Lepidiota stigma
Lepidiota stigma adalah serangga hama polifag (pemakan rupa-rupa) yang menyerang perakaran berbagai jenis tumbuhan. Fase hidup yang paling mengganggu pertanian adalah fase larva yang dikenal dengan nama umum hama uret atau gayas. Serangga tahap dewasa dikenal sebagai ampal. Di Lombok dan Bali serangga ini dikenal dengan nama katulebe. Daur hidupSerangga ini memerlukan sekitar satu tahun untuk menyelesaikan daur hidupnya. Dewasanya kawin dan bertelur pada tumpukan sampah/sisa-sisa daun di sekitar bulan Oktober-Desember. Selanjutnya, larva (dikenal sebagai uret) menetas dari telur sekitar dua minggu kemudian. Larva mengalami empat tahap perkembangan (instar), yang ditandai dengan pelungsungan ("ganti kulit"). Instar awal makan dari sisa-sisa akar atau akar yang halus. Instar ketiga, yang berwarna kuning pucat atau putih, adalah tahap yang paling mengganggu pertanaman. Ia akan hidup menjelajah di tanah dan memakan akar segar. Uret menyukai akar tunggang agak tebal dan pada pembibitan tanaman buah dapat mengakibatkan tanaman mendadak rebah atau mengering karena akar utamanya terpotong. Ukuran dapat mencapai 4 cm panjangnya jika telah tumbuh maksimum. Daya jelajah larva sangat besar, bahkan dapat ditemukan uret pada kedalaman 10 m dari permukaan tanah. Larva sangat ringkih di bawah sinar matahari. Paparan sinar matahari sekitar 5 menit akan membuat uret menghitam, mengerut, lalu mati. Larva akan menjadi pupa pada sekitar bulan Agustus (memasuki puncak kemarau), hingga keluar menjadi serangga dewasa di bulan Oktober atau apabila curah hujan mulai meningkat kembali. Serangga dewasa praktis hidup hanya untuk kawin dan bertelur saja. Peran sebagai hamaL. stigma merupakan hama utama pertanaman lahan kering, seperti jagung, tebu, dan sorgum. Perkebunan tanaman industri, buah-buahan, maupun agroforestri juga terganggu oleh kehadiran serangga yang selalu kelaparan ini. Kehadiran di lahan pertanian biasanya melalui pemberian pupuk kandang yang kurang sempurna pembuatan dan kebersihannya, sehingga membawa telur atau larva instar awal. PengendalianJika telah menyerang lahan, uret L. stigma sulit untuk dikendalikan. Pendekatan terpadu harus dilakukan, menyesuaikan dengan kemampuan petani dan ukuran lahan yang terinfestasi. Secara kultur teknis, sanitasi lahan dan penangkapan uret (pada saat pengolahan tanah) dan ampal (pada musim kawin) perlu dilakukan secara rutin. Pengendalian biologi dilakukan dengan pemanfaatan cendawan parasit, seperti Metarhizium anisopliae,[1] atau nematoda (cacing kecil) parasit (dikenal sebagai nematoda entomopatogenik), seperti Steinernema.[2] Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan, tetapi biasanya kurang efektif. Rujukan
|