina Andreyava. Andreyava mengkritik unsur-unsur reformasi Gorbachev, menyerang apa yang dia anggap sebagai pencemaran nama baik era Stalinis dan menyerukan bahwa kelompok reformis—yang ia tuliskan bahwa kelompok ini kebanyakan Yahudi dan etnis minoritas—yang seharusnya disalahkan.[258] Lebih dari 900 surat kabar Soviet mencetak ulang surat terbuka ini dan para antireformis mendukungnya; banyak reformis panik karena takut ini akan menjadi pukulan balasan bagi perestroika.[259] Sekembalinya dari Yugoslavia, Gorbachev mengadakan rapat Politbiro untuk mendiskusikan surat tersebut, berhadapan langsung dengan para garis keras yang mendukung sentimen ini. Pada akhirnya, Politbiro mencapai keputusan bulat untuk menyampaikan ketidaksetujuan atas surat Andreyava dan menerbitkan bantahan di Pravda.[260] Bantahan Yakovlev dan Gorbachev mengklaim bahwa sesiapapun yang "mencari musuh internal di mana-mana" "bukanlah seorang patriot" dan menyampaikan juga bahwa "represi dan pelanggaran hukum besar-besaran" Stalin "sangatlah besar dan takkan dapat dimaafkan".[261] Membentuk Kongres Perwakilan RakyatMeskipun kongres partai selanjutnya tidak terjadwalkan hingga 1991, Gorbachev mengadakan Konferensi Partai ke-19 pada bulan Juni 1988. Dengan memperbolehkan jangkauan hadirin yang lebih luas daripada konferensi sebelumnya, ia berharap akan mendapatkan lebih banyak dukungan terhadap reformasinya.[262] Dengan pejabat dan akademisi yang simpatik, Gorbachev meyusun draf rencana reformasi yang akan mengalihkan kekuasaan dari Politbiro kepada soviet. Ketika sebagian besar soviet menjadi lembaga tak berkekuatan yang hanya menstempel kebijakan Politbiro, Gorbachev ingin menjadikan soviet lembaga legislasi sepanjang tahun. Ia mengusulkan pembentukan institusi baru, Kongres Perwakilan Rakyat, yang anggotanya dipilih melalui pemilu yang lebih bebas.[263] Kongres ini pada gilirannya akan memilih Majelis Agung Uni Soviet yang melakukan legislasi terbanyak.[264] Proposal-proposal ini merefleksikan keinginan Gorbachev untuk lebih berdemokrasi; tetapi, ia memandang bahwa akan ada halangan besar, yaitu masyarakat Soviet yang telah mengembangkan "psikologi budak" setelah berabad-abad di bawah autokrasi Ketsaran dan otoritarianisme Marxis–Leninis.[265] Dilaksanakan di Istana Kongres Kremlin, konferensi ini telah membawa 5.000 delegasi dan menampilkan argumen-argumen antara para garis keras dengan liberalis. Acara ini disiarkan di televisi, dan pertama kalinya sejak 1920-an, hasil voting tidak bulat.[266] Beberapa bulan setelah konferensi, Gorbachev berfokus untuk mendesain ulang dan meluruskan aparatur partai; staff Komite Pusat—yang kemudian berjumlah sekitar 3.000 orang—dipotong setengahnya, sementara berbagai departemen Komite Pusat digabungkan untuk mengurangi jumlahnya secara keseluruhan dari 20 menjadi 9 saja.[267] Bulan Maret dan April 1989, pemilihan umum untuk Kongres yang baru dilaksanakan.[268] Dari 2.250 legislator yang terpilih, seratus di antaranya—disebut "Seratus Merah" (Red Hundred) oleh pers—dipilih langsung oleh Partai Komunis, dengan Gorbachev memastikan kebanyakan dari mereka adalah reformis.[269] Meskipun lebih dari 85% perwakilan yang terpilih adalah anggota partai,[270] banyak dari mereka—termasuk Sakharov dan Yeltsin—adalah liberalis.[271] Gorbachev bahagia dengan hasilnya, mendeskripsikannya sebagai "kemenangan politik yang sangat besar di bawah keadaan yang luar biasa sulit".[272] Kongres yang baru ini bersidang bulan Mei 1989.[273] Gorbachev terpilih untuk mengetuainya—kepala negara de facto yang baru—dengan 2.123 suara mendukung dan 87 suara menolak.[274] Sesi Kongres ini disiarkan secara langsung di televisi,[274] dan anggotanya memilih Majelis Agung yang baru.[275] Di Kongres, Sakharov berpidato berulang kali, membuat Gorbachev jengkel akan seruannya untuk liberalisasi yang lebih besar dan pengenalan properti privat.[276] Ketika Sakharov wafat tak lama setelah itu, Yeltsin menjadi tokoh utama dari oposisi liberal.[277] Hubungan dengan Tiongkok dan negara BaratGorbachev mencoba meningkatkan hubungan dengan AS, Prancis, dan Jerman Barat;[278] sama seperti para pendahulunya, ia tertarik untuk menarik Eropa Barat dari pengaruh AS.[279] Menyeru untuk kerja sama pan-Eropa yang lebih besar, ia berpidato secara publik tentang "Rumah Eropa Bersama" dan Eropa "dari Atlantik sampai ke Ural".[280] Bulan Maret 1987, Thatcher mengunjunginya di Moskwa; kendati perbedaan ideologi mereka, mereka menyukai satu sama lain.[281] Pada April 1989, Gorbachev mengunjungi London dan makan siang bersama Elizabeth II.[282] Bulan Mei 1987, Gorbachev kembali mengunjungi Prancis, dan bulan November 1988, Mitterand berbalik mengunjunginya di Moskwa.[283] Kanselir Jerman Barat, Helmut Kohl pada awalnya menyinggung Gorbachev dengan menyamakannya dengan propagandis Nazi Joseph Goebbels, meskipun kemudian ia meminta maaf secara informal dan mengunjungi Moskwa bulan Oktober 1988.[284] Pada Juni 1989, Gorbachev berbalik mengunjungi Kohl di Jerman Barat.[285] Bulan November 1989, ia juga berkunjung ke Italia dan bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II.[286] Hubungan Gorbachev dengan pemimpin-pemimpin Eropa Barat tersebut jauh lebih hangat daripada hubungan dengan rekan-rekannya di Blok Timur.[287] Gorbachev terus menjalin hubungan baik dengan Tiongkok untuk memperbaiki Perpecahan Tiongkok-Soviet. Bulan Mei 1989 ia berkunjung ke Beijing dan bertemu pemimpinnya, Deng Xiaoping; Deng sama-sama percaya dalam reformasi ekonomi tetapi menolak seruan demokratisasi.[288] Pelajar pro demokrasi berkumpul di Lapangan Tiananmen ketika kunjungan Gorbachev tetapi terjadi pembantaian oleh pasukan tentara setelah ia pergi. Gorbachev tidak menyalahkan pembantaian tersebut secara publik tetapi hal itu memperkuat komitmennya untuk tidak menggunakan kekuatan dan kekerasan dengan unjuk rasa pro demokrasi di Blok Timur.[289] Menyusul kegagalan pembicaraan yang lebih awal dengan AS, pada Februari 1987, Gorbachev mengadakan konferensi di Moskwa yang berjudul "Untuk Dunia tanpa Senjata Nuklir, untuk Kelangsungan Hidup Manusia". Konferensi tersebut dihadiri berbagai selebriti dan politikus internasional.[290] Dengan mendorong pelucutan senjata nuklir secara publik, Gorbachev berusaha memberi Uni Soviet landasan moral yang tinggi dan melemahkan persepsi diri Barat tentang superioritas moral.[291] Sadar bahwa Reagan takkan mengalah untuk SDI, Gorbachev berfokus pada mengurangi "Angkatan Nuklir Jangka Menengah", sesuatu yang diterima oleh Reagan.[292] Bulan April 1987, Gorbachev mendiskusikan isu tersebut dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat George Shultz di Moskwa; ia setuju untuk menghapuskan roket SS-23 Soviet dan memperbolehkan inspektur AS mengunjungi fasilitas militer Soviet untuk memastikannya.[293] Terdapat kebencian dari militer Soviet terhadap kompromi seperti itu, tetapi menyusul dengan insiden Mathias Rust Mei 1987—kejadian seorang remaja Jerman Barat yang dapat terbang tak terdeteksi dari Finlandia dan mendarat di dekat Lapangan Merah—Gorbachev memecat banyak figur militer Soviet atas inkompetensi mereka.[294] Pada Desember 1987, Gorbachev berkunjung ke Washington D.C., dimana ia dan Reagan menandatangani Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah.[295] Taubman menyebut hal ini sebagai "salah satu titik tertinggi dari karier Gorbachev".[296] KTT AS-Soviet kedua dilaksanakan di Moskwa pada Mei–Juni 1988, yang Gorbachev harapkan sebagian besarnya bersifat simbolik.[297] Lagi-lagi, ia dan Reagan mengkritik negara satu sama lain—Reagan mengangkat isu pembatasan kebebasan beragama Soviet; Gorbachev menyorot kemiskinan dan diskriminasi ras di AS—tetapi Gorbachev menceritakan bahwa mereka berbicara "dengan istilah yang ramah".[298] Mereka mencapai kesepakatan untuk saling memberi tahu satu sama lain sebelum menjalankan tes rudal balistik dan membuat kesepakatan dalam transportasi, perikanan, dan navigasi radio.[299] Di KTT tersebut, Reagan memberitahukan wartawan bahwa ia tak lagi menganggap Uni Soviet sebagai "kekaisaran kejahatan" dan keduanya mengungkapkan bahwa mereka menganggap diri mereka adalah teman.[300] KTT ketiga dilaksanakan di Kota New York pada bulan Desember.[301] Ketika tiba di sana, Gorbachev memberi pidato kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dimana ia mengumumkan pengurangan sepihak dalam angkatan bersenjata Soviet sebesar 500.000; ia juga mengumumkan bahwa sebanyak 50.000 pasukan akan ditarik dari Eropa Tengah dan Timur.[302] Ia kemudian bertemu dengan Reagan dan Presiden terpilih George H. W. Bush. Ia berusaha secepatnya pulang, melewatkan rencana kunjungannya ke Kuba, untuk mengurus gempa bumi Armenia.[303] Dalam menjadi Presiden AS, Bush tampak tertarik untuk melanjutkan pembicaraan dengan Gorbachev tetapi ingin tampil lebih keras daripada Reagan kepada Soviet untuk mengurangi kritikan dari sayap kanan Partai Republik-nya.[304] Pada Desember 1989, Gorbachev dan Bush bertemu di KTT Malta.[305] Bush menawarkan bantuan untuk ekonomi Soviet dengan menangguhkan Amendemen Jackson-Vanik dan membatalkan Amendemen Stevenson dan Baird.[306] Di sana, keduanya bersetuju untuk melakukan konferensi pers bersama, pertama kalinya pemimpin AS dan Soviet melakukannya.[307] Gorbachev juga mendesak Bush untuk menormalisasi hubungan dengan Kuba dan bertemu presidennya, Fidel Castro, meskipun Bush menolak melakukannya.[308] Masalah antarbangsa dan Blok TimurKetika mengambil kekuasaan, Gorbachev menemukan beberapa ketidakrukunan di antara kelompok bangsa yang berbeda di Uni Soviet. Pada Desember 1986, kerusuhan terjadi di beberapa kota Kazakh setelah orang berbangsa Rusia ditunjuk untuk mengepalai daerah tersebut.[309] Pada tahun 1987, Tatar Krimea memprotes Moskwa menuntut agar mereka dapat bermukim di Krimea kembali, daerah dimana mereka dideportasi dari sana atas perintah Stalin tahun 1944. Gorbachev memerintahkan sebuah komisi, diketuai oleh Gromyko, untuk memeriksa situasi mereka. Laporan Gromyko menolak seruan untuk membantu kembalinya Tatar Krimea.[310] Pada tahun 1988, tekanan "masalah kebangsaan" semakin besar.[311] Bulan Februari, administrasi daerah Nagorno-Karabakh secara resmi meminta agar daerah tersebut diserahterimakan dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan kepada Republik Sosialis Soviet Armenia; mayoritas populasi daerah tersebut adalah bangsa Armenia dan ingin adanya unifikasi dengan daerah lain yang mayoritasnya bangsa Armenia.[312] Saat demonstrasi rival antara bangsa Armenia dan Azerbaijan berlangsung di Nagorno-Karabakh, Gorbachev mengadakan rapat darurat Politbiro.[313] Pada akhirnya, Gorbachev berjanji akan memperbesar otonomi Nagorno-Karabakh tetapi menolak untuk menyerahterimakan daerah tersebut, yang ditakutkan akan menyulut ketegangan etnis dan tuntutan yang serupa di penjuru Uni Soviet.[314] Pada bulan yang sama, di Kota Sumqayit Azerbaijan, geng Azerbaijan mulai membunuh anggota minoritas Armenia. Pasukan lokal berusaha untuk mengatasinya tetapi malah diserang oleh massa.[315] Politbiro memerintahkan pasukan tambahan ke kota tersebut, tetapi berbeda dengan Ligachev yang menginginkan penampilan kekuatan yang besar, Gorbachev mendesak untuk menahan diri. Ia percaya bahwa situasi tersebut dapat diselesaikan melalui solusi politik, mendesak adanya pembicaraan antara Partai Komunis Armenia dan Azerbaijan.[316] Kericuhan anti-Armenia yang kebih jauh pecah di Baku tahun 1990.[317] Masalah lain juga muncul di Republik Sosialis Soviet Georgia; pada April 1989, nasionalis Georgia yang menuntut kemerdekaan bentrok dengan pasukan tentara di Tbilisi, yang menyebabkan berbagai korban jiwa.[318] Sentimen kemerdekaan juga memuncak di negara-negara Baltik; Majelis Agung Republik Sosialis Soviet Estonia, Lituania, dan Latvia mendeklarasikan "otonomi" ekonomi mereka dari Rusia dan memperkenalkan langkah-langkah untuk membatasi imigran Rusia.[319] Bulan Agustus 1989, para pemrotes membentuk Jalur Baltik, sebuah rantai manusia yang melintasi tiga negara tersebut untuk menyimbolkan keinginan mereka untuk merdeka.[320] Pada bulan yang sama, Majelis Agung Lituania memerintahkan bahwa aneksasi Soviet 1940 atas negara mereka menjadi ilegal;[321] pada Januari 1990, Gorbachev mengunjungi republik tersebut untuk mendorongnya agar tetap menjadi bagian dari Uni Soviet.[322] Gorbachev menolak "Doktrin Brezhnev", gagasan bahwa Uni Soviet berhak mengintervensi secara militer di negara-negara Marxis–Leninis apabila pemerintahan mereka terancam.[323] Bulan Desember 1987 ia mengumumkan penarikan 500.000 pasukan Soviet dari Eropa Tengah dan Timur.[324] Ketika tetap meneruskan reformasi dalam negeri, Gorbachev tidak secara terbuka mendukung reformis lain di Blok Timur.[325] Berharap memimpin bukan menurut contoh, ia kemudian menceritakan bahwa ia tak ingin mencampuri urusan dalam negeri mereka, tetapi ia mungkin takut jika mendorong reformasi di Eropa Tengah dan Timur akan membuat kelompok garis kerasnya sendiri marah besar.[326] Beberapa pemimpin Blok Timur, seperti János Kádár Hungaria dan Wojciech Jaruzelski Polandia, bersikap simpatik terhadap reformasi; sementara yang lainnya, seperti Nicolae Ceaușescu Rumania, tak mendukung adanya reformasi.[327] Pada Mei 1987, Gorbachev berkunjung ke Rumania. Ia terkejut dengan keadaan negara tersebut, kemudian memberi tahu Politbiro bahwa "martabat manusia sama sekali tak ada harganya" di sana.[328] Ia dan Ceaușescu tak menyukai satu sama lain dan berargumen tentang reformasi Gorbachev.[329] Bulan Agustus 1989, Piknik Pan-Eropa, yang direncanakan Otto von Habsburg sebagai sebuah ujian bagi Gorbachev, menyebabkan eksodus besar-besaran pengungsi Jerman Timur. Sesuai dengan doktrin Sinatra, Uni Soviet tidak ikut campur dan masyarakat Eropa Timur yang diinformasikan media menyadari bahwa di satu sisi penguasa mereka semakin kehilangan kekuasaan dan di sisi yang lain Tirai Besi yang memisahkan Blok Timur telah runtuh.[330][331][332] Terpecahnya Uni SovietKetika Revolusi 1989, kebanyakan negara-negara Marxis–Leninis di Eropa Tengah dan Timur mengadakan pemilihan umum multipartai yang menghasilkan pergantian rezim.[333] Di kebanyakan negara, seperti Polandia dan Hungaria, proses ini berlangsung secara damai; tetapi di Rumania, revolusi ini memanas hingga berujung pada penurunan dan eksekusi Ceaușescu.[333] Gorbachev terlalu disibukkan dengan masalah dalam negeri untuk memberikan perhatian kepada peristiwa-peristiwa ini.[334] Ia percaya bahwa pemilu demokratis tidak akan membawa negara-negara Eropa Timur untuk meninggalkan komitmen sosialis mereka.[335] Pada tahun 1989, Gorbachev mengunjungi Jerman Timur untuk perayaan ke-40 pendirian negara; tak lama setelah itu, pada bulan November, pemerintahan Jerman Timur memperbolehkan penduduknya untuk melintasi Tembok Berlin, sebuah keputusan yang dipuji oleh Gorbachev. Bertahun-tahun berikutnya, sebagian besar tembok itu telah dihancurkan.[336] Tidak satupun antara Gorbachev, Thatcher, dan Mitterrand ingin reunifikasi secara cepat di Jerman, yang ditakutkan akan menjadi kekuatan yang dominan di Eropa. Gorbachev ingin integrasi Jerman berlangsung secara bertahap sementara Kohl mulai menyerukan reunifikasi cepat.[337] Dengan Jerman yang bersatu kembali, banyak pengamat mendeklarasikan bahwa ini adalah akhir dari Perang Dingin.[338] Presiden Uni Soviet: 1990–1991Bulan Februari 1990, para liberalis maupun garis keras Marxis–Leninis mengintensifkan serangan mereka terhadap Gorbachev.[339] Sebuah parade liberalis mengambil bagian di Moskwa untuk mengkritik kekuasaan Partai Komunis,[340] sementara di rapat Komite Pusat, seorang garis keras, Vladimir Brovikov, menuduh Gorbachev melemahkan negara menjadi "anarki" dan "hancur" serta mengejar persetujuan Barat yang mengorbankan Uni Soviet dan maksud dari Marxis–Leninis.[341] Gorbachev sadar bahwa Komite Pusat tetap dapat menggulingkannya dari jabatan Sekretaris Jenderal. Oleh karena itu, ia merumuskan ulang peran kepala pemerintahan menjadi kepada presiden yang dengannya ia tak dapat digulingkan.[342] Ia memutuskan bahwa pemilihan presiden harus diadakan oleh Kongres Perwakilan Rakyat. Ia memilih jalan ini daripada pemilihan umum karena nantinya akan meningkatkan ketegangan dan ia juga takut akan kalah jika pemilihan dilaksanakan terbuka;[343] meskipun sebuah jajak pendapat musim panas 1990 menunjukkan bahwa ia masih menjadi politikus yang paling terkenal di Soviet.[344] Maret 1990, Kongres Perwakilan Rakyat mengadakan Pemilihan Presiden Uni Soviet yang pertama (dan satu-satunya), dengan Gorbachev adalah satu-satunya kandidat. Ia mengamankan 1.329 suara mendukung dan 495 menolaknya; 313 suara tidak sah dan/atau absen. Oleh karena itu, ia menjadi Presiden eksekutif Uni Soviet yang pertama.[345] Sebuah Dewan Kepresidenan baru yang beranggotakan 18 orang secara de facto menggantikan Politbiro.[346] Pada rapat Kongres yang sama, ia menyampaikan gagasan untuk mencabut Pasal 6 Konstitusi Soviet, yang kemudian diratifikasi oleh Partai Komunis sebagai "partai penguasa" Uni Soviet. Kongres meloloskan reformasi tersebut, menghapuskan sifat de jure negara satu partai.[347] Pada pemilihan Majelis Agung Rusia tahun 1990, Partai Komunis menghadapi penantang dari aliansi liberalis yang bernama "Rusia Demokratis"; yang mendapat atensi baik di pusat kota.[348] Yeltsin terpilih menjadi ketua parlemen, sesuatu yang tak disenangi Gorbachev.[349] Pada tahun tersebut, jajak pendapat menunjukkan Yeltsin menyalip Gorbachev sebagai politikus yang paling terkenal di Uni Soviet.[344] Gorbachev berusaha memahami popularitas Yeltsin yang semakin meningkat, berkomentar bahwa, "Dia minum seperti ikan... dia tak jelas, dia datang dengan apa yang diketahui oleh iblis, ia seperti rekaman usang."[350] Majelis Agung Rusia kini tak lagi berada di bawah pengaruh Gorbachev;[350] pada Juni 1990, majelis ini mendeklarasikan Republik Rusia, yang peraturannya harus lebih diutamakan daripada Pemerintah Pusat Soviet.[351] Di tengah-tengah berkembangnya sentimen nasionalisme Rusia, Gorbachev dengan enggan memperbolehkan pembentukan Partai Komunis Republik Sosialis Soviet Rusia sebagai cabang dari Partai Komunis Soviet yang lebih besar. Gorbachev menghadiri kongres pertamanya pada bulan Juni, tetapi segera mengetahui bahwa partai tersebut didominasi para garis keras yang menentang pendirian reformisnya.[352] Reunifikasi Jerman dan Perang TelukBulan Januari 1990, Gorbachev secara pribadi setuju untuk mengizikan Jerman Timur bersatu kembali dengan Jerman Barat, tetapi menolak gagasan bahwa Jerman yang telah bersatu akan dapat mempertahankan keanggotaan Jerman Barat di NATO.[353] Komprominya agar Jerman dapat mempertahankan keanggotaan di NATO tetapi sekaligus di Pakta Warsawa tidak mendapat dukungan.[354] Pada Mei 1990, Gorbachev mengunjungi AS untuk berbicara dengan Presiden Bush;[355] di sana, ia setuju bahwa Jerman yang independen berhak menentukan aliansi internasionalnya sendiri.[354] Ia kemudian mengungkapkan bahwa ia menyetujui hal tersebut karena Menteri Luar Negeri AS James Baker berjanji bahwa pasukan NATO tidak akan ditempatkan di timur Jerman dan aliansi militernya tidak akan berekspansi hingga Eropa Timur.[356] Secara pribadi, Bush tidak menghiraukan janji Baker dan kemudian mendorong untuk ekspansi NATO.[357] Baru-baru ini, Gorbachev dan yang lainnya menyangkal klaim bahwa Gorbachev diberikan jaminan bahwa NATO tidak akan memperluas ke timur.[358][359] Dalam perjalanan, AS menginformasikan Gorbachev tentang buktinya bahwa militer Soviet—mungkin tanpa sepengetahuan Gorbachev—telah melanjutkan program senjata biologi yang melanggar Konvensi Senjata Biologi 1987.[360] Pada bulan Juli, Kohl mengunjungi Moskwa dan Gorbachev memberitahunya bahwa Soviet tidak akan menentang Jerman yang telah bersatu menjadi bagian dari NATO.[361] Di dalam negeri, kritikan terhadap Gorbachev menuduhnya telah mengkhianati kepentingan nasional;[362] lebih luas lagi, mereka marah kepada Gorbachev yang memperbolehkan Blok Timur untuk menjauh dari pengaruh langsung Soviet.[363] Bulan Agustus 1990, Pemerintah Irak Saddam Hussein menginvasi Kuwait; Gorbachev setuju dengan pernyataan Bush yang mengutuk tindakan ini.[364] Hal ini membawa kritikan dari banyak aparatur negara Soviet, yang melihat bahwa Hussein adalah sekutu utama di Teluk Persia dan khawatir dengan keselamatan 9.000 warga negara Soviet yang tinggal di sana, walau Gorbachev berpendapat bahwa orang Irak-lah agresor dalam kejadian ini.[365] Pada bulan November, Soviet mendukung Resolusi PBB yang mengizinkan penggunaan kekuatan untuk mengusir Tentara Irak dari Kuwait.[366] Gorbachev kemudian menyebut ini sebagai "batas air" politik dunia, "pertama kalinya negara adidaya bertindak bersama dalam krisis regional".[367] Meskipun demikian, ketika AS mengumumkan rencana invasi darat, Gorbachev menentangnya, mendorong solusi yang damai sebagai gantinya.[368] Pada Oktober 1990, Gorbachev dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian; ia tersanjung tetapi mengakui "perasaan yang campur aduk" dengan penghargaan itu.[369] Jajak pendapat mengindikasikan 90% warga Soviet tidak setuju dengan penghargaan itu, yang secara luas terlihat sebagai penghargaan Barat dan anti-Soviet.[370] Dengan defisit anggaran Soviet yang melambung tinggi dan tidak adanya pasar uang dalam negeri untuk menyediakan pinjaman bagi negara, Gorbachev mencari di tempat yang lain.[371] Sepanjang 1991, Gorbachev meminta pinjaman yang cukup besar dari negara-negara Barat dan Jepang, berharap untuk menjaga ekonomi Soviet agar tetap bertahan dan memastikan keberhasilan perestroika.[372] Meskipun Uni Soviet telah dikeluarkan dari G7, Gorbachev tetap mendapatkan undangan untuk KTT London-nya pada Juli 1991.[373] Di sana, ia melanjutkan seruannya untuk bantuan keuangan; Mitterrand dan Kohl menyokongnya,[374] sementara Thatcher—yang sudah tidak lagi menjabat—juga mendesak pemimpin negara-negara Barat untuk setuju.[375] Banyak anggota G7 yang enggan, sebagai gantinya mereka menawarkan bantuan teknis dan mengusulkan Soviet untuk mendapatkan status "asosiasi khusus"—daripada keanggotaan penuh—Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.[376] Gorbachev frustrasi dengan AS yang menghabiskan $100 miliar di Perang Teluk tetapi tidak menawarkan pinjaman bagi negaranya.[377] Negara-negara lain bersikap lebih terbuka; Jerman Barat telah memberikan Soviet DM60 miliar pada pertengahan tahun 1991.[378] Setelahnya pada bulan itu, Bush berkunjung ke Moskwa, ia bersama dengan Gorbachev menandatangani perjanjian START I, persetujuan bilateral dalam pengurangan dan pembatasan senjata serangan strategis, setelah perundingan sepuluh tahun lamanya.[379] Pemberontakan Agustus dan krisis pemerintahanKetika Kongres Partai Komunis ke-28 pada Juli 1990, para garis keras mengkritik para reformis tetapi Gorbachev terpilih kembali menjadi pemimpin partai dengan dukungan tiga perempat delegasi dan Wakil Sekretaris Jenderal pilihannya, Vladimir Ivashko, juga terpilih.[380] Mencari kompromi dengan para liberalis, Gorbachev mengumpulkan sebuah tim dari pihaknya dan penasihat Yeltsin untuk mengadakan paket reformasi ekonomi: hasilnya adalah program "500 Hari". Program ini menyeru desentralisasi yang lebih jauh dan beberapa privatisasi.[381] Gorbachev mendeskripsikannya sebagai "sosialisme modern" daripada kembali ke kapitalisme tetapi memiliki banyak keraguan tentang itu.[382] Bulan September, Yeltsin menyajikan rencana itu kepada Majelis Agung Rusia, yang menyokong rencana itu.[383] Banyak orang di Partai Komunis dan aparatur negara memperingatkan akan hal itu, berpendapat bahwa itu akan membuat kekacauan pasar, inflasi yang tak terkendali, dan tingkat pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya.[384] Rencana 500 Hari akhirnya ditinggalkan.[385] Dari sini, Yeltsin bersatu melawan Gorbachev dalam pidato bulan Oktober, mengklaim bahwa Rusia tidak akan lagi menerima posisi sebagai bawahan pemerintah Uni Soviet.[386] Pada pertengahan November 1990, banyak pers meminta agar Gorbachev mengundurkan diri dan mereka memprediksi perang saudara akan terjadi.[387] Para garis keras mendesak Gorbachev untuk membubarkan Dewan Kepresidenan dan menahan liberal yang vokal di media.[388] Pada bulan November, Gorbachev berpidato di Majelis Agung, mengumumkan program delapan poin, yang meliputi reformasi pemerintahan, termasuk penghapusan Dewan Kepresidenan.[389] Dari sini, Gorbachev terisolasi dari banyak mantan sekutu dan pembantu dekatnya.[390] Yakovlev keluar dari lingkaran dalam Gorbachev sementara Shevardnadze mengundurkan diri.[391] Dukungan Gorbachev kepada para inteligensia mulai berkurang,[392] dan pada akhir 1990 peringkat persetujuannya telah anjlok.[393] Di tengah perbedaan pendapat yang berkembang di negara Baltik, khususnya Lituania, pada Januari 1991 Gorbachev menuntut Majelis Agung Lituania untuk membatalkan reformasi pro-kemerdekaannya.[394] Pasukan Soviet menduduki beberapa bangunan Vilnius dan bentrok dengan para pemrotes, 15 pemrotes terbunuh.[395] Gorbachev secara luas disalahkan oleh para liberalis, dengan Yeltsin menyerukan pengunduran diri Gorbachev.[396] Gorbachev membantah ia telah menyetujui operasi militer tersebut, meskipun beberapa orang di militer berkata bahwa ia telah melakukannya; kebenaran akan hal ini tidak pernah terungkap secara jelas.[397] Khawatir akan gangguan sipil yang lebih banyak, bulan itu Gorbachev melarang demonstrasi dan mengerahkan tentara untuk mematroli kota-kota Soviet bersama polisi. Hal ini semakin menjauhkan kaum liberalis tapi tidak cukup untuk memenangkan kaum garis keras.[398] Ingin mempertahankan Uni Soviet, Gorbachev dan pemimpin sembilan republik Soviet bersama-sama berjanji akan menyiapkan perjanjian yang akan memperbarui federasi ini di bawah konstitusi yang baru; tetapi enam dari republik itu—Estonia, Latvia, Lituania, Moldova, Georgia, dan Armenia—tidak menyetujuinya.[399] Sebuah referendum tentang isu tersebut membawa 76,4% dukungan untuk melanjutkan federasi tetapi enam republik yang menentang tidak mengambil bagian.[400] Perundingan tentang apa bentuk konstitusi yang baru ini akan diadakan, yang membawa Gorbachev dan Yeltsin bersama dalam diskusi lagi; konstitusi tersebut rencananya akan ditandatangani secara formal pada bulan Agustus.[401] Pada bulan Agustus, Gorbachev dan keluarganya berlibur di dacha mereka, "Zarya" (Fajar), di Foros, Krimea.[402] Dua minggu setelah mulai berlibur, sekelompok tokoh senior Partai Komunis—"Gang of Eight"—menyebut diri mereka sebagai Komite Negara pada Keadaan Darurat melancarkan kudeta untuk merebut kekuasaan Uni Soviet.[403] Jaringan telepon menuju dacha Gorbachev diputus dan sekelompok orang datang, meliputi Boldin, Shenin, Baklanov, dan Jenderal Varennikov yang memberi tahu adanya pengambilalihan kekuasaan.[404] Pemimpin kudeta menuntut agar Gorbachev mendeklarasikan keadaan darurat negara, tetapi ia menolaknya.[405] Gorbachev dan keluarganya tetap menjadi tahanan rumah di dacha mereka.[406] Komplotan pengudeta secara publik mengumumkan bahwa Gorbachev sakit dan Wakil Presiden Yanayev akan mengambil alih kekuasaan.[407] Yeltsin, kini Presiden RSFSR, masuk ke dalam Gedung Putih Moskwa. Puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di luar gedung untuk mencegah tentara menyerbu untuk menangkap Yeltsin.[408] Gorbachev khawatir jika komplotan pengudeta akan memerintahkannya untuk dibunuh, sehingga pengawalnya memblokade dachanya.[409] Akan tetapi, pemimpin kudeta menyadari bahwa mereka tidak memiliki dukungan yang cukup dan mengakhiri upaya kudeta mereka. Pada 21 Agustus, Vladimir Kryuchkov, Dmitry Yazov, Oleg Baklanov, Anatoly Lukyanov, dan Vladimir Ivashko tiba di dacha Gorbachev untuk memberitahukannya bahwa mereka yang melakukan kudeta tersebut.[409] Malam itu, Gorbachev kembali ke Moskwa, berterima kasih kepada Yeltsin dan pengunjuk rasa atas bantuan untuk menggagalkan kudeta.[410] Pada konferensi pers setelah itu, ia berjanji akan mereformasi Partai Komunis Soviet.[411] Dua hari kemudian, Gorbachev mengundurkan diri dari jabatan Sekretaris Jenderal dan meminta Komite Pusat Partai untuk bubar.[412][413] Salah satu pengudeta bunuh diri, sementara yang lain dipecat.[414] Gorbachev menghadiri sesi Majelis Agung Rusia pada 23 Agustus, Yeltsin mengkritiknya secara agresif atas dirinya yang menunjuk dan menaikkan jabatan anggota yang memulai kudeta. Yeltsin kemudian mengumumkan pembekuan aktivitas Partai Komunis Rusia.[415] Bubarnya Uni SovietPada 29 Agustus 1991, Majelis Agung Soviet membekukan seluruh aktivitas Partai Komunis tanpa batas waktu, yang secara efektif mengakhiri kekuasaan Komunis di Uni Soviet (Pada 6 November, Yeltsin mengeluarkan sebuah dekret yang melarang seluruh aktivitas Partai Komunis di Rusia). Sejak saat itu, Uni Soviet runtuh dengan laju yang dramatis. Pada akhir September, Gorbachev kehilangan kemampuan untuk mempengaruhi peristiwa di luar Moskwa. Pada 30 Oktober, Gorbachev menghadiri sebuah konferensi di Madrid yang mencoba menghidupkan kembali proses perdamaian Israel–Palestina. Acara ini disokong bersama oleh AS dan Uni Soviet, salah satu contoh pertama kerja sama antara kedua negara. Di sana, ia bertemu Bush lagi.[416] Dalam perjalanan pulang, Gorbachev pergi ke Prancis dan tinggal bersama Mitterrand di rumah terakhirnya yang berada di dekat Bayonne.[417] Setelah kudeta terjadi, Yeltsin membekukan seluruh aktivitas Partai Komunis di seluruh Rusia dengan menutup kantor Komite Pusat di Lapangan Staraya serta mengibarkan bendera imperial triwarna Rusia bersama bendera Soviet di Lapangan Merah. Pada pekan-pekan terakhir 1991, Yeltsin mulai mengambil alih sisa-sisa pemerintahan Soviet termasuk Kremlin itu sendiri. Untuk menjaga persatuan di dalam negara, Gorbachev terus mengejar rencana perjanjian uni yang baru tetapi menemukan bahwa oposisi untuk melanjutkan negara federasi meningkat setelah tekanan nasionalis meningkat di berbagai republik Soviet.[418] Yeltsin menyatakan bahwa ia akan memveto gagasan negara bersatu manapun, sebagai gantinya ia setuju pada konfederasi dengan otoritas pusat yang kecil.[419] Hanya pemimpin Kazakhstan dan Kirghizia yang mendukung pendekatan Gorbachev.[420] Referendum di Ukraina pada 1 Desember dengan 90% pemilih untuk berpisah dengan Uni adalah pukulan fatal baginya; ia berharap orang Ukraina akan menolak untuk merdeka.[421] Tanpa sepengetahuan Gorbachev, Yeltsin bertemu dengan Presiden Ukraina Leonid Kravchuk dan Presiden Byelorusia Stanislav Shushkevich di Hutan Białowieża, dekat Brest, Belarus pada 8 Desember dan menandatangani Piagam Belavezha, yang mendeklarasikan bahwa Uni Soviet sudah tidak ada lagi dan membentuk Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (PNM) sebagai penerusnya.[422] Gorbachev hanya mengetahui perkembangan ini ketika Shushkevich meneleponnya; Gorbachev geram.[423] Ia berusaha mati-matian mencari kesempatan untuk mempertahankan Uni Soviet, berharap dengan sia-sia bahwa media dan inteligensia mungkin akan melawan gagasan pembubaran Soviet.[424] Majelis Agung Ukraina, Byelorusia, dan Rusia kemudian meratifikasi pendirian PNM.[425] Pada 9 Desember, Gorbachev mengeluarkan pernyataan yang menyebut persetujuan PNM "ilegal dan berbahaya".[426][427] Tanggal 20 Desember, pemimpin 11 dari 12 republik yang masih ada—semua kecuali Georgia—bertemu di Alma-Ata dan menandatangani Protokol Alma-Ata, setuju untuk membubarkan Uni Soviet dan secara resmi mendirikan PNM. Mereka juga secara sementara menerima pengunduran diri Gorbachev sebagai presiden Uni Soviet yang masih ada. Gorbachev mengungkapkan bahwa ia akan mengundurkan diri segera setelah ia melihat bahwa PNM menjadi kenyataan.[428][429] Menerima fait accompli pembubaran Uni Soviet, Gorbachev mencapai kesepakatan dengan Yeltsin yang meminta agar Gorbachev mengumumkan secara formal pengundurandirinya sebagai Presiden Soviet dan Panglima Tertinggi pada 25 Desember, sebelum meninggalkan Kremlin pada 29 Desember.[430] Yakovlev, Chernyaev, dan Shevardnadze bergabung dengan Gorbachev untuk membantunya menulis pidato pengundurandirinya.[428] Gorbachev kemudian memberikan pidato di Kremlin di depan kamera televisi, memperbolehkan untuk siaran internasional.[431] Di dalamnya, ia mengumumkan, "Dengan ini saya tidak melanjutkan kegiatan saya dalam jabatan Presiden Republik Sosialis Uni Soviet." Ia mengekspresikan penyesalan atas terpecahnya Uni Soviet tetapi mengutip apa yang ia lihat sebagai pencapaian dalam administrasinya: kebebasan berpolitik dan beragama, akhir dari totalitarianisme, mengenalkan demokrasi dan ekonomi pasar, serta akhir dari perlombaan senjata dan Perang Dingin.[432] Gorbachev menjadi salah satu dari tiga pemimpin Soviet, setelah Malenkov dan Khrushcev, yang tidak wafat saat mengemban jabatan.[433][434] Pada hari berikutnya, 26 Desember, Dewan Republik, majelis tinggi dari Majelis Agung, secara resmi memilih bahwa Uni Soviet sudah tidak ada lagi.[435] Uni Soviet secara resmi masih ada hingga tengah malam 31 Desember 1991;[436] sejak hari itu, seluruh institusi Uni Soviet yang belum diambil alih oleh Rusia berhenti berfungsi. PascakepresidenanTahun-tahun awal: 1991–1999Setelah tidak mengemban jabatan lagi, Gorbachev memiliki lebih banyak waktu untuk dihabiskan bersama istri dan keluarganya.[437] Ia dan Raisa pada awalnya tinggal di sebuah dacha tua di Rublevskoe Shosse, serta dapat juga memprivatkan apartemen kecil mereka di Jalan Kosygin.[437] Gorbachev berfokus pada pendirian Yayasan Internasional untuk Studi Sosio-Ekonomi dan Politiknya, atau "Yayasan Gorbachev", yang diluncurkan pada bulan Maret 1992;[438] Yakovlev dan Revenko menjadi wakil presiden pertama dari yayasan ini.[439] Tugas pertama dari yayasan ini adalah menganalisis dan memublikasikan materi dalam sejarah perestroika, serta mempertahankan kebijakan itu dari "fitnah dan pemalsuan". Yayasan juga menugaskan diri mereka sendiri untuk memonitor dan mengkritik kehidupan Rusia pasca-Soviet, menghadirkan bentuk pembangunan alternatif dari yang telah dikerjakan oleh Yeltsin.[439] Untuk membiayai yayasannya, Gorbachev mulai mengajar kuliah secara internasional, ia memberikan tarif yang besar untuk itu.[439] Dalam kunjungannya ke Jepang, ia menerima dan diberikan banyak gelar kehormatan.[440] Pada 1992, ia berwisata ke AS dengan pesawat pribadi Forbes untuk menaikkan pendanaan yayasannya. Di tengah perjalanannya, ia menemui Reagan untuk sebuah kunjungan sosial.[440] Dari sana ia pergi ke Spanyol, menghadiri pameran dunia Expo '92 di Sevilla dan bertemu dengan Perdana Menteri Felipe González, yang menjadi temannya.[441] Ia selanjutnya berkunjung ke Israel dan Jerman; ia diterima dengan hangat oleh banyak politisi yang memujinya atas perannya dalam memfasilitasi penyatuan kembali Jerman.[442] Untuk menambah penghasilan dari bayaran kuliah dan penjualan bukunya, Gorbachev muncul di beberapa iklan seperti iklan televisi Pizza Hut serta ÖBB[443] dan sebuah iklan foto untuk Louis Vuitton, yang memungkinkan ia untuk menjaga yayasannya agar tetap ada.[444][445] Dengan bantuan istrinya, Gorbachev mengerjakan memoarnya, yang diterbitkan dalam bahasa Rusia pada 1995 dan bahasa Inggris pada tahun berikutnya.[446] Ia juga mulai menuliskan kolom sindikasi bulanan untuk The New York Times.[447] Pada tahun 1993, Gorbachev meluncurkan Palang Hijau Internasional yang berfokus untuk menggalakkan masa depan berkelanjutan, serta kemudian Forum Politik Sedunia.[448] Pada tahun 1995, ia memprakarsai KTT Dunia Penerima Nobel Perdamaian.[449]
Gorbachev berjanji untuk menahan diri untuk tidak mengkritisi Yeltsin ketika Yeltsin mengejar reformasi demokratis, tetapi tak lama kemudian keduanya mulai mengkritik satu sama lain secara publik lagi.[450] Setelah keputusan Yeltsin untuk menaikkan batas harga menimbulkan inflasi masif dan membuat banyak orang Rusia jatuh miskin, Gorbachev mengkritiknya secara terbuka, menyamakan reformasinya dengan kebijakan kolektivisasi paksa Stalin.[450] Setelah partai-partai pro-Yeltsin tampil buruk di pemilihan legislatif 1993, Gorbachev menyerukan Yeltsin untuk mengundurkan diri.[451] Pada tahun 1995, yayasan Gorbachev mengadakan konferensi tentang "Inteligensia dan Perestroika". Di sana Gorbachev mengusulkan sebuah undang-undang kepada Duma yang akan banyak mengurangi kekuasaan presiden yang ditetapkan oleh konstitusi 1993 Yeltsin.[452] Gorbachev terus mempertahankan perestroika tetapi menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan taktis selama menjadi pemimpin Soviet.[448] Meskipun Gorbachev masih percaya bahwa Rusia sedang mengalami proses demokratisasi, ia berkesimpulan bahwa hal itu akan memakan waktu berdekade-dekade lamanya dan bukan hanya bertahun-tahun, sesuai yang ia pikirkan sebelumnya.[453] Berbeda dengan kegiatan politik suaminya, Raisa berfokus pada kampanye untuk amal anak-anak.[454] Pada 1997, ia mendirikan subdivisi Yayasan Gorbachev yang dikenal dengan Klub Raisa Maksimovna untuk fokus pada peningkatan kesejahteraan wanita di Rusia.[455] Yayasan pada awalnya bertempat di bekas gedung Institut Ilmu Pengetahuan Sosial, tetapi Yeltsin membatasi jumlah ruangan yang bisa dipakai di sana;[456] filantropis Amerika Ted Turner kemudian mendonasikan lebih dari $1 juta agar yayasan sanggup membangun gedung beserta halamannya di Prospekt Leningradsky.[457] Pada 1999, Gorbachev berkunjung ke Australia untuk pertama kalinya, dimana ia memberikan pidato kepada parlemen negara itu.[458] Tak lama setelahnya, pada bulan Juli, Raisa terdiagnosis leukemia. Dengan bantuan Kanselir Jerman Gerhard Schröder, Raisa dipindahkan ke pusat kanker di Münster, Jerman dan menjalani kemoterapi di sana.[459] Pada bulan September ia koma dan wafat.[217] Setelah meninggalnya Raisa, putrinya, Irina, dan dua cucu perempuannya pindah ke rumah Gorbachev di Moskwa untuk tinggal bersama Gorbachev.[460] Ketika ditanya oleh para jurnalis, Gorbachev berkata bahwa ia tidak akan menikah lagi.[447] Kampanye kepresidenan 1996Pemilihan presiden Rusia dijadwalkan pada Juni 1996, dan meskipun istri dan teman-temannya mendesaknya agar tidak maju, Gorbachev memutuskan untuk melakukannya.[461] Ia membenci gagasan bahwa pemilihannya akan menghasilkan putaran kedua antara Yeltsin dan Gennady Zyuganov, kandidat Partai Komunis Federasi Rusia yang dipandang Yeltsin sebagai Stalinis garis keras. Gorbachev tak pernah berharap untuk menang secara langsung tetapi berpikiran bahwa blok tengah dapat dibentuk di sekitar dirinya atau salah satu kandidat yang memiliki pandangan yang sama dengan dirinya, seperti Grigory Yavlinsky, Svyatoslav Fyodorov, atau Aleksandr Lebed.[462] Setelah mengamankan satu juta tanda tangan yang diperlukan untuk nominasi, Gorbachev mengumumkan pencalonannya pada bulan Maret.[463] Meluncurkan kampanyenya, Gorbachev berkeliling Rusia dan mendapat perlawanan di dua puluh kota.[463] Ia berulang kali berhadapan dengan pengunjuk rassa anti-Gorbachev, sementara beberapa pejabat lokal pro-Yeltsin menghalangi kampanyenya dengan melarang media lokal memberitakannya atau dengan menolak memberikan akses kepadanya untuk ke tempat acara.[464] Di pemilihan tersebut, Gorbachev berada di urutan ketujuh dengan jumlah suara mendekati 386.000, sekitar 0,5% dari keseluruhan suara.[465] Yeltsin dan Zyuganov maju untuk putaran kedua dan Yeltsin-lah yang memenangkannya.[465] Mempromosikan demokrasi sosial di Rusia Putin: 1999–2008Bulan Desember 1999, Yeltsin mengundurkan diri dan digantikan oleh wakilnya, Vladimir Putin, yang kemudian memenangkan pemilihan umum Maret 2000.[466] Gorbachev menghadiri upacara pelantikan Putin pada bulan Mei, pertama kalinya ia menginjakkan kaki di Kremlin lagi sejak 1991.[467] Gorbachev pada awalnya menyambut kebangkitan Putin, yang dipandangnya sebagai seorang tokoh anti-Yeltsin.[448] Meskipun Gorbachev telah beberapa kali berbicara menentang tindakan pemerintahan Putin, ia juga memuji pemerintahan yang baru; pada 2002, ia berkata, "Saya pernah berada di kulit yang sama. Itulah yang memperbolehkan saya untuk mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan [Putin] berdasarkan keinginan mayoritas".[468] Pada saat itu, ia percaya bahwa Putin adalah demokrat berkomitmen yang bagaimanapun ia harus menggunakan "dosis otoritarianisme tertentu" untuk menstabilkan ekonomi dan membangun negara kembali setelah era Yeltsin.[467] Atas permintaan Putin, Gorbachev menjadi koketua proyek "Dialog Peterburg" antara kalangan atas Rusia dan Jerman.[466] Pada tahun 2000, Gorbachev membantu pembentukan Partai Demokrat Sosial Rusia Bersatu.[469] Bulan Juni 2002, ia berpartisipasi dalam sebuah rapat bersama Putin, yang memuji usaha itu, meyakinkan bahwa partai kiri tengah mungkin baik bagi Rusia dan bahwa ia akan terbuka untuk bekerja bersama partai tersebut.[468] Tahun 2003, partai Gorbachev bergabung dengan Partai Demokrat Sosial untuk membentuk Partai Demokrat Sosial Rusia[469]—yang, bagaimanapun, menghadapi banyak perpecahan internal dan gagal mendapatkan daya tarik pemilih.[469] Gorbachev mengundurkan diri sebagai pemimpin partai pada bulan Mei 2004 menyusul perselisihan pendapat dengan ketua partai atas arah yang diambil partai dalam kampanye pemilihan umum 2003. Partai tersebut kemudian dilarang oleh Mahkamah Agung Federasi Rusia karena kegagalannya untuk mendirikan kantor lokal dengan setidaknya 500 anggota di sebagian besar wilayah Rusia, yang diwajibkan oleh hukum Rusia agar sebuah organisasi politik dapat didaftarkan menjadi sebuah partai.[470] Akhir tahun tersebut, Gorbachev mendirikan sebuah gerakan baru, Persatuan Demokrat Sosial. Menyatakan bahwa gerakan ini tidak akan mengikuti pemilihan yang akan datang, Gorbachev mengumumkan, "Kami berjuang untuk kekuasaan, tetapi hanya kekuasaan atas pemikiran seseorang."[471] Gorbachev mengkritik permusuhan AS terhadap Putin, berargumen bahwa pemerintah AS "tidak ingin Rusia bangkit" lagi sebagai kekuatan global dan ingin "berlanjut menjadi satu-satunya negara adidaya yang berkuasa di dunia".[472] Lebih luas lagi, Gorbachev bersikap kritis terhadap kebijakan AS setelah Perang Dingin, berpendapat bahwa Barat telah mencoba "mengubah [Rusia] menjadi semacam tempat terpencil".[473] Ia menolak gagasan—yang diungkapkan oleh Bush—bahwa AS telah "memenangkan" Perang Dingin, dan berpendapat bahwa kedua belah pihak bekerja sama untuk mengakhiri konflik tersebut.[473] Gorbachev menyatakan bahwa semenjak jatuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat bukannya bekerja sama dengan Rusia, malah bersekongkol untuk membangun "kekaisaran baru yang dipimpin oleh mereka sendiri".[474] Ia mengkritisi bagaimana AS telah memperluas NATO mendekati perbatasan Rusia meskipun mereka berjanji pada awalnya untuk tidak akan melakukannya, mengutip hal ini sebagai bukti bahwa pemerintah AS tidak dapat dipercaya.[473][475] Gorbachev berbicara penentangannya terhadap pengeboman Yugoslavia oleh NATO 1999 karena tidak mendapat dukungan PBB, serta Invasi Irak 2003 yang dipimpin oleh AS.[473] Meskipun demikian, pada bulan Juni 2004 Gorbachev menghadiri pemakaman kenegaraan Reagan,[476] dan pada tahun 2004 mengunjungi New Orleans untuk melihat kerusakan yang disebabkan Hurikan Katrina.[477] Meningkatnya kritik terhadap Putin dan pernyataan kebijakan luar negeri: 2008–2022Dilarang oleh konstitusi untuk menjabat lebih dari dua masa jabatan sebagai presiden berturut-turut, Putin mundur pada 2008 dan digantikan oleh Perdana Menteri-nya, Dmitry Medvedev, yang menjangkau Gorbachev dengan cara yang tidak dilakukan Putin.[472] Bulan September 2008, Gorbachev dan oligarki bisnis Alexander Lebedev mengumumkan bahwa mereka akan membentuk Partai Demokrat Independen Rusia,[478] dan pada Mei 2009 Gorbachev mengumumkan bahwa partai tersebut akan diluncurkan dalam waktu dekat.[479] Setelah pecahnya Perang Ossetia Selatan 2008 antara Rusia dan separatis Ossetia Selatan di satu sisi dan Georgia di sisi yang lain, Gorbachev menentang dukungan AS untuk Presiden Georgia Mikhail Saakashvili dan membawa Kaukasus jatuh ke dalam lingkup kepentingan nasionalnya.[480][481] Namun, Gorbachev tetap bersikap kritis terhadap pemerintah Rusia dan mengkritik Pemilihan umum legislatif Rusia 2011 yang dicurangi untuk mendukung partai berkuasa, Rusia Bersatu, dan menyeru agar dilaksanakan pemilihan ulang.[482] Setelah unjuk rasa terjadi di Moskwa akibat pemilihan tersebut, Gorbachev memuji para pengunjuk rasa.[482] Pada tahun 2009, Gorbachev merilis Songs for Raisa, album balada romantis Rusia, dinyanyikan oleh dirinya ditemani oleh musikus Andrei Makarevich, untuk mendapatkan uang untuk amal yang ditujukan untuk mendiang istrinya.[483] Pada tahun yang sama, ia juga bertemu dengan Presiden AS Barack Obama dalam upaya untuk "mengatur ulang" ketegangan hubungan AS-Rusia,[484] dan menghadiri sebuah acara di Berlin merayakan peringatan ke-20 jatuhnya Tembok Berlin.[485] Pada tahun 2011, diadakan gala ulang tahun ke-80 untuknya di Royal Albert Hall London, menampilkan persembahan dari Shimon Peres, Lech Wałęsa, Michel Rocard, dan Arnold Schwarzenegger. Penghasilan dari acara tersebut disumbangkan ke Yayasan Raisa Gorbachev.[486] Pada tahun tersebut, Medvedev menganugerahinya dengan Orde Santo Andreas Sang Rasul yang Pertama Dipanggil.[482] Pada tahun 2012, Putin mengumumkan bahwa ia akan maju kembali untuk presiden, sesuatu yang dikritik oleh Gorbachev.[487][488][489] Ia mengeluhkan bahwa tindakan baru Putin telah "mengencangkan sekrup" Rusia dan bahwa presiden mencoba untuk "menguasai masyarakat sepenuhnya", menambahkan bahwa Rusia Bersatu "mewujudkan ciri birokrasi terburuk dari Partai Komunis Uni Soviet".[487] Kesehatan Gorbachev semakin memburuk; pada tahun 2011, ia menjalani operasi tulang belakang dan, pada tahun 2014, operasi mulut.[482] Pada 2015, Gorbachev mengurangi keseringan perjalanan internasionalnya.[490] Ia terus bersuara mengenai isu-isu yang berpengaruh pada Rusia dan dunia. Pada 2014, Gorbachev membela referendum status Krimea 2014 yang membawa aneksasi Rusia atas Krimea.[473] Ia mencatatkan bahwa ketika Krimea diserahkan dari Rusia kepada Ukraina pada tahun 1954, ketika keduanya merupakan bagian dari Uni Soviet, orang-orang Krimea tidak ditanyai pendapat mereka pada saat itu, sementara pada referendum 2014 mereka mendapatkannya.[491] Setelah sanksi-sanksi diberikan terhadap Rusia sebagai hasil dari aneksasi tersebut, Gorbachev berbicara menentang mereka. Komentarnya itu menyebabkan Gorbachev dilarang memasuki Ukraina selama lima tahun.[492]
— Gorbachev, 2017[493] Di sebuah acara pada November 2014 menandakan 25 tahun sejak jatuhnya Tembok Berlin, Gorbachev memperingatkan Perang di Donbass yang sedang berlangsung telah membawa dunia ke jurang perang dingin yang baru, dan ia menuduh kekuatan Barat—khususnya AS—mengadopsi sikap "triumfalisme" terhadap Rusia.[494][495] Bulan Juli 2016, Gorbachev mengkritik NATO yang mengerahkan lebih banyak pasukan di Eropa Timur di tengah ketegangan yang meningkat antara aliansi militer tersebut dengan Rusia.[496] Bulan Juni 2018, ia menyambut KTT Rusia–Amerika Serikat 2018 antara Putin dengan Presiden AS Donald Trump,[497] meskipun pada bulan Oktober mengkritik ancaman Trump untuk menarik diri dari Traktat Angkatan Nuklir Jangka Menengah, mengatakan bahwa gerakan tersebut "bukanlah pekerjaan dari pemikiran yang hebat". Ia menambahkan, "Semua perjanjian yang ditujukan untuk perlucutan dan pembatasan senjata nuklir harus dipertahankan, demi kehidupan di Bumi."[498] Setelah Penyerbuan Gedung Capitol 2021, Gorbachev menyatakan, "Penyerbuan Capitol jelas sudah direncanakan sebelumnya, dan itu jelas oleh siapa." Ia tidak mengungkapkan siapa yang ditujukan dalam pernyataannya. Gorbachev juga mengatakan bahwa penyerbuan tersebut "mendatangkan pertanyaan mengenai nasib masa depan Amerika Serikat sebagai sebuah negara."[499] Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita TASS pada 20 Januari 2021, Gorbachev mengatakan bahwa hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia dalam "kekhawatiran yang besar", dan meminta Presiden AS Joe Biden untuk memulai pembicaraan dengan Kremlin untuk membuat "maksud dan tindakan yang lebih jelas" dan "untuk menormalisasi hubungan" kedua negara.[500] Pada 24 Desember 2021, Gorbachev mengatakan bahwa Amerika Serikat "menjadi arogan dan percaya diri" setelah keruntuhan Uni Soviet. Gorbachev menambahkan bahwa AS "memutuskan untuk membangun kekaisaran yang baru. Oleh karena gagasan ekspansi NATO". Ia juga setuju dengan pembicaraan keamanan yang akan datang antara Amerika Serikat dan Rusia, dan berkata, "Saya harap akan ada hasilnya."[501] Ideologi politik
—Biografer Gorbachev, William Taubman, 2017[469] Menurut teman semahasiswanya, Zdeněk Mlynář, pada awal 1950-an, "Gorbachev, sama seperti yang lain saat itu, merupakan seorang Stalinis."[502] Mlynář mencatat, bagaimanapun juga, tidak seperti kebanyakan mahasiswa Soviet yang lain, Gorbachev tidak memandang Marxisme secara simpel sebagai "kumpulan aksioma yang ditanamkan di ingatan".[503] Biografer Doder dan Branson menceritakan bahwa setelah kematian Stalin, "ideologi Gorbachev tidak akan pernah menjadi doktrin lagi",[504] tetapi mencatatkan bahwa ia tetap "seorang pemercaya sejati" sistem Soviet.[505] Doder dan Branson mencatat bahwa ketika Kongres Partai XXVII pada tahun 1986, Gorbachev dipandang sebagai seorang Marxis–Leninis ortodoks;[506] pada tahun yang sama, biografer Zhores Medvedev menyatakan bahwa "Gorbachev bukanlah seorang liberal dan bukan pula reformis yang tegas".[507] Pada pertengahan 1980-an, ketika Gorbachev mengambil kekuasaan, banyak analis yang berpendapat bahwa Uni Soviet sedang mengalami kemunduran menjadi negara Dunia Ketiga.[508] Dalam konteks tersebut, Gorbachev berargumen bahwa Partai Komunis harus beradaptasi dan terlibat dalam pemikiran kreatif seperti Lenin yang secara kreatif mengartikan dan mengadaptasi tulisan Karl Marx dan Friedrich Engels ke dalam situasi Rusia pada awal abad ke-20.[509] Sebagai contoh, ia berpikiran bahwa retorika mengenai revolusi global dan menggulingkan borjuasi—yang telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari politik Leninis—telah menjadi sangat berbahaya pada era perang nuklir yang dapat memusnahkan umat manusia.[510] Ia mulai berpindah dari Marxis–Leninis yang yakin bahwa perjuangan kelas sebagai mesin perubahan politik, menjadi memandang bahwa politik sebagai jalan mengoordinasi kepentingan dari semua kelas.[511] Meskipun demikian, seperti yang dicatat Gooding, perubahan yang diusulkan Gorbachev "dinyatakan sepenuhnya dalam kerangka ideologi Marxis–Leninis".[512] Menurut Doder dan Branson, Gorbachev juga ingin "menghilangkan masyarakat militer terhierarki di dalam negeri dan meninggalkan gaya bermegahan, mahal, dan imperialisme di luar negeri".[513] Meskipun demikian, Jonathan Steele berpendapat bahwa Gorbachev gagal untuk mengapresiasi mengapa negara-negara Baltik ingin untuk merdeka dan "di dalam hatinya ia adalah, dan tetaplah, seorang imperialis Rusia".[514] Gooding berpikiran bahwa Gorbachev "berkomitmen untuk demokrasi", sesuatu yang membuatnya berbeda dengan para pendahulunya.[515] Gooding juga percaya bahwa ketika berkuasa, Gorbachev mulai memandang sosialisme bukanlah sebuah tempat di jalan menuju komunisme, melainkan tujuan dari jalan itu sendiri.[516] Pandangan politik Gorbachev telah terbentuk dengan 23 tahun ia bekerja sebagai pejabat partai di Stavropol.[517] Doder dan Branson beranggapan bahwa melalui sebagian besar karier politiknya sebelum menjadi Sekretaris Jenderal, "Pandangan yang diungkapkan olehnya secara publik hampir pasti mencerminkan pemahaman politikus atas apa yang harus ia katakan, bukan dari filosofi pribadinya. Jika tidak, ia tidak akan bertahan secara politik."[518] Seperti kebanyakan orang Rusia, Gorbachev kadang kala menganggap bahwa Uni Soviet sebagian besarnya identik dengan Rusia dan pada berbagai pidato digambarkan sebagai "Rusia"; dalam suatu insiden ia sempat mengoreksi dirinya sendiri yang menyebut URSS "Rusia" ketika membawakan pidato di Kiev, Ukraina.[517] McCauley mencatat bahwa perestroika adalah "konsep yang sulit dipahami", sesuatu yang "berkembang dan nantinya akan memiliki arti yang jauh berbeda dari waktu ke waktu".[519] McCauley menyatakan bahwa konsep tersebut pada awalnya merujuk kepada "reformasi radikal sistem ekonomi dan politik" sebagai bagian dari upaya Gorbachev untuk memotivasi angkatan buruh dan membuat manajemen lebih efektif.[520] Hanya setelah langkah-langkah awal untuk ini terbukti tidak berhasil, Gorbachev mulai mempertimbangkan mekanisme pasar dan koperasi, walaupun sektor negara tetap dominan.[520] Ahli ilmu politik John Gooding menyarankan agar reformasi perestroika berlanjut, Uni Soviet akan "mengganti kekuasaan totaliter dengan kekuasaan otoriter yang lebih ringan" meskipun tidak menjadi "demokratis dalam pengertian Barat".[515] Dengan perestroika, Gorbachev ingin untuk meningkatkan sistem Marxis–Leninis yang sudah ada tetapi pada akhirnya malah menghancurkan itu.[521] Dalam hal ini, ia mengakhiri sosialisme di Uni Soviet dan membuka jalan untuk transisi dengan demokrasi liberal.[522] Bagaimanapun juga, Taubman beranggapan bahwa Gorbachev tetaplah seorang sosialis. Ia[523] menggambarkan Gorbachev sebagai "pemercaya sejati—tidak dalam sistem Soviet yang berfungsi (atau malah tidak) pada tahun 1985 tetapi dalam potensi dari itu untuk menghidupkan apa yang ia anggap sebagai cita-cita aslinya".[523] Taubman menambahkan, "Sampai akhir, Gorbachev menegaskan kembali keyakinannya pada sosialisme, menegaskan bahwa itu tidak layak mendapatkan nama tersebut kecuali itu telah benar-benar demokratis."[524] Sebagai pemimpin Soviet, Gorbachev yakin pada reformasi bertahap daripada transformasi radikal; ia kemudian merujuk ini sebagai sebuah "revolusi dalam artian evolusioner".[525] Doder dan Branson mencatat bahwa selama 1980-an, pemikirannya mengalami "evolusi radikal".[526] Taubman mencatat bahwa pada 1989 atau 1990, Gorbachev telah berubah menjadi demokrat sosial.[469] McCauley percaya bahwa setidaknya pada Juni 1991 Gorbachev adalah seorang "pasca-Leninis", setelah "meliberalisasi dirinya" dari Marxisme–Leninisme.[527] Setelah runtuhnya Uni Soviet, Partai Komunis Federasi Rusia yang baru dibentuk tidak akan ada hubungannya dengan Gorbachev.[528] Meskipun demikian, pada tahun 2006, ia menyatakan bahwa ia terus percaya dengan gagasan Lenin: "Saya dulu percaya kepadanya dan saya masih melakukannya".[523] Ia mengklaim bahwa "esensi Lenin" adalah keinginan untuk mengembangkan "kegiatan kreatif yang hidup oleh massa".[523] Taubman percaya bahwa Gorbachev mengidentifikasi diri dengan Lenin di tingkat psikologis.[529] Kehidupan pribadiDengan tinggi 1,75 meter,[531] Gorbachev memiliki nevus flammeus di bagian atas kepalanya.[532] Rambutnya menipis pada 1955[533] dan botak pada akhir 1965.[534] Sepanjang 1960-an ia berupaya melawan obesitas dan menjalani diet untuk mengontrol berat badannya;[84] Doder dan Branson mencirikannya sebagai "berisi namun tidak gemuk".[531] Gorbachev berbicara dengan aksen Rusia selatan[535] dan diketahui suka menyanyi lagu daerah maupun lagu pop.[536] Selama hidupnya, Gorbachev selalu mencoba tampil modis.[537] Tidak suka dengan minuman keras,[538] ia jarang minum dan tidak merokok.[539] Ia selalu protektif dengan kehidupan pribadinya dan menghindari mengundang orang ke rumahnya.[112] Ia sangat menyayangi istrinya[540] yang juga protektif kepadanya.[103] Ia merupakan orang tua dan kakek yang sering terlibat dalam urusan anak maupun cucunya.[541] Ia menyekolahkan putrinya—anak satu-satunya—ke sekolah lokal di Stavropol dan bukan ke sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak para elite partai.[542] Tidak seperti orang sezamannya di pemerintahan Soviet, ia bukanlah seorang yang mata keranjang dan diketahui memperlakukan wanita dengan baik.[79] Gorbachev dibaptis dalam Ortodoks Rusia dan ketika ia tumbuh dewasa, kakek dan neneknya menganut agama Kristen.[543] Pada tahun 2008, beberapa wartawan berspekulasi bahwa Gorbachev juga menganut agama Kristen setelah ia mengunjungi makam Santo Fransiskus dari Assisi, namun Gorbachev kemudian mengklarifikasi secara publik bahwa ia adalah seorang ateis.[544] Sejak menuntut ilmu di universitas, Gorbachev menganggap dirinya seorang intelektual;[32] Doder dan Branson mengatakan bahwa "intelektualismenya sedikit sadar diri",[545] serta mencatat bahwa tidak seperti intelegensia Rusia yang lain, Gorbachev tidak terlalu terhubung dengan "dunia sains, budaya, seni, atau pendidikan".[546] Ketika tinggal di Stavropol, Gorbachev dan istrinya mengoleksi ratusan buku.[547] Beberapa penulis favoritnya adalah Arthur Miller, Dostoyevsky, dan Chinghiz Aitmatov; ia juga suka membaca buku-buku cerita detektif.[548] Gorbachev senang berjalan-jalan,[549] mencintai lingkungan sekitar,[550] dan juga menjadi fan asosiasi sepak bola.[551] Ia lebih menyukai pertemuan kecil yang perkumpulannya membahas topik seperti seni dan filsafat daripada pertemuan besar yang hanya berisi alkohol yang lazim dilakukan oleh pejabat Soviet.[552] KepribadianTeman semahasiswa Gorbachev, Mlynář, menggambarkannya sebagai orang yang "loyal dan berkepribadian jujur".[553] Ia merupakan orang yang percaya diri,[554] sopan,[539] dan bijaksana;[539] juga mempunyai temperamen yang optimis dan bahagia.[555] Ia menggunakan humor mencela diri sendiri,[556] terkadang memakai kata-kata kasar,[556] dan sering menyebut dirinya sebagai orang ketiga.[557] Ia merupakan manajer yang berbakat[79] dan mempunyai ingatan yang bagus.[558] Seorang pekerja keras atau workaholic,[559] sebagai Sekretaris Jenderal ia akan bangun pada pukul 7 atau 8 setiap pagi dan tidak akan tidur sebelum pukul 1 atau 2 dini hari.[560] Taubman menyebutnya sebagai "pria yang sangat sopan";[540] Ia menuliskan bahwa Gorbachev memiliki "standar moral yang tinggi".[561] Zhores Medvedev menuliskan bahwa Gorbachev adalah orator yang berbakat, tahun 1986 Medvedev menyatakan bahwa "Gorbachev mungkin adalah pembicara terbaik yang pernah berada di eselon tertinggi partai" sejak Lev Trotski.[562] Medvedev juga memandang bahwa Gorbachev adalah "seorang pemimpin karismatik", sesuatu yang tidak dimiliki Brezhnev, Andropov, dan Chernenko.[563] Doder dan Branson menyebutnya dengan sebutan "seorang yang mampu secara intelektual untuk menarik hati orang-orang yang ragu, selalu mencoba bekerja sama dengan mereka, atau setidaknya berhasil menumpulkan sudut kritikan mereka".[564] McCauley berpandangan bahwa Gorbachev telah menunjukkan "keahlian taktis yang hebat" dalam kesuksesan bermanuver di antara Marxis–Leninis garis keras dan meliberalis sebagian besar masa jabatannya sebagai pemimpin, meskipun ditambahkan juga bahwa ia "jauh lebih ahli dalam ketaktisan dan kebijakan jangka pendek dibanding pemikiran jangka panjang yang strategis", yang sebagian karena ia "diberkahi untuk membuat kebijakan di ujung tanduk".[565] Doder dan Branson menuliskan bahwa Gorbachev "orang Rusia hingga ke tulang-tulangnya, sangat patriotik karena ia telah mengalami hidup di daerah perbatasan".[517] Taubman juga mencatat bahwa pemimpin-pemimpin Soviet sebelumnya memiliki "rasa mementingkan diri sendiri dan menganggap dirinya yang paling benar" juga "butuh perhatian dan kekaguman" yang dapat dilihat pada beberapa rekannya.[561] Gorbachev sensitif terhadap kritik personal dan mudah tersinggung.[566] Para rekannya sering frustasi apabila ia secara tiba-tiba meninggalkan tugasnya yang belum selesai;[567] mereka juga sering merasa tidak diapresiasi dan dibuang olehnya.[568] Biografer Doder dan Branson menilai Gorbachev adalah "seorang puritan" dengan "kecenderungan tertib dalam kehidupan pribadinya".[569] Taubman mencatat bahwa ia "mampu marah untuk efek yang diperhitungkan".[570] Taubman juga memandang bahwa pada tahun 1990, ketika popularitasnya di dalam negeri memudar, Gorbachev menjadi "secara psikologis tergantung dengan anggapan bahwa ia penting di luar negeri", yang karena sifatnya tersebut ia dikritisi di Uni Soviet.[571] McCauley berpandangan bahwa "salah satu kelemahan Gorbachev adalah ketidakmampuannya untuk menebak apa konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya".[572] KematianGorbachev meninggal dunia di Rumah Sakit Central Clinical di Moskwa pada 30 Agustus 2022, pada usia 91 tahun.[573][574] Dia meninggal setelah "sakit parah dan berkepanjangan," menurut rumah sakit, setelah berada di bawah pengawasan dokter terus menerus sejak awal tahun 2020.[575][576][577] Gorbachev akan dimakamkan di Pemakaman Novodevichy Moskow di sebelah istrinya Raisa, yang meninggal dunia pada tahun 1999, sesuai dengan wasiatnya.[578][579] Gorbachev adalah penguasa Rusia yang paling lama hidup dalam sejarah, melampaui Alexander Kerensky dan pemimpin nominal USSR Vasily Kuznetsov, yang keduanya hidup hingga usia 89 tahun.[580] ReaksiPresiden Rusia Vladimir Putin menyatakan belasungkawa atas kematian Gorbachev, menurut juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.[581] President Komisi Eropa Ursula von der Leyen memberikan penghormatan kepadanya di Twitter, begitu pula Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, mantan menteri luar negeri AS Condoleezza Rice dan Taoiseach Irlandia Micheál Martin.[582] Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres mengatakan Gorbachev adalah "negarawan satu-satunya yang mengubah arah sejarah dan pemimpin global yang menjulang, multilateralis berkomitmen, dan advokat yang tak kenal lelah untuk perdamaian", seperti mantan Menteri Luar Negeri AS James Baker III menyatakan bahwa "sejarah akan mengingat Mikhail Gorbachev sebagai raksasa yang mengarahkan bangsanya yang besar menuju demokrasi" dalam konteks penutup Perang Dingin. Mantan Perdana Menteri Kanada Brian Mulroney mengatakan bahwa "dia adalah orang yang sangat menyenangkan untuk dihadapi" dan "sejarah akan mengingatnya sebagai pemimpin transformasional".[583] Penerimaan dan warisanOpini publik sangatlah terpisah mengenai Gorbachev.[557] Menurut survey oleh institut independen Levada Center pada tahun 2017, 46% penduduk Rusia memiliki opini negatif terhadap Gorbachev, 30% acuh tak acuh, dan hanya 15% yang mempunyai opini positif kepadanya.[584] Banyak orang, terutama di negara-negara Barat, memandang Gorbachev sebagai negarawan terbaik sepanjang paruh kedua abad ke-20.[585] Pers AS menyebut kemuculan "Gorbymania" di negara-negara Barat selama akhir 1980-an hingga awal 1990-an, direpresentasikan dengan banyaknya kerumunan untuk menemuinya ketika berkunjung ke negara mereka.[586] Majalah Time menamai Gorbachev sebagai "Pria Dekade Ini" pada 1980-an.[587] Di Uni Soviet sendiri, jajak pendapat mengindikasikan bahwa Gorbachev adalah politisi terpopuler dari 1985 hingga akhir 1989.[588] Dari pendukung dalam negerinya, Gorbachev dilihat sebagai seorang reformis yang mencoba untuk memodernisasi Uni Soviet[589] dan membangun sosialisme demokratis di sana.[590] Taubman mencirikan Gorbachev sebagai "seorang visioner yang mengubah negaranya dan mengubah dunia—meskipun tidak sebanyak yang ia impikan".[591] Taubman menganggap Gorbachev sebagai orang yang "luar biasa... sebagai seorang pemimpin Rusia dan negarawan dunia", menyoroti bahwa ia menghindari "norma yang tradisional, otoritarian, dan anti-Barat" dari pendahulunya seperti Brezhnev maupun dari penerusnya seperti Putin.[592] McCauley berpandangan bahwa dengan membiarkan Uni Soviet menjauh dari Marxisme–Leninisme, Gorbachev memberikan masyarakat Soviet "sesuatu yang berharga, hak untuk berpikir dan mengatur hidup mereka untuk diri mereka sendiri", dengan segala ketidakpastian dan risiko menyertainya.[593]
— Biographer Gorbachev, William Taubman, 2017[591] Negosiasi Gorbachev dengan AS membantu mengakhiri Perang Dingin dan mengurangi ancaman perang nuklir.[591] Keputusannya untuk memperbolehkan Blok Timur pecah mencegah pertumpahan darah yang signifikan di Eropa Tengah dan Timur; seperti yang dicatat Taubman, ini memiliki arti bahwa "Kekaisaran Soviet" berakhir dengan cara yang jauh lebih damai daripada pecahnya Imperium Britania beberapa dekade sebelumnya.[591] Demikian pula, di bawah Gorbachev, Uni Soviet bubar tanpa adanya perang saudara, tidak seperti yang terjadi pada saat pembubaran Yugoslavia.[594] McCauley mencatat bahwa dengan memfasilitasi penggabungan Jerman Timur dan Barat, Gorbachev adalah "salah satu Bapak Unifikasi Jerman", meyakinkannya popularitas jangka panjang di masyarakat Jerman.[595] Gorbachev juga menghadapi kritikan dari dalam negeri selama kepemimpinannya. Selama kariernya, Gorbachev menarik kekaguman dari beberapa rekannya, tetapi yang lain membencinya.[561] Secara lebih luas di masyarakat, ketidakmampuannya untuk membalikkan penurunan ekonomi di Soviet membawa ketidakpuasan masyarakat.[596] Kaum liberal berpikiran bahwa ia kurang radikal untuk benar-benar melepaskan diri dari Marxisme–Leninisme dan membentuk pasar bebas demokrasi liberal.[597] Sebaliknya, banyak kritikan kepadanya dari Partai Komunis berpandangan bahwa reformasinya terlalu gegabah dan mengancam kehidupan sosialisme di Soviet;[598] beberapa orang percaya bahwa Gorbachev seharusnya mencontoh Partai Komunis Tiongkok dan membatasinya pada bidang ekonomi daripada reformasi pemerintahan.[599] Banyak orang Rusia melihat bahwa ia yang lebih menekankan persuasi daripada menekankan kekuatan sebagai tanda kelemahan.[524] Bagi banyak pejabat Partai Komunis, pembubaran Uni Soviet adalah sebuah malapetaka yang mengakibatkan hilangnya kekuasaan mereka.[600] Di Rusia, Gorbachev sangat dibenci atas perannya yang mengakibatkan pecahnya Uni Soviet dan kejatuhan ekonomi.[557] Jenderal Varennikov, salah satu yang mengatur upaya kudeta 1991 kepada Gorbachev, contohnya, menyebut Gorbachev sebagai "seorang pembelot dan pengkhianat bagi rakyatnya sendiri".[452] Banyak kritikan kepadanya yang menyerangnya karena membolehkan kejatuhan banyak pemerintahan Marxis–Leninis di Eropa Timur,[601] juga memperbolehkan Jerman untuk bergabung dengan NATO; sesuatu yang mereka anggap bertentangan dengan kepentingan nasional Rusia.[602] Sejarawan Mark Gaelotti menekankan hubungan Gorbachev dengan pendahulunya, Andropov. Dalam pandangan Gaelotti, Andropov adalah "bapak revolusi Gorbachev", karena—sebagai mantan kepala KGB—dia mampu untuk mengajukan kasus yang dapat direformasi tanpa membuat kesetiaannya kepada Soviet dipertanyakan, sebuah pendekatan yang mampu dibangun dan diikuti oleh Gorbachev.[603] Menurut McCauley, Gorbachev "menggerakkan reformasi tanpa tahu ke mana reformasi itu akan berjalan. Dalam mimpi buruk terparahnya sekalipun, ia takkan bisa membayangkan bahwa perestroika akan membawa kepada kehancuran Uni Soviet".[604] PenghargaanPada tahun 1988, India menganugerahkan Gorbachev dengan Penghargaan Indira Gandhi untuk Perdamaian, Pelucutan Senjata, dan Pembangunan;[605] sementara pada 1990, ia diberikan Penghargaan Nobel Perdamaian atas "peran utamanya dalam proses perdamaian yang mencirikan bagian penting dari komunitas internasional saat ini".[606] Setelah tidak mengemban jabatan lagi, ia tetap menerima banyak anugerah kehormatan. Pada tahun 1992, ia menjadi penerima pertama Penghargaan Kebebasan Ronald Reagan.[607] Tahun 1994, Universitas Louisville, Kentucky menganugerahinya dengan Penghargaan Grawemeyer.[608] Gorbachev dianugerahi Salib Besar Orde Kebebasan dari Presiden Portugal Mário Soares pada tahun 1995,[609] serta Penghargaan Kebebasan dari Museum Hak Sipil Nasional di Memphis, Tennessee pada tahun 1998.[610] Pada tahun 2000, Gorbachev dihadiahkan Penghargaan Piringan Emas oleh Akademi Prestasi Amerika dalam sebuah acara penghargaan di Istana Hampton Court dekat London.[611] Selanjutnya, Dewan Kota Dublin menganugerahkan Freedom of the City of Dublin pada tahun 2001.[612] Gorbachev menerima Penghargaan Charles V dari Akademi Orang Eropa Yayasan Yuste pada tahun 2002.[613] Gorbachev, bersama Bill Clinton dan Sophia Loren, menerima Grammy Awards 2004 untuk Best Spoken Word Album for Children atas rekaman Peter and the Wolf 1936 Sergei Prokofiev mereka untuk Pentatone.[614] Pada tahun 2005, Gorbachev menerima Penghargaan Point Alpha atas perannya dalam reunifikasi Jerman.[615] Karya tulis
Dalam budaya populerPada musim teater Rusia 2020/2021, Teater Bangsa di Moskwa dalam kolaborasi dengan sutradara teater Latvia Alvis Hermanis menggelar produksi yang disebut Gorbachev. Yevgeny Mironov memainkan peran sebagai Gorbachev sementara Chulpan Khamatova memainkan peran sebagai istrinya, Raisa. Mereka bermain dalam drama yang berfokus pada hubungan pribadi Gorbachev dan Raisa.[616] Lihat pula
Catatan
ReferensiKutipan
Sumber
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Mikhail Gorbachev. Wikimedia Commons memiliki media mengenai Mikhail Gorbachev.
Wawancara dan artikel
|