Kisah Para Rasul 2

Kisah Para Rasul 2
Kisah Para Rasul 2:11-22 dalam bahasa Yunani pada Uncial 076, yang ditulis sekitar abad ke-5/ke-6.
KitabKisah Para Rasul
KategoriSejarah gereja
Bagian Alkitab KristenPerjanjian Baru
Urutan dalam
Kitab Kristen
5
pasal 1
pasal 3

Kisah Para Rasul 2 (disingkat Kis 2) adalah pasal kedua Kitab Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ditulis oleh Lukas, seorang Kristen yang merupakan teman seperjalanan Rasul Paulus.[1][2]

Teks

Struktur isi

Pembagian isi pasal:

Ayat 1

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (TB)[3]

Hari Pentakosta atau Shavuot merupakan hari raya terbesar yang kedua dalam tarikh/kalender Yahudi. Peristiwa ini merupakan perayaan penuaian setelah panen gandum ketika hulu hasil dipersembahkan kepada Allah (lihat Imamat 23:17). Demikianlah hari Pentakosta bagi gereja melambangkan awal penuaian jiwa-jiwa oleh Allah dalam dunia.[4]

Ayat 1-13

"Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.4Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya."[5]

Tanda-tanda peristiwa pada hari Pentakosta adalah:

  1. bunyi seperti tiupan angin keras
  2. lidah-lidah api yang hinggap pada masing-masing orang
  3. mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (penuh dengan Roh Kudus)

Asal usul orang percaya mula-mula

Peta lokasi tempat asal para pendengar khotbah Petrus dan para rasul pada hari Pentakosta.

Sumber: Kisah Para Rasul 2:7–11

Ayat 5-12

Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa "di bawah kolong langit." Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah." Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?"[6]

Ayat 13

Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."[7]

"Anggur manis" (bahasa Yunani: Γλεύκους, Gleukous; juga disebut "anggur muda" atau "anggur baru"; akar kata dari glukosa) pada umumnya dimaksudkan sebagai "sari buah anggur yang tidak difermentasi". Mereka yang mengejek murid-murid Yesus mungkin menggunakan istilah ini dan bukan kata Yunani yang lebih umum untuk minuman anggur beralkohol (oinos; Inggris: wine) karena mereka percaya bahwa murid-murid Yesus hanya menggunakan jenis anggur manis yang masih mengandung kadar gula tinggi, jadi mengalami semacam "sugar high". Dalam hal ini, ejekan mereka diucapkan dengan nada sarkastis.[4]

Khotbah Petrus pada hari Pentakosta

Sumber: Kisah Para Rasul 2:14–40
Khotbah Petrus pada hari Pentakosta, bersama dengan khotbahnya dalam Kisah Para Rasul 3:11–26, berisi pola untuk pemberitaan Injil.[4]

Ayat 16

tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoël:[8]

Baptisan dalam Roh serta perwujudan-perwujudan rohani yang mengikutinya merupakan penggenapan dari Yoel 2:28–29. Yoël pada abad ke-8 SM menubuatkan adanya suatu pencurahan Roh Kudus yang besar atas umat Allah.[4]

Ayat 17

Akan terjadi pada hari-hari terakhir --demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi.[9]

Hari-hari terakhir

  • 1) Dalam Perjanjian Lama istilah "Hari-hari terakhir" dianggap saat ketika Tuhan akan bertindak dengan cara yang luar biasa untuk menghakimi kejahatan dan membawa keselamatan kepada umat-Nya (bandingkan Yesaya 2:2–21; 3:18–4:6; Yes 10:20–23; Hos 1:1–2:23; Yoël 1:1–3:21; Am 8:9–11; 9:9–12).
  • 2) Perjanjian Baru menyingkapkan bahwa "hari-hari terakhir" diawali dengan kedatangan Kristus yang pertama serta pencurahan pertama Roh Kudus atas umat Allah, dan berakhir dengan kedatangan-Nya yang kedua (Mr 1:15; Luk 4:18–21; Ibr 1:1–2). Saat yang khusus ini digambarkan sebagai zaman penghakiman terhadap kejahatan, kuasa atas setan-setan, keselamatan bagi manusia, dan kehadiran kerajaan Allah.
    • (a) "Hari-hari terakhir" ini akan berlangsung dengan kuasa Roh Kudus (Mat 12:28).
    • (b) "Hari-hari terakhir" menyangkut serbuan kuasa Allah lewat Kristus ke dalam alam kekuasaan Iblis dan dosa. Namun peperangan ini baru saja dimulai; itu belum berakhir karena kejahatan dan kegiatan Iblis masih sangat berkuasa (Ef 6:10–18). Hanya kedatangan Kristus yang kedua akan mengakhiri aktivitas kekuatan jahat dan menyelesaikan "hari-hari terakhir" (bandingkan 1 Petrus 1:3–5; Wahyu 19:1–21).
    • (c) "Hari-hari terakhir" merupakan saat kesaksian yang memanggil setiap orang untuk bertobat, percaya kepada Kristus dan mengalami pencurahan Roh Kudus (Kis 1:8; 2:4,38–40; Yoel 2:28–32). Kita harus menyampaikan karya keselamatan Kristus melalui kuasa Roh Kudus sementara kita menantikan hari akhir murka Allah (Rom 2:5), yaitu, "hari yang besar dan mulia itu" (Kis 2:20). Kita harus hidup dengan siaga dan waspada setiap hari, sementara menantikan hari penebusan dan kedatangan Kristus untuk umat-Nya (Yoh 14:3; 1Tes 4:15–17).
    • (d) "Hari-hari terakhir" meresmikan kerajaan Allah yang kini datang dengan seluruh kuasa (lihat Luk 11:20).

Orang percaya harus mengalami kepenuhan kuasa itu sewaktu menghadapi peperangan rohani (2Kor 10:3–5; Ef 6:11–12) dan penganiayaan oleh karena kebenaran (Mat 5:10–12; 1Pet 1:6–7).[4]

Anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat

Simon Petrus menghubungkan berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain itu (Kis 2:4,11) dengan nubuat (Kis 2:17–18). Dengan demikian, berkata-kata dalam bahasa lain dianggap salah satu bentuk bernubuat. Arti sesungguhnya dari bernubuat adalah memakai suara seorang di bawah tuntunan langsung Roh Kudus untuk kemuliaan dan pelayanan Allah. Dalam kitab ini:

  • (1) seratus dua puluh orang itu "penuhlah -- dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya" (Kis 2:4);
  • (2) Roh Kudus turun pada Kornelius dan rumah tangganya, dan Petrus "mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah" (Kis 10:44–47); dan
  • (3) murid-murid di Efesus, ketika "turunlah Roh Kudus ke atas mereka ... berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat" (Kis 19:6).[4]

Ayat 18

Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat.[10]

Hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan

Menurut nubuat Yoël, sebagaimana diterapkan Petrus, baptisan dalam Roh Kudus adalah untuk mereka yang sudah menjadi anggota kerajaan Allah - yaitu orang-orang percaya, hamba-hamba Allah, baik laki-laki maupun perempuan, yang sudah diselamatkan dan dilahirkan baru sehingga menjadi milik Allah.[4]

Pada hari-hari itu

Petrus, yang mengutip Kitab Yoël, mengatakan bahwa Allah akan mencurahkan Roh Kudus-Nya pada hari-hari itu. Ini berarti bahwa pencurahan Roh Kudus dan tanda-tanda adikodrati yang menyertainya tidak dapat dibatasi hanya pada hari Pentakosta. Kuasa dan berkat-berkat Roh Kudus adalah bagi setiap orang Kristen untuk diperoleh dan dialami sepanjang zaman gereja, yaitu seluruh waktu di antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedua (Wahyu 19:1–20:15; Kis 2:39).[4]

Ayat 25-28

Ayat 25

Sebab Daud berkata tentang Dia:
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.[11]

Ayat 26

Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak,
bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram,[12]

Ayat 27

sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.[13]

Ayat 28

Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu.[14]

Referensi silang: Mazmur 16:8–11

Ayat 33

Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini.[15]

Pencurahan Roh Kudus oleh Yesus menunjukkan bahwa Dia sungguh-sungguh adalah Mesias yang dimuliakan, yang kini duduk di sebelah kanan Allah dan mendoakan wakil-wakil-Nya di bumi (Ibr 7:25).

  • 1) Sejak baptisan Yesus hingga hari Pentakosta, Roh Kudus tinggal di atas-Nya sebagai Kristus (yaitu, Dia yang diurapi oleh Roh Kudus; bandingkan Luk 3:21–22; 4:1,14,18–19). Kini Ia hidup di sebelah kanan Allah Bapa untuk mencurahkan Roh yang sama atas mereka yang percaya kepada-Nya.
  • 2) Dengan mencurahkan Roh Kudus, Yesus bermaksud agar Roh Kudus menyampaikan kehadiran-Nya kepada orang percaya dan memberi kuasa kepada mereka untuk melangsungkan segala yang dilakukan-Nya sementara ada di dunia.[4]

Ayat 34-35

[Simon Petrus berkata:] "Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: 2:35Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu."[16]

Referensi silang: Mazmur 110:1; Matius 22:42–45; Markus 12:36; Lukas 20:42,43; 1 Korintus 15:25; Efesus 1:22; Ibrani 1:13

Ayat 36

[Simon Petrus berkata:] "Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."[17]

Ayat 38

Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.[18]

Pertobatan, pengampunan dosa, dan baptisan merupakan syarat-syarat mula-mula untuk menerima karunia Roh Kudus. Akan tetapi, tuntutan Simon Petrus bahwa para pendengarnya harus dibaptiskan dahulu di dalam air sebelum menerima janji Roh Kudus (bandingkan Kisah Para Rasul 1:4,8) jangan dipandang sebagai syarat mutlak untuk kepenuhan Roh, demikian pula baptisan dalam Roh bukan akibat langsung dari baptisan dalam air.

Ayat 39

Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."[19]

Janji baptisan dalam Roh bukan saja bagi mereka yang ada pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:4), tetapi bagi semua orang yang akan percaya kepada Kristus sepanjang zaman ini: "bagi kamu"—yaitu pendengar Petrus; "anak-anakmu"—generasi berikutnya, dan "bagi orang yang masih jauh"—generasi-generasi berikutnya.

Ayat 40

Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."[20]

Tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan tanpa berbalik dari kecemaran masyarakat masa kini (bandingkan Luk 9:41; 11:29; 17:25; Filipi 2:15). Orang Kristen baru harus diajarkan untuk memutuskan semua persekutuan jahat, meninggalkan dunia yang fasik ini, serta bersatu dengan Kristus dan umat-Nya dan memberi diri kepada pekerjaan Allah (2Kor 6:14,17).[4]

Ayat 41

Orang-orang yang menerima perkataannya (Petrus) itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira 3000 jiwa. (TB)[21]

Ayat 43

Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (TB)[22]

Ayat 44

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (TB)[23]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
  2. ^ John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 979-415-905-0.
  3. ^ Kisah Para Rasul 2:1 - Sabda.org
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.
  5. ^ Kisah Para Rasul 2:2–4
  6. ^ Kisah Para Rasul 2:5–12
  7. ^ Kisah Para Rasul 2:13
  8. ^ Kisah Para Rasul 2:16
  9. ^ Kisah Para Rasul 2:17
  10. ^ Kisah Para Rasul 2:18
  11. ^ Kisah Para Rasul 2:25
  12. ^ Kisah Para Rasul 2:26
  13. ^ Kisah Para Rasul 2:27
  14. ^ Kisah Para Rasul 2:28
  15. ^ Kisah Para Rasul 2:33
  16. ^ Kisah Para Rasul 2:34–35
  17. ^ Kisah Para Rasul 2:36
  18. ^ Kisah Para Rasul 2:38
  19. ^ Kisah Para Rasul 2:39
  20. ^ Kisah Para Rasul 2:40
  21. ^ Kisah Para Rasul 2:41 - Sabda.org
  22. ^ Kisah Para Rasul 2:43 - Sabda.org
  23. ^ Kisah Para Rasul 2:44 - Sabda.org

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya