Marungut-ungut

Ungut-ungut adalah sebuah bentuk nyanyian tradisional yang berasal dari masyarakat Angkola dan Mandailing, yang mengisahkan tentang kesedihan, kerinduan, atau kepergian. Syair dalam unggut-ungut umumnya berisi keluh kesah mengenai cinta, putus asa karena kehilangan, atau penderitaan akibat keinginan yang tidak tercapai. Nyanyian ini mampu menggugah perasaan pendengarnya, membuat mereka turut merasakan kesedihan yang disampaikan dalam syair tersebut.[1]

Ungut-ungut biasanya dinyanyikan oleh pria, baik yang masih muda maupun yang sudah tua, dengan suara yang lembut dan tempo yang lambat. Penyampaian lagu ini dilakukan secara solo dan sering kali tidak disaksikan oleh banyak orang. Dalam beberapa kasus, nyanyian ini diselingi dengan tiupan suling, yang menambah kedalaman emosional dari lagu tersebut. Tujuan dari unggut-ungut adalah untuk menyeimbangkan emosi sang penyanyi, dengan cara melepaskan perasaan dan pikiran yang terpendam.

Lagu ini sering dinyanyikan di tempat-tempat tertentu, seperti saat bekerja di sawah, ladang, atau saat menggembalakan kerbau di padang yang luas. Dalam acara seperti horja boru (pesta perkawinan), unggut-ungut bisa berisi pujian dan harapan agar pasangan yang baru menikah diberkahi dengan anak, rezeki yang melimpah, dan keturunan yang menjadi panutan bagi masyarakat.[2]

Referensi

  1. ^ Aldi, Nizar. "14 Tradisi Lisan Suku Mandailing di Sumut, Ada yang Sudah Punah". detiksumut. Diakses tanggal 2024-12-07. 
  2. ^ Nasution, Askolani; Siregar, Tikwan Raya; Hutasuhut, Anharuddin; Hamdani, Nasrul; Sinulingga, Jekmen; Rehulina, Eka Dalanta; Sekali, Mehamat Karo; Herlina, Herlina; Padang, Melisa (2021). Sibrani, Robert, ed. Ensiklopedia kebudayaan Kawasan Danau Toba. Banda Aceh: Balai Pelestarian dan Nilai Budaya Aceh. ISBN 978-623-6107-05-8. 
Kembali kehalaman sebelumnya