Linguistik Fungsional Sistemik
Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), atau Systemic Functional Linguistic (SFL), adalah sebuah pendekatan linguistik yang bertujuan untuk memahami bagaimana sebuah teks membentuk maknanya dalam sebuah konteks.[1] Teks merujuk pada semua fenomena kebahasaan dalam media apapun yang dapat dimengerti oleh orang yang mengetahui bahasa yang digunakan dalam teks tersebut. Untuk membantu analisanya, LSF membagi konteks di mana bahasa muncul ke dalam dua jenis: konteks situasi dan konteks budaya.[2] Konteks situasi merujuk pada tiga hal dalam suatu tindakan berbahasa: siapa saja yang terlibat, situasi apa yang sedang terjadi, dan fungsi apa yang dimiliki oleh bahasa dalam situasi tersebut.[2] Konteks budaya dalam LSF merujuk pada berbagai unsur yang dapat digunakan atau dilakukan oleh suatu anggota budaya tertentu untuk membuat makna, misalkan melalui gestur, kualitas vokal, raut wajah, dll.[1] SejarahLinguistik Fungsional Sistemik bermula dari asumsi J.R. Firth[3] tentang bahasa bahwa bahasa kembali pada dirinya (Language turned back on itself). J.R. Firth (sekitar tahun 1930-1950) meyakini bahasa akan kembali pada kealamiannya (nature) yakni berkaitan langsung dengan posisi filosofis dari bahasa itu sendiri. Pemikiran ini berbeda dengan aliran Leonard Bloomfield yang condong menyelidiki bahasa dan strukturnya. M.A.K Halliday sebagai murid J.R. Firth nantinya mengembangkan asumsi ini dan menaruh perhatian yang besar terhadap bahasa dan makna, serta bahasa dan fungsi sosialnya. Sebelum Linguistik Fungsional Sistemik muncul, M.A.K Halliday mengembangkan teori Language as a social semiotic (bahasa sebagai semiotika sosial).[4] KarakteristikBerbeda dengan cabang linguistik lain, Linguistik Fungsional Sistemik memiliki orientasi yang berbeda dengan Syntax, Semantics, dan Pragmatics. Apabila ketiganya menyelidiki kedalam bentuk (a study of forms) dan arti bentuknya (what the forms mean), Linguistik Fungsional Sistemik lebih memperhatikan aspek diluar bahasa yakni konteks. Ada prinsip dasar yang digunakan dalam Linguistik Fungsional Sistemik, yaitu:
Linguistik Fungsional Sistemik memiliki tiga metafungsi: Ideational, Interpersonal, dan Textual.[5] Ketiga metafungsi ini nantinya berguna untuk menyelidiki makna yang terbentuk atau bagaimana makna itu nanti terbentuk dalam sebuah konteks situasi.
Tokoh yang BerkaitanLinguistik Fungsional Sistemik berdiri dari banyak pandangan tokoh linguistik. Termasuk diantaranya M.A.K Halliday dan J.R. Firth. Halliday berjasa sebagai akademisi yang mengembangkan lebih jauh mengenai teori ini. M.A.K Halliday adalah tokoh yang mendominasi teori ini sebagaimana juga terlihat dalam bukunya yang lain: Language, Context, and Text, Language as a verbal art, dan Language as social semiotic. Linguistik Fungsional Sistemik juga berkaitan langsung dengan bukunya “Functional Grammar”. Linguistik Fungsional Sistemik berkaitan erat dengan cabang linguistik Register. Teori Linguistik Fungsional Sistemik juga ikut berperan mengembangkan teori lainnya seperti Analisis Wacana serta Critical Language yang ikut menyelidiki bahasa dan kaitannya dengan aspek diluar bahasa. Linguistik Fungsional Sistemik dianggap menjadi teori yang sangat aplikatif[6] dalam menjawab masalah kebahasaan sehari-sehari. Teori ini juga membantu analisis sebuah diskursus (discourse) dan bidang yang lain seperti pendidikan dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa. Rekomendasi Literatur
Referensi
|