Longsor sampahLongsor sampah adalah peristiwa bencana yang terjadi sebagai dampak dari ketidakmampuan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) dalam menahan beban akibat faktor-faktor seperti intensitas curah hujan yang tinggi, akumulasi gas metana, hingga manajemen pengelolaan sampah di TPA yang kurang maksiamal. Pengelolaan TPA merupakan aspek penting dalam manajemen pengelolaan sampah. Jika pengelolaannya tidak dilakukan secara tepat, hal ini dapat berpotensi menyebabkan masalah lingkungan seperti longsoran sampah, yang bisa berdampak pada kerusakan lingkungan dan risiko terhadap keselamatan manusia.[1] Sehingga, longsor juga juga dapat disebabkan oleh penumpukan sampah. Meskipun tanah saja tidak selalu longsor saat terkena air, material sampah membuat tanah menjadi tidak stabil. Hujan yang terus-menerus dapat menyebabkan sampah terbawa air, yang kemudian memicu terjadinya longsor. Dalam hal ini, sampah menjadi masalah utama, bukan tanah itu sendiri.[2] Contoh Longsor Sampah dalam SejarahLongsor Sampah di TPA Payatas, Quezon City, Filipina (2000)Pada 10 Juli 2000, terjadi longsor sampah besar di TPA Payatas, Quezon City, Filipina, yang menewaskan 300 penduduk setempat.[3] Longsoran ini menimbun lebih dari 100 rumah-rumah di sekitarnya dan memicu kebakaran.[4] Tragedi ini menjadi pemicu perubahan besar dalam undang-undang di Filipina, termasuk larangan penggunaan TPA terbuka dan penutupan TPA Payatas pada tahun 2010. Longsor Sampah di TPA Leuwigajah, Indonesia (2005)Peristiwa longsor sampah di TPA Leuwigajah, terjadi pada 21 Februari 2005 di TPA Leuwigajah, Bandung, Jawa Barat, yang merupakan salah satu bencana longsor sampah paling mematikan dalam sejarah. Hujan lebat yang turun terus-menerus memicu longsoran besar yang mengubur sejumlah rumah di sekitar lokasi, menewaskan 143 orang.[5] Selain itu, Pada bulan-bulan sebelum bencana tahun 2005 terjadi, kebakaran telah dilaporkan terjadi di lokasi pembuangan sampah Leuwigajah. Para saksi mata melaporkan bahwa massa sampah terbakar ketika sedang bergerak. Kebakaran mungkin menyebar dengan cepat karena TPA berisi bahan mudah terbakar yang sangat mudah terbakar.[6] Longsor Sampah di TPA Kiteezi, Uganda (2024)Pada pertengahan Agustus 2024, sebuah longsor sampah yang besar terjadi di TPA Kiteezi di Kampala, Uganda, setelah hujan lebat mengguyur daerah tersebut. Longsoran ini menimbun sejumlah rumah, menyebabkan 35 orang tewas. Persitiwa ini terjadi setelah sebuah bongkahan besar memecah tumpukan sampah di TPA Kiteezi yang berlokasi di pinggiran ibu kota Uganda, Kampala. Tumpukan sampah yang sangat besar itu meluncur menuruni lereng ke daerah permukiman, dan mengubur beberapa rumah. Sekitar 2.500 ton sampah dihasilkan setiap hari di Kampala, dan sekitar 1.200 ton diangkut oleh truk sampah. Sisanya dibakar atau berakhir di sistem drainase kota. Otoritas setempat telah lama memperingatkan bahaya yang ditimbulkan oleh TPA tersebut, yang sering dikritik karena pengelolaannya yang buruk dan kondisi yang berbahaya.[7] Referensi
|