Pada sore hari tanggal 4 Agustus2020 pukul 18.08 waktu setempat, dua ledakan terjadi di pelabuhan kota Beirut, Lebanon.[1][2][3] Ledakan yang sangat kuat terjadi pada ledakan kedua, yang mengakibatkan sekitar 207 orang terkonfirmasi meninggal dunia, 7 orang hilang, lebih dari 6.500 orang mengalami luka-luka, kerugian yang ditaksir mencapai $10–15 miliar (Rp.146–219 triliun), dan menyebabkan sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal.[4][5]
Ledakan tersebut terkait dengan bahan amonium nitrat sebesar 2,750 ton (3,03 ton pendek), yang setara dengan 1.155 ton TNT (4.830 gigajoule) – yang telah disita oleh pemerintah dari kapal MV Rhosus yang terbengkalai dan disimpan di pelabuhan tanpa tindakan pengamanan yang tepat selama enam tahun terakhir. Ledakan tersebut terdeteksi oleh Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) sebagai peristiwa seismik mirip gempa berkekuatan 3,3 Magnitudo.[6] Ledakan tersebut dianggap sebagai salah satu ledakan non-nuklir terkuat dalam sejarah, setelah Ledakan Halifax pada tahun 1917 yang berkekuatan 2,9 kt TNT.[7]
Pemerintah Lebanon mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu. Setelah ledakan terjadi, aksi unjuk rasa meletus di seluruh Lebanon menentang pemerintah Lebanon karena kegagalan mereka untuk menanggulangi bencana ledakan, bergabung dengan rangkaian aksi protes yang lebih besar yang telah berlangsung di negara itu sejak 2019.[8][9][10] Pada 10 Agustus 2020, kabinet Lebanon mengundurkan diri, kemudian diikuti oleh Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab karena tekanan politik yang meningkat yang diperburuk oleh ledakan tersebut.[11]
Latar belakang
Ekonomi Lebanon tengah dilanda krisis saat kejadian ini terjadi, di mana pemerintah gagal membayar utang negara, jatuhnya mata uang Pound dan 50% warganya berada di bawah garis kemiskinan.[12] Selain itu, pandemi COVID-19 telah membuat banyak rumah sakit di negara itu kewalahan, beberapa di antaranya kekurangan pasokan medis dan tidak mampu membayar staf karena krisis keuangan.[13] Pagi sebelum ledakan, kepala Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, yang berfungsi sebagai fasilitas medis utama virus korona di Lebanon dan merupakan salah satu RS rujukan pasien COVID-19, memperingatkan bahwa kapasitasnya hampir penuh untuk menampung para pasien.[14]
Pelabuhan Beirut merupakan pintu masuk maritim utama ke negara itu, di mana 3,000 kapal berlabuh setiap tahunnya.[15] Pelabuhan milik pemerintah ini memiliki 16 dermaga, 12 bengkel dan sebuah lumbung gandum.[15] Pangkalan AL Lebanon juga berada dekat pelabuhan ini.
Pada 23 September 2013, kapal MV Rhosus berbendera Moldova berlayar dari Batumi, Georgia ke Beira, Mozambik dengan membawa 2750 ton zat kimia amonium nitrat.[16] Saat di perjalanan, kapal ini terpaksa berlabuh di Beirut karena masalah mesin.[17] Setelah diperiksa oleh pihak pelabuhan, Rhosus didapati tidak layak berlayar, dan dilarang melanjutkan perjalanannya.[17] Semua awaknya dipulangkan dan si pemilik meninggalkan kapalnya karena bangkrut. Kemudian, ribuan ton zat kimia itu disimpan di gudang tanpa prosedur keamanan selama bertahun-tahun.[18][19]
Petugas bea cukai telah mengirim surat kepada hakim yang meminta resolusi untuk masalah kargo yang disita, mengusulkan agar amonium nitrat diekspor, diberikan kepada tentara, atau dijual ke Perusahaan swasta Lebanese Explosives Company.[a] Surat tersebut telah dikirim pada 21 Februari,[b] 27 Juni dan 12 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei dan 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017.[18] Salah satu surat yang dikirim pada tahun 2016 mencatat bahwa hakim belum menjawab permintaan sebelumnya, dan "memohon":[18]
Mengingat bahaya serius dari menyimpan barang-barang ini di hanggar dalam kondisi iklim yang tidak sesuai, kami menegaskan kembali permintaan kami untuk meminta badan kelautan agar segera mengekspor kembali barang-barang ini untuk menjaga keamanan pelabuhan dan mereka yang bekerja di dalamnya, atau untuk berusaha menyetujui untuk menjual jumlah ini...
Ledakan
Sebuah ledakan pertama yang lebih kecil mengakibatkan asap di atas api dan menciptakan cahaya yang diduga menyerupai kembang api.[1] Ledakan kedua terjadi sekitar pukul 18:30 waktu setempat yang mengguncang Beirut tengah dan memicu debu merah di udara.[22]
Penyebab ledakan masih belum diketahui.[25] Media pemerintah Lebanon awalnya melaporkan ledakan terjadi di gudang kembang api, sementara pihak lain melaporkan ledakan terjadi di fasilitas penyimpanan minyak atau fasilitas penyimpanan bahan kimia.[26][27][28] Ada beberapa gudang di pelabuhan yang menyimpan bahan peledak maupun bahan kimia termasuk nitrat, komponen umum pupuk, dan bahan peledak.[29] Direktur Jenderal Keamanan Publik Lebanon menyatakan ledakan itu disebabkan oleh amonium nitrat yang disita dan disimpan selama bertahun-tahun.[30]
Korban
Setelah ledakan, setidaknya sekitar 178 orang terkonfirmasi meninggal dengan sekitar 30 orang lainnya masih hilang,[31][32] dan lebih dari 6,000 orang terluka.[33][34][35][36] Ribuan warga negara asing dari sekitar 22 negara juga menjadi korban.[e]
Nazar Najarian, sekretaris jenderal Partai Kataeb, meninggal dunia setelah menderita luka yang parah di kepala.[78] Arsitek berkebangsaan Perancis, Jean-Marc Bonfils, meninggal dunia setelah menderita luka serius saat berada di apartemennya yang berada di East Village. Pada saat itu, ia melakukan siaran langsung di Facebook saat terjadi kebakaran di gudang yang menjadi episentrum ledakan.[79][80]
Ledakan di Beirut menjungkirbalikkan mobil dan melucuti bangunan berbingkai baja.[82] Di dalam area pelabuhan, ledakan menghancurkan sebagian garis pantai dan meninggalkan kawah dengan diameter kira-kira 124 meter (407 ft) dan berkedalaman 43 meter (141 ft).[83][84][85] Saksi mata mengatakan rumah sejauh 10 km (6 mi) rusak akibat ledakan,[86] dan hingga 300.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat ledakan tersebut.[87]Elevator biji-bijian, terbesar kedua di kota itu, ikut hancur,[36] memperburuk kekurangan pangan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19 dan krisis keuangan yang parah.[88] Sekitar 15.000 ton (14.800 ton panjang; 16.500 ton pendek) biji-bijian hancur, dan meninggalkan negara tersebut dengan cadangan biji-bijian kurang dari sebulan.[87][f]
Kerusakan akibat ledakan meliputi lebih dari setengah kota Beirut, dengan kemungkinan biaya di atas $15 miliar (Rp. 219 triliun) dan kerugian yang diasuransikan sekitar $3 miliar (Rp. 43 triliun).[91] Sekitar 90% hotel di kota telah rusak dan tiga rumah sakit hancur total, sementara dua lainnya rusak.[87][92] Puluhan orang yang terluka dibawa ke rumah sakit terdekat, namun tidak dapat dirawat karena kerusakan pada rumah sakit. Jendela pada gedung-gedung di seluruh kota hancur.[93]
Rumah Sakit Santi George, salah satu fasilitas medis terbesar di Beirut, yang berjarak kurang dari 1 kilometer (5⁄8 mil) dari lokasi ledakan, rusak parah sehingga para staf terpaksa merawat pasien di jalan. Empat perawat meninggal karena ledakan awal, lima belas pasien meninggal setelah ventilator mereka berhenti bekerja, dan beberapa pasien kanker anak terluka akibat kaca yang beterbangan.[94][95][96] Dalam beberapa jam, setelah membebaskan semua pasiennya dan di antaranya dirujuk ke rumah sakit lain, kemudian RS tersebut ditutup.[97] Direktur perawatan intensif rumah sakit, Dr. Joseph Haddad, dikutip dari NYT, mengatakan: "Tidak ada Rumah Sakit St. George lagi. Itu jatuh, di lantai ... Semuanya hancur. Semuanya."[95]
Markas FIBA Asia juga mengalami rusak berat.[98] Kantor kedutaan besar yang berada di dalam dan di sekitar Beirut telah melaporkan berbagai tingkat kerusakan pada bangunan mereka. Mulai dari kedubes Argentina,[99] Australia,[100] Finlandia,[101] Siprus,[87] dan Belanda,[62] yang berada dekat dengan lokasi ledakan, melaporkan mengalami kerusakan berat. Sementara kerusakan kecil dilaporkan oleh kedubes Korea Selatan,[102] Hungaria,[103] Kazakhstan,[104] Rusia,[104] Bulgaria,[105] Romania,[106] dan Turki.[107]
Pengapalan
Kapal pesiar Orient Queen, yang berlabuh di dekat lokasi ledakan, mengalamai kerusakan parah. Dua ABK meninggal,[108] dan 7 ABK lainnya terluka.[109][110][111] Kemudian kapal terbalik dalam semalam.[112][108] Pada 7 Agustus, gugatan pertama yang berkaitan dengan ledakan telah dilayangkan oleh pemilik kapal tersebut, Abou Merhi Cruises, yang kantornya juga hancur.[113][108]
Kapal pembawa ternakJouri berada sangat dekat dengan episentrum ledakan.[115]Kapal kargoMero Star rusak parah. Kapal kargo Raouf H adalah yang paling dekat dari lokasi.[77]AIS dari kapal ini berhenti mengudara pada saat ledakan.[115]Kapal peti kemasCMA CGM Lyra berada 15 km (9,3 mi) dari lokasi ledakan, namun tidak rusak.[116] Dua kapal besar pengangkut ternak yang ditinggalkan, Abou KarimI dan Abou KarimIII, rusak berat atau hancur saat ledakan. Mereka sedang ditambatkan di ujung Berth 09, sangat dekat dengan Gudang 12 yang mana merupakan episentrum ledakan. Dalam sebuah foto paska kejadian, salah satu kapal, Abou KarimI, tidak stabil dan terjungkal ke kapal lain, Abou KarimIII. Tidak lama setelah itu, Abou KarimI terbalik.[117][118][119] Sebuah kapal tanker minyak nabati, AmadeoII, hancur total dalam ledakan. Sisa-sisa yang hangus dari kapal terlihat tergeletak di darat.[120][121]
Kantor milik Hapag-Lloyd di Beirut hancur.[122] Kantor milik CMA CGM, yang terletak beberapa ratus meter dari lokasi ledakan, rusak parah. Seorang karyawan meninggal dan dua orang lainnya terluka parah.[123][124]
Bandar udara
Bandar Udara Internasional Rafik Hariri, bandara utama Beirut yang terletak sekitar 10 km dari lokasi ledakan, mengalami kerusakan sedang pada bangunan terminal.[125] Pintu dan jendela hancur, langit-langit gedung terguncang oleh gelombang kejut, dan kabel listrik terputus. Meski rusak, penerbangan di bandara tetap berjalan.[126]
Bantuan kemanusiaan
Pemerintah Indonesia mengucapkan duka cita dan simpati mendalam kepada keluarga, pemerintah dan rakyat Lebanon atas ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut pada Selasa 4 Agustus. Kontingen Garuda yang tergabung dalam UNIFIL FC membantu penanganan pascaledakan, termasuk evakuasi korban.[127]Haryono, Willy (2020-08-05). "Qatar, Irak dan Kuwait Kirim Bantuan ke Lebanon". Medcom.id. Diakses tanggal 2020-08-05.</ref>
Penangkapan
Pihak berwenang Lebanon telah menempatkan pejabat pelabuhan Beirut yang bertanggung jawab atas penyimpanan dan keamanan di bawah tahanan rumah yang kemudian diawasi oleh Angkatan Bersenjata Lebanon, sambil menunggu penyelidikan atas ledakan tersebut.[128]
Dampak ledakan
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab resmi mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin, 10 Agustus 2020. Diab mundur setelah bencana ledakan pelabuhan Beirut yang memicu kemarahan publik yang berujung pada meluasnya protes anti-pemerintah.[129]
Empat anggota parlemen Lebanon mengundurkan diri di tengah aksi demo warga yang marah atas ledakan besar di pelabuhan Beirut pada Selasa kemarin. Tiga anggota parlemen berasal dari Partai Kataeb, dan satunya lagi independen. "Kami dan beberapa anggota parlemen lainnya tidak akan lagi menjadi elite (politik)," kata Nadee Gemayel usai mengundurkan diri, dilansir dari laman Yeni Safak, Minggu 9 Agustus 2020.[130]
Catatan
^Ammonium nitrat telah menyebabkan beberapa bencana industri secara global. Oleh karena itu, senyawa tersebut kini mulai tergantikan karena tingginya kemungkinan kesalahan penggunaan dan alasan kaeamanan lainnya.[20]
^Surat dikirim oleh Kolonel Joseph Skaf pada 21 Februari 2014 untuk menjauhkan kapal kargo dari pelabuhan. Skaf meninggal secara misterius pada tahun 2017 setelah jatuh dari ketinggian 3 meter (10 ft).[21]
^Lima orang yang terluka berasal dari kedutaan Belanda. Istri duta besar Belanda, Hedwig Waltmans-Molier, terluka parah dan kemudian meninggal karena luka-lukanya.[62][63]
^Di antara korban yang tewas, terdapat 43 WN Suriah,[37] 13 WN Armenia,[38] 5 WN Bangladesh,[39][40][41] 4 WN Filipina,[42] 3 WN Mesir,[43][44] dua WN Palestina,[45] dua WN Belgia,[46] seorang WN Jerman,[47] seorang WN Ethiopia,[48] seorang WN Perancis,[49] seorang WN Italia,[50] seorang WN Australia,[51] seorang WN Pakistan,[52] seorang WN Amerika Serikat,[53] seorang WN Yunani,[54] dan seorang WN Belanda.[55] Di antara korban terluka, terdapat 42 WN Filipina,[56] 24 WN Perancis,[49] 15 WN Sri Lanka,[57] ten Italian,[58] 9 WN Ethiopia,[59] 7 WN Yordania,[60] 6 WN Turki,[61] 5 WN Belanda,[c] 5 WN Yunani,[64] 5 WN India,[65] 5 WN Sudan,[66] 4 WN Belgia,[67] 4 WN Pakistan,[52] 3 WN Kenya,[68] dua WN Aljazair,[69] seorang WN Nigeria,[70] seorang WN Tiongkok,[71] seorang WNI,[72] seorang WN Kazakhstan,[d] seorang WN Vietnam,[74] dan seorang WN Maroko.[75] Selain itu, setidaknya 108 warga negara Bangladesh terluka dalam peristiwa tersebut, menjadikannya sebagai komunitas asing yang paling banyak terkena dampak.[52] Juga, beberapa pasukan perdamaian PBB angkatan laut yang merupakan anggota dari Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) terluka dikarenakan ledakan tersebut.[41][76][77]
^Silo yang hancur mewakili 85% dari silo biji-bijian kota[89] Seorang pejabat mengatakan kapasitas silo yang hancur itu mencapai 120.000 ton (118.000 ton panjang; 132.000 ton pendek).[90]
^Dagher, Charbel; Maksoud, Christine (October 2015). "m/v Rhosus — Arrest and Personal Freedom of the Crew"(PDF). The Arrest News (11). Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 5 Agustus 2020. Diakses tanggal 5 Agustus 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abJørgensen, Lars Bach (5 Agustus 2020). "Ekspert forklarer, hvad der sandsynligvis skete i Beirut" [Expert explains what probably happened in Beirut]. TV 2 (dalam bahasa Dansk). Diakses tanggal 5 Agustus 2020. The large amount of potentially dangerous fertilizer has been there since 2014, when the Moldavian ship Rhosus had to port due to engine problems.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Geldi, Mahmut (14 Agustus 2020). "Death toll in blast-hit Beirut rises to 177". Anadolu Agency. Diakses tanggal 14 Agustus 2020. Total korban tewas dari Ledakan Beirut minggu lalu naik menjadi 177, dikutip dari Menteri Kesehatan Lebanon, Hassan Hamad, kemarin. Tercatat sekitar 30 orang masih hilang, Hamad mengatakan kepada stasiun TV lokal bahwa total korban tewas bisa mencapai lebih dari 200.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sterling, Toby (18 Agustus 2020). "Scarred Lebanon braces for Hariri killing verdict". Reuters. Diakses tanggal 18 Agustus 2020. Kasus ini menewaskan 178 orang dan memicu timbulnya tuntutan pertanggungjawaban.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Singhvi, Anjali; Reinhard, Scott; McCann, Allison; Leatherby, Lauren; Migliozzi, Blacki (5 Agustus 2020). "Mapping the Damage From the Beirut Explosion". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN0362-4331. Diakses tanggal 6 Agustus 2020.
^ abHubbard, Ben; Abi-Habib, Maria (5 Agustus 2020). "Deadly Explosions Shatter Beirut, Lebanon". New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 Agustus 2020. Diakses tanggal 5 Agustus 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)