Kunashir
Pulau Kunashir (bahasa Rusia: Кунаши́р atau Pulau Kunashiri Jepang: 国後島 (Kunashiri-tō); Ainu: クナシㇼ, har. '{{{2}}}' atau クナシㇽ, Kunasir) adalah pulau terselatan di Kepulauan Kuril (Kepulauan Chishima). Pulau ini berada di lepas pantai, 25 km sebelah timur dari Semenanjung Shiretoko, Hokkaido. Kata Kunashir berasal dari bahasa Ainu yang berarti Pulau Hitam (クンネ, kunne: hitam; シリ, shiri: pulau) atau Pulau Rumput (キナ・シリ/キナ・シル, kinashiri/kinashiru), sesuai dengan keadaan tanahnya yang berwarna gelap. Pulau ini sekarang berada di bawah administrasi Distrik Yuzhno-Kurilsky, Russia, tetapi diklaim sebagai wilayah Jepang (lihat Persengketaan Kepulauan Kuril). GeografiPulau Kunashir adalah pulau terbesar kedua di Kepulauan Kuril. Bentuk pulau ini mirip dengan Pulau Iturup. Luasnya 490 km2, panjangnya 214 km dari timur laut hingga barat daya. Lebar pulau antara 7 hingga 30 km. Selat Nemuro (Selat Izmeny) memisahkan Pulau Kunashir dengan kota Shibetsu di Semenanjung Shiretoko, Hokkaido, Jepang. Pulau Iturup berada 22 km sebelah timur laut Kunashir, dipisahkan oleh Selat Catherine (Selat Kunashiri). Pulau ini terletak 16 km timur laut Semenanjung Notsuke, Hokkaido, dipisahkan oleh Selat Notsuke (Selat Kunashirski) dengan kota Rausu di Semenanjung Notsuke. Di sebelah tenggara pulau, dipisahkan oleh terdapat Kepulauan Kuril Kecil termasuk di antaranya Pulau Shikotan dan Kepulauan Habomai. Pulau Kunashir memperlihatkan pola pembentukan pulau yang serupa dengan pulau-pulau lain di Kepulauan Kuril. Pulau ini terbentuk akibat bergabungnya 4 gunung berapi di empat pulau terpisah: Golovnin, Mendeleyeva, Otdel'naya, Tyatya, dan Semenanjung Lovtsov. Bagian-bagian yang dulunya terpisah sekarang bersatu dengan terbentuknya daerah dataran rendah berikut danau-danau dan mata air panas. Seperti halnya sungai di Kepulauan Kuril, sungai-sungai di Kunashir pendek dan dangkal. Pulau bergunung-gunung, didominasi oleh serangkaian gunung berapi yang tinggi.[1] Keempat gunung berapi di pulau ini masih aktif:
Pulau ini terbuat dari batu-batuan vulkanis dan kristalin. Iklim di pulau ini adalah iklim benua lembap dengan curah hujan sangat tinggi, terutama pada musim gugur, dan suhu tertinggi pada Agustus dan September. SejarahDari situs penggalian arkeologi diketahui bahwa Kepulauan Kuril sudah dihuni manusia sejak zaman prasejarah.[3] Penjelajah pertama yang sampai di Kepulauan Kuril adalah penjelajah Belanda Maarten Gerritsz Vries pada tahun 1643. Pada waktu itu, orang Rusia bulum mengenal Kepulauan Kuril, begitu pula klan Matsumae di Hokkaido.[3] Vries ingin menemukan "pulau emas dan perak" yang menurut buku Perjalanan Marco Polo berada di dekat garis lintang utara 37° sebelah timur Jepang. Ia sampai di Pulau Urup dan mendirikan sebatang kayu salib dan mengklaimnya sebagai pulau milik VOC. Ia juga sampai di Pulau Iturup dan Pulau Kunashir dan mengklaimnya sebagai pulau milik Belanda.[3] Kabut laut menghalangi pandangan Vries sehingga tidak dapat melihat selat-selat yang berada di dekatnya. Ia tidak menyadari bahwa Pulau Sakhalin dan Pulau Ezo (Hokkaido) adalah dua pulau terpisah.[4] Dalam buku hariannya, Vries menulis tentang rumah orang Ainu di Pulau Kunashir. Menurutnya makanan orang Ainu adalah ikan sebelah dan ikan salem yang diasap, dan tidak ada makanan lain selain ikan.[3] Pada tahun 1789, Pertempuran Menashi-Kunashir terjadi di pulau ini. Bangsa Ainu memberontak melawan tentara kolonial dan pedagang Jepang. Pemberontakan dimulai oleh sekelompok pemuda Ainu yang marah karena percaya sejumlah orang Ainu meninggal setelah minum sake beracun yang diberikan oleh pejabat pos perdagangan Jepang di Kunashir. Orang Ainu menyerang orang Jepang di pos dagang Kunashir, daratan Ezo (Hokkaido), dan kapal Ōdori Maru di perairan lepas pantai Hokkaido.[5] Navigator Rusia Vasily Golovnin mencoba memetakan Pulau Kunashiri pada musim panas 1811. Namun ia ditangkap oleh pihak Jepang dan dipenjara selama dua tahun di Hakodate hingga akhir 1813.[6] Namanya diabadikan untuk nama Gunung Golovnin di Pulau Kunashir. Pada 1 September 1945 atau sehari sebelum hari penandatanganan dokumen penyerahan Jepang pada Perang Dunia II (2 September 1945), tentara Uni Soviet menganeksasi Kepulauan Kuril serta Teritorial Utara Jepang yang sekarang dipersengketakan. Sesuai keputusan Konferensi Yalta yang ditandatangani 11 Februari 1945, Uni Soviet memperoleh bagian selatan Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril setelah Jepang kalah. Pemerintah Jepang mengklaim Teritorial Utara (Kunashir, Iturup, Habomai, dan Shikotan) secara geografis bukan bagian dari Kepulauan Kuril yang dilepaskan dari tangan Jepang pada Perjanjian San Francisco.[7] Aneksasi Teritorial Utara Jepang terjadi setelah Uni Soviet menyatakan tidak mengakui lagi Pakta Netralitas Soviet-Jepang pada 5 April 1945, dan menyatakan perang terhadap Jepang pada 9 Agustus 1945 ketika pakta itu masih berlaku.[7] PermukimanPermukiman terbesar di Pulau Kunashir berada di Yuzhno-Kurilsk, pusat administrasi Distrik Yuzhno-Kurilsky. EkonomiIndustri utama pulau ini adalah industri perikanan. Pelabuhan berada di Yuzhno-Kurilsk. TransportasiPulau ini dilayani oleh Bandar Udara Mendeleyevo. PopulasiSetelah terjadinya gempa bumi Kepulauan Kuril 1994, sekitar sepertiga dari penduduk meninggalkan Pulau Kunashir dan tidak kembali lagi.[8] Pada tahun 2002, populasi penduduk kira-kira 7.800 orang.[8] Total populasi dari keseluruhan pulau-pulau di Teritorial Utara Jepang kira-kira 17.000 orang.[8] Lihat pulaReferensi
Pranala luarMedia tentang Kunashir di Wikimedia Commons |