Kerajaan Tambayung[1] Kerajaan Tambayung merupakan kerajaan Melayu [butuh rujukan], kerajaan ini berdiri saat pertengahan abad ke 6-7, keraajaan ini berletak dekat dengan daerah tetangga yaitu “KEPULAUAN RIAU” Kerajaan Tambayung telah memeluk Islam yang disebar luaskan oleh Syekh Abdul Qadir Al Jailani pada akhir abad ke 6. Nama TAMBAYUNG diambil dari kata “Tam” yang berarti kekuatan dan “Yung” berarti dari yang Maha Pencipta. Asal sejarah melayu merupakan sebuah rumpun (kaum) asli berasal dari nusantara (Indonesia) yang menghuni suatu daerah tepatnya di kepulauan RIAU tepatnya di daerah Bintan dan berpindah ke negara tetangga karena pergeseran Bumi. Nama Melayu diambil dari bahasa “MALAYU” yang merupakan bahasa yang biasa dipakai untuk berkomunikasi, sehingga dari bahasa keseharian itulah menjadikan nama suatu kelompok(rumpun) yaitu “MELAYU” yang mana merupakan sandi dilingkungan kerajaan dan hanya diketahui oleh orang dalam kerajaan yaitu berbentuk sebuah Peta tujuannya untuk mensiasati apabila tidak dibuat sandi kerajaan di khawatirkan akan timbul suatu perpecahan dan pertumpahan pertumpahan darah. Jadi bangsa Melayu merupakan suatu rumpun tersendiri tanpa campuran bangsa lain, berarti masih asli orang pribumi Nusantara. Kerajaan ini dipimpin oleh Sultan Baabullah sebagai sebutan gelar kerajaan adapun nama asli pemberian kedua orang tuanya adalah “Anang Marang Saliwang”, “Anang” berarti laki-laki “Marang Saliwang” merupakan sebuah julukan yang berarti yang berpendengaran kurang. Istrinya bernama “Ratu Siam” sebagai gelar kerajaan, sedangkan nama Aslinya “Siti Aminah”. Sultan Baabullah dan Ratu Siam dikaruniai dua orang anak, anak pertama laki-laki dengan gelar “Raden Marang” nama aslinya “Putraku Galuh” dan anak yang kedua perempuan dengan nama “Rara Saraswati” nama aslinya “Putri Kinanti”. Pada masa pemerintahannya sistem pemerintahan mengunakan sistem Islam, sementara starata kerajaan tidak menuntut untuk disebut raja terkecuali apabila ada tamu. Hancurnya kerajaan ini disebabkan adanya pergeseran bumi, penduduknya sebagian berpindah ke Negara tentangga yang kita kenal Malaysia, semetara tempat rumpun yang asli terkubur oleh pergeseran bumi tersebut. Referensi
|