Maaouya Ould Sid'Ahmed Taya
Maaouya Ould Sid'Ahmed Taya (Arab: معاوية ولد سيد أحمد الطايع) (lahir 1941), atau dialih-aksarakan sebagai Mu'awiya walad Sayyidi Ahmad Taya adalah presiden Mauritania pada periode 1984-2005. Setelah memegang berbagai posisi di militer, Ould Taya ditunjuk sebagai Kepala Staf Angkatan Darat pada Januari 1981. Lalu dia menjadi Perdana Menteri sejak 25 April 1981 sampai 8 Maret 1984, ketika negara tersebut diperintah oleh militer. Pada 12 Desember 1984 Dia menyingkirkan kepala negara militer, Mohamed Khouna Ould Haidalla, dan mengumumkan dirinya sebagai "Ketua" Komite Militer untuk Pembebasan Nasional. Setelah suatu masa liberalisasi politik, pemilihan umum kepresidenan multi partai pertama diadakan pada 1992. Ould Taya, calon dari Partai Republik Sosial dan Demokrat (PRDS) yang baru saja terbentuk, memperoleh 62,8% dari seluruh suara meskipun pihak oposisi menuduh adanya kecurangan dan penyimpangan. Ia menang dengan lebih dari 90% suara dalam pemilu kepresidenan pada 1997 yang diboikot oleh partai-partai politik utama. Pada Juni 2003 dia lolos dari percobaan kudeta. Pada 7 November pemilihan baru diadakan, yang dimenangkan oleh Ould Taya dengan 67,02% suara. Oposisi mengumumkan bahwa hasil tersebut tidak sah. Taya meredakan percobaan kudeta lainnya pada malam sebelum perjalanan terencana ke Prancis pada Agustus 2004. Ketika dia keluar negara untuk mengunjungi pemakaman Raja Fahd Arab Saudi pada awal Agustus 2005, tentara melaporkan memegang media pemerintah [1] Diarsipkan 2005-11-28 di Wayback Machine.. Kelompok yang menamakan dirinya sebagai Dewan Militer untuk Keadilan dan Demokrasi mengumumkan kudeta dalam pernyataan yang dilakukan oleh kantor berita negara pada 3 Agustus 2005. Kudeta dipimpin oleh Kolonel Ely Ould Mohamed Vall dan membentuk junta militer. Diktatur militer akan berlangsung selama dua tahun untuk mempersiapkan penerapan institusi demokratis. Setelah kudeta tersebut Presiden Maaouya Ould Sid'Ahmed Taya terbang ke ibu kota Nigeria Niamey. Dia bertemu dengan Presiden Nigeria Mamadou Tandjra sebelum melakukan perjalanan ke sebuah villa di Niamey, di mana pejabat mengatakan bahwa dia akan tinggal di sana selama beberapa hari.
Pranala luar
|