Kleanthes dari Assos

Kuil Parthenon: salah satu bangunan di Yunani Kuno

Kleanthes dari Assos (bahasa Yunani Kuno: Κλεάνθης, Kleanthēs; pengucapan Yunani: [/kliˈænθiːz/]; k. 331 SM – k. 230 SM) adalah seorang filsuf Yunani mazhab Stoa, pengikut Zeno dari Citium sebagai pendiri sekolah Stoa di Athena.[1][2] Ada pula yang mencatat tahun kelahiran dan kematian Kleanthes adalah 303 - 233 SM.[3] Setelah kematian Zeno, ia diangkat menjadi kepala Sekolah Stoa II, dan melanjutkan pengabdiannya selama 32 tahun (264-232).[4] Dia berhasil mempertahankan ajaran Zeno.[2] Dia juga memiliki seorang murid bernama Chrisippus, seorang yang sangat berbakat dan produktif dalam meletakkan dasar-dasar doktrin Stoa tentang astronomi, yang setelah kematian Kleanthes menjadi penerusnya di sekolah Stoa.[5] Sumbangan terbesarnya adalah mengembangkan prinsip-prinsip materi atau fisika dan panteisme. Berdasarkan beberapa fragmen tulisan Kleanthes, yang sangat terkenal adalah tulisan mengenai Himne Zeus.[1]

Perjalanan Intelektual

Kleanthes pertama-tama belajar dari Crates (tokoh mazhab Sinisisme), kemudian yang terakhir ia belajar kepada Zeno.[6] Usia Kleanthes dan Zeno hanya terpaut 5 tahun.[4] Kondisi Kleanthes dikabarkan sangat miskin, ia harus bekerja sebagai pengangkut air di malam hari dalam masa belajar filsafat.[4] Karier sebelumnya adalah seorang boxer atau petarung.[4] Seorang teman menjulukinya Heracles Kedua lantaran ketekunan dan kegigihannya dalam bekerja dan belajar.[4] Ia belajar dengan tekun dan dapat mempertahankan sekolah Stoa di situasi persaingan dengan mazhab Epikureanisme.[4] Kleanthes memang tidak secemerlang pengikutnya, Chrysippus, tetapi sumbangannya tetap berharga.[4]

Sumbangan Pemikiran

Ajaran Stoa yang paling menonjol yang merupakan sumbangan Kleanthes adalah bagaimana manusia bertindak menurut keteraturan hukum alam yang diselenggarakan yang Ilahi.[1][7] Kleanthes menulis beberapa versi dalam ekspresi gamblang sebuah daya tarik elemen yang didesakkan oleh imannya,

ἄγου δέ μ', ὦ Ζεῦ, καὶ σύ γ' ἡ πεπρωμένη,

ὅποι ποθ' ὑμῖν εἰμι διατεταγμένος: ὡς ἕψομαί γ' ἄοκνος· ἢν δέ γε μὴ θέλω κακὸς γενόμενος, οὐδὲν ἧττον ἕψομαι.[8]

Terjemahan harfiah dalam bahasa Indonesia:

Bimbing aku, oh Zeus, bimbing aku, wahai penciptaku Hingga di tempat di mana Engkau akan menghantarku Aku tidak akan lari darimu, namun mengikutimu, dan seandainya hatiku berontak,

Aku tetap akan ikut dikau

— Kleanthes dari Assos

Kleanthes membagi filsafat dalam enam cabang, namun agaknya lebih pada 3 divisi.[4] Ia mengembangkan pemikiran Zeno tentang logika, fisika dan etika.[4] Logika dibaginya dalam cabang retorika dan dialektika, fisika ia bagi ke dalam fisika dan teologi, sedangkan etika dalam etika politik dan etika saja.[4]

Dalam hal etika, Kleanthes menyatakan bahwa kebahagiaan jelas-jelas berpusat pada diri sendiri, bukan pada kemurah-hatian orang lain atau segala sesuatu yang memainkan peran di luar diri.[7] Kebahagiaan manusia diperoleh ketika orang itu memiliki perilaku yang benar, memilih tindakan yang benar, dan tujuan yang benar.[7]

Referensi

  1. ^ a b c (Inggris) Robert Audi., The Cambridge Dictionary of Philosophy, Edinburg: Cambridge University Press, 1995, Hal. 768
  2. ^ a b (Inggris) A.A Long., Hellenistic Philosophy,Los Angeles: University of California Press, 1974, Hal. 113
  3. ^ (Inggris) Samuel Enoch Stumph., Socrates to Sartre: A History of Philosophy,New York: McGraw-Hill, Inc, 1966, Hal. 119
  4. ^ a b c d e f g h i j (Inggris) Alfred Chilton Pearson., The Fragments of Zeno and Cleanthes with Introduction and Explanatory Notes, Cambridge University Press (eBook), Hal. 35-50
  5. ^ (Inggris) Paul. T Keiser.,(editor: Thomas Hockey) Biographical Encyclopedia of Astronomers (Google eBuku), New York: Spinger, 2007, Hal. 234
  6. ^ (Inggris) Richard Alfred., A Dictionary of Biography, British Library, 1831, Hal. 187
  7. ^ a b c (Inggris) F. H. Sandbach., The Stoics, London: Bristol Classical Press, 1989, Hal 37
  8. ^ Translatio a Seneca facta (Epistulae ad Lucilium 107.11) admodum libera esse videtur, sed ipse se Ciceronis aemulum largiter laudat. De fonte huius versus additi ambigitur; v. Marcovich (1959).
Kembali kehalaman sebelumnya