Ksatrian InstituutKsatrian Instituut adalah nama sekolah dan yayasan yang didirikan oleh E.F.E. Douwes Dekker pada tahun 1924 di Bandung, Jawa Barat. Pendidikan yang diberikannya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri para murid, serta melengkapinya dengan kemampuan kejuruan dan bahasa, sehingga berbeda dengan sekolah-sekolah semasa pemerintahan Hindia Belanda. Ksatrian Instituut berperanan penting dalam meluaskan kesempatan memperoleh pendidikan dasar dan menengah bagi murid-murid pribumi, keturunan Tionghoa, dan Indo-Eropa saat itu. SejarahE.F.E. Douwes Dekker, bekas pemimpin Indische Partij, setelah pulang dari pengasingan di Belanda tahun 1922 kemudian berusaha untuk melamar sebagai guru pada sekolah rendah partikelir pimpinan Ny. H.E. Mayer-Elenbaas di Jln. Kebon Kelapa No. 17, Bandung. Hal tersebut dilaporkan oleh Residen Priangan kepada Gubernur Jenderal saat itu, Mr. Dr. Dirk Fock, dimana salah satu keberatannya ialah karena suami Ny. Mayer tercatat seorang komunis. Namun Gubernur Jenderal mengatakan bahwa "lebih baik kepada orang-orang yang sedang gelisah seperti Douwes Dekker diberi kesempatan kerja tetap bagi penghidupannya daripada ia, karena dihalangi kesempatannya, akan lebih condong untuk rakyat".[1] Douwes Dekker kemudian mulai mengajar di sana sejak September 1922. Tahun 1923, nama sekolah berubah menjadi Preanger Instituut van de Vereeniging Volksonderwijs (Institut Priangan dari Perkumpulan Pengajaran Rakyat), dan Douwes Dekker menjabat sebagai kepala untuk MULO[2] (setingkat SMP). Sejak November 1924, lembaga pendidikan tersebut diubahnya menjadi sebuah yayasan yang bernama Ksatrian Instituut, yang kadang-kadang juga disebut Ksatrian School. Selain di Bandung, sekolah rendah Ksatrian Instituut juga dibuka di Ciwidey dan Cianjur, dan terbuka bagi orang-orang pribumi Indonesia serta keturunan Tionghoa dan Indo. Pada tahun 1932, Ksatrian Instituut mendirikan Moderne Middelbare Handels School (Sekolah Menengah Dagang Modern), yaitu suatu sekolah pendidikan menengah.[2] Ksatrian Instituut juga menerbitkan majalah murid dan orang tua, De Ksatria,[3] yang berisi berita sekolah, alat penghubung antar murid, dan berita nasional dan internasional penting lainnya. Douwes Dekker yang berencana untuk mengirimkan para tamatan Ksatrian Instituut ke Jepang, pada Januari 1941 ditangkap di Ngawi oleh pemerintah Hindia Belanda yang menuduhnya sebagai mata-mata. Sejak saat itu Douwes Dekker tidak lagi dapat terlibat aktif mengelola Ksatrian Instituut, karena mengalami hukuman penjara dan pengasingan yang berpindah-pindah, yaitu di Suriname, Belanda, Yogyakarta, dan Prapat, sehingga meninggalnya pada tahun 1950.[4] Pada tahun 1949, Ksatrian Instituut berubah menjadi SMP Negeri 1 Bandung. Tokoh-tokoh
Referensi
Lihat pula |