Kermes ilicis
Kermes ilicis adalah salah satu spesies serangga dalam genus Kermes yang sering dijumpai dalam bentuk ulat dan dibiakkan untuk menghasilkan zat warna merah kirmizi (crimson dye, yang juga disebut kermes). Spesies lain yang menghasilkan warna yang serupa adalah Kermes vermilio.[1] PenamaanNama lama: Coccus ilicis
PemerianSpesies penghasil warna merah kirmizi, yang masih berhubungan keluarga dengan serangga jenis Kocineal (dari superfamilia yang sama, Coccoidea). Biasa ditemukan hidup pada sejumlah spesies pohon ek di daerah Laut Tengah. Bentuknya bulat, seukuran kacang kapri, mengandung zat warna yang analog dengan carmine (yang dihasilkan oleh Kocineal), dan banyak digunakan sebagai pewarna kain. Dahulu dianggap bersifat tumbuhan dan digunakan pula sebagai obat. Nama "kermes" dari bahasa Inggris, juga ditulis sebagai chermes, menjadi asal kata untuk warna crimson, yaitu jenis warna merah kirmizi yang dihasilkan oleh K. ilicis atau K. vermilio.[3] Sering disebut sebagai "cacing" (worm) atau "ulat" karena bentuknya, serangga jenis jantan mempunyai sayap dan terbang ke sana ke mari. Jenis betina yang tinggal di tanah. Ketika serangga betina siap untuk bertelur, ia akan memanjat batang sebuah pohon dan melekatkan dirinya begitu kuatnya sehingga ia tidak akan dapat meninggalkan tempat itu lagi. Di sana ia akan bertelur di balik badannya, sehingga telur-telur itu akan terlindung sampai menetas dan larva-larvanya menyebar pergi. Setelah itu serangga betina itu mati dan pada saat matinya, melepaskan cairan merah yang mewarnai pohon, larva-larva dan bangkainya sendiri. Dengan demikian larva-larva itu akan berwarna merah kirmizi seumur hidup mereka. Bangkai serangga ini kemudian dikeruk dari pohon tempatnya melekat, ditumbuk halus untuk membuat pewarna kirmizi (scarlet atau crimson). Pewarna ini dapat menembus dalam dan tidak mudah luntur oleh hujan atau dicuci, juga tidak mudah memudar sewaktu dipakai lama.[4] Hal-hal khususSejumlah hal khusus dari K. ilicis[5]
Upacara penyucianBangkai K. ilicis yang ditumbuk itu mengandung bahan kimia bersifat anti-bakteri yang dipakai dalam dua jenis upacara penyucian di dalam ritual kuno Israel:[6]
Tradisi KristenKematian ulat yang melekat di pohon demi keturunannya dan meninggalkan warna merah yang digunakan antara lain untuk penyucian dianggap sebagai lambang Yesus Kristus, sang Juruselamat umat manusia, yang mati disalibkan untuk menebus dosa umat-Nya dan darah-Nya yang tercurah menjadi tanda penyucian dosa.[2][5] Dalam Mazmur 22, tertulis nubuat bahwa Mesias (= Kristus) mengalami nasib seperti "ulat" (K. ilicis) ini.[7] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|