Laut Timur (literatur Tiongkok)Laut Timur (Hanzi: 東海; Pinyin: Dōng Hǎi), sebagai salah satu dari Empat Lautan, diidentifikasikan sebagai perairan yang terdapat di sebelah timur daratan berdasarkan geografi Tiongkok kuno. Dalam literatur Tiongkok, Empat Lautan merupakan suatu metafora untuk menyebut batas-batas Tiongkok.[1] Masyarakat Tiongkok kuno memberikan perhatian kepada Laut Timur (kini meliputi Laut China Timur, Laut Kuning, dan Laut Bohai) karena lokasinya paling dekat dibandingkan Laut Selatan (yaitu Laut Tiongkok Selatan),[2] sementara dua lokasi laut yang lain hanya dianggap simbolisme sebelum masa Dinasti Han.[1] Selain itu, sebagian besar sungai-sungai di Tiongkok bermuara di Laut Timur sehingga ada pernyataan bahwa "jika tidak karena ada ribuan sungai yang bermuara di sana, Laut Timur pasti sekarang sudah kering."[2] Berbagai mitologi Tiongkok berhubungan dengan laut ini. Shan Hai JingShan Hai Jing (Hanzi: 山海經; Pinyin: Shānhǎi Jīng) atau "Klasik Gunung dan Laut" adalah suatu klasik Tiongkok yang merupakan suatu kompilasi geografi mitologis -memuat berbagai legenda, ilmu gaib, kebiasaan-kebiasaan populer, dan sebagainya- yang kira-kira disusun sekitar tahun 500-200 SM.[3][4][5] Ikan terbang belangBagian wényáoyú 文鰩魚 menjelaskan mengenai jenis ikan terbang yang bertubuh menyerupai ikan karper, bersayap burung, garis-garis biru-hitam, kepala putih, dan bibir merah. Ikan ini tinggal di Sungai Observasi yang melintasi Gurun Pasir-Bergerak, sering kali menuju Laut Barat dan berenang ke Laut Timur. Ikan ini dipercaya dapat menyembuhkan kegilaan. Komentar untuk bagian ini menduga bahwa Laut Timur yang dimaksud bukanlah Laut Timur dalam pengertian umum, melainkan suatu perairan di barat yang lokasinya berada di sebelah timur Laut Barat.[6] Burung JingweiBagian Jīngwèi 精衛 ("penjaga roh") menyebutkan seekor burung yang wujudnya menyerupai gagak dengan kepala bermotif, paruh putih, kaki merah, dan bersuara menyerupai namanya (jingwei, wg ching-wei). Burung tersebut tinggal pepohonan murbei yang terletak di puncak Gunung Burung Dara-Berangkat. Ia secara rutin membawa ranting-ranting dan bebatuan dari Pegunungan Barat untuk mengisi Laut Timur dalam usahanya membalas dendam. Sebelumnya, ia adalah putri bungsu Kaisar Yan yang bernama Nǚwá 女娃 (bukan Dewi Nǚwā 女娲), yang saat berenang di Laut Timur, ia tewas tenggelam.[6][7] Usaha yang dilakukan burung Jingwei terkesan tidak masuk akal, tetapi digunakan sebagai idiom oleh masyarakat Tiongkok kuno untuk memberikan semangat, betapapun beratnya tugas yang diemban.[8] KuiKuí 夔 dalam Shan Hai Jing digambarkan berbentuk mirip kerbau yang bertubuh biru-kehitaman, tidak bertanduk, dan memiliki kaki satu. Makluk ini tinggal di Gunung Liúbō 流播 yang terletak 7000 li menuju Laut Timur. Kaisar Kuning menggunakan kulitnya untuk drum yang jika ditabuh akan mengeluarkan suara hingga 500 li.[6][8] LegendaXihe memandikan matahariXihe merupakan salah satu dari dua istri Di Jun yang melahirkan sepuluh Matahari. Ia selalu memandikan putra-putranya di Teluk Gan yang terletak di seberang Laut Timur.[8] Ayam jago emasAyam jago emas 金雞 merupakan ayam yang kokokannya setiap pagi akan membangunkan ayam-ayam jago lain di seluruh dunia. Ia tinggal di puncak pohon persik raksasa yang cabang-cabangnya menutupi wilayah seluas tiga kilometer persegi. Pohon persik tersebut tumbuh di Gunung Dushuo yang berlokasi di Laut Timur.[2] Shentu dan Yulei menjaga pohon persik itu dari gangguan hantu-hantu yang mencoba memakan buahnya.[9] Raja Naga Laut TimurNovel Fengshen Yanyi dan Xiyou Ji menyebutkan nama Raja Naga penguasa Laut Timur, yaitu Ao Guang. Fengshen Yanyi mengisahkannya dalam suatu konflik melawan Nezha, sementara Xiyou Ji mengisahkannya meminjamkan pilar penahan laut di istananya kepada Sun Wukong.[10][11] Pulau-pulau suciPulau-pulau suci seperti Penglai terletak di Laut Timur. Pulau-pulau ini merupakan tempat tinggal para Xian dan terkenal akan legenda obat keabadiannya, misalnya dalam perjalanan Xu Fu mencari obat keabadian.[6] Yuqiang, cucu Huangdi, mengirim lima belas penyu raksasa ke Laut Timur untuk menyokong kelima pulau abadi; tiap tiga ekor bertugas mengangkat satu pulau: satu mengangkat dan dua menjaga. Mereka berganti peran setiap 6.000 tahun.[2] Laut Timur menjadi Padang MurbeiKisah mengenai Laut Biru (Laut Timur) berubah menjadi padang Murbei ditulis oleh berbagai sastrawan seperti Ge Hong dari Dinasti Jin, Yan Zhenqing dari Dinasti Tang, Li Shimin Kaisar Dinasti Tang, dan Wang Bo dari Dinasti Tang.[12] Referensi
|