Marcus Furius Camillus

Francesco Salviati, kemenangan Furius Camillus, Fresco in the Salone dei Cinquecento, Palazzo Vecchio, Firenze, Italia. Plutarkhos, Camillus: "Camillus... lebih memilih dirinya daripada menjadi hakim sipil dan sah; antara lain, dalam kebanggaan dan keangkuhan kemenangannya, berkendara melalui Roma dalam sebuah kereta yang digambar dengan empat kuda putih, yang tidak umum sebelum atau sejak dulu; karena orang Romawi menganggap alat angkut seperti itu sakral, dan terutama dikhususkan untuk raja dan ayahanda para dewa. Hal ini mengasingkan hati sesama warga yang tidak terbiasa dengan kemegahan seperti itu."

Marcus Furius Camillus (sekitar 446 SM – 365 SM) adalah seorang pemimpin militer dan negarawan Romawi yang memainkan peran penting dalam sejarah awal Republik Romawi. Meskipun tidak pernah menjadi konsul, ia dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam memperkuat kekuatan Roma selama abad ke-4 SM dan dijuluki sebagai Pater Patriae (Bapak Tanah Air) dan Second Founder of Rome (Pendiri Kedua Roma). Camillus dikenal karena kemenangan militernya melawan berbagai musuh Roma, termasuk bangsa Veii, Etruska, dan Galia.

Kehidupan Awal

Marcus Furius Camillus lahir sekitar tahun 446 SM dari keluarga patricius gens Furia, yang merupakan salah satu keluarga terkemuka di Roma. Meskipun catatan tentang kehidupannya di masa muda relatif jarang, Camillus diperkirakan berasal dari keluarga aristokrat yang memiliki pengaruh politik dan militer di Roma. Pendidikan awalnya kemungkinan besar mencakup latihan militer dan pengetahuan tentang administrasi pemerintahan, sesuai dengan tradisi Romawi pada masa itu.

Karier Militer dan Penaklukan Veii

Camillus pertama kali mencatatkan namanya dalam sejarah ketika ia menjadi tribunus militum (tribun militer) pada tahun 403 SM selama perang melawan kota Etruska Veii. Veii, yang terletak di sebelah utara Roma, adalah salah satu rival terbesar Roma pada waktu itu. Setelah perang panjang selama sepuluh tahun, Camillus diangkat sebagai diktator pada tahun 396 SM untuk memimpin pengepungan terakhir terhadap Veii. Camillus berhasil mengatur serangan melalui terowongan bawah tanah dan menaklukkan kota itu. Setelah kemenangan ini, ia dipuji oleh rakyat Romawi dan diberikan hak untuk merayakan triumph.

Camillus dianggap sebagai pahlawan besar setelah penaklukan Veii, terutama karena perolehan rampasan perang yang signifikan yang membantu memperkaya Roma dan meningkatkan kedudukan ekonominya. Selain itu, keberhasilannya dalam menaklukkan Veii meningkatkan status Roma sebagai kekuatan regional yang dominan di Italia tengah.

Pengasingan dan Kembali ke Roma

Setelah kemenangannya di Veii, Camillus menjadi sasaran kecemburuan politik di kalangan aristokrasi Roma. Tuduhan bahwa ia menyalahgunakan sebagian harta rampasan dari Veii membuatnya diadili. Meskipun tidak terbukti bersalah secara langsung, Camillus memilih untuk mengasingkan diri secara sukarela ke Ardea pada tahun 391 SM. Selama pengasingannya, bangsa Galia di bawah pimpinan Brennus menyerbu Roma pada tahun 390 SM (menurut beberapa sumber, 387 SM), menyebabkan kehancuran besar di kota itu.

Ketika bangsa Galia mengepung Roma, orang-orang Romawi memanggil kembali Camillus untuk memimpin pasukan melawan mereka. Menurut legenda yang diceritakan oleh sejarawan Romawi, Camillus tiba tepat pada waktunya untuk menyelamatkan Roma dan mengusir bangsa Galia. Ia dikatakan telah menolak untuk membayar tebusan yang diminta oleh Brennus dan berhasil memimpin pasukan Romawi meraih kemenangan. Setelah kemenangan ini, Camillus sekali lagi dianggap sebagai pahlawan Roma dan dijuluki sebagai "Pendiri Kedua Roma."

Reformasi Politik dan Militer

Camillus memainkan peran penting dalam reformasi militer dan politik Roma setelah kembalinya dari pengasingan. Ia menginisiasi beberapa perubahan dalam organisasi pasukan Romawi, termasuk perbaikan dalam struktur legiun dan penekanan pada pelatihan yang lebih disiplin. Reformasi ini memperkuat kemampuan militer Roma dalam menghadapi ancaman dari suku-suku tetangga dan mempersiapkan Roma untuk ekspansi lebih lanjut di kemudian hari.

Di bidang politik, Camillus juga berperan dalam menyelesaikan ketegangan antara kaum patricius dan plebeius. Pada tahun 367 SM, ia berperan dalam mendukung Lex Licinia Sextia, sebuah undang-undang yang memberikan hak kepada kaum plebeius untuk menjadi konsul. Undang-undang ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan hak-hak politik plebeius dan mengurangi kesenjangan antara dua kelas sosial utama di Roma.

Perang Melawan Etruska dan Liga Latin

Camillus melanjutkan karier militernya dengan sukses dalam perang melawan musuh-musuh Roma lainnya, termasuk bangsa Etruska, Aequi, dan Volsci. Pada tahun 389 SM, ia memimpin pasukan Romawi untuk mengalahkan koalisi Etruska di dekat Sungai Allia, dalam pertempuran yang mengakhiri ancaman Etruska terhadap Roma selama beberapa dekade. Ia juga memimpin pasukan dalam perang melawan Liga Latin pada tahun 368 SM, memperkuat dominasi Roma di wilayah Latium.

Kematian dan Warisan

Marcus Furius Camillus meninggal pada tahun 365 SM selama wabah penyakit yang melanda Roma. Sebagai tokoh yang sangat dihormati, kematiannya diperingati dengan upacara kenegaraan, dan namanya tetap dihormati oleh generasi Romawi berikutnya sebagai salah satu pahlawan besar dalam sejarah Roma.

Lihat pula

Referensi

  1. Livy, Ab Urbe Condita - Buku 5–6.
  2. Plutarch, Life of Camillus.
  3. Polybius, Histories.
Sumber pertama
Sumber kedua
Kembali kehalaman sebelumnya