Kerajaan Pagan

Peta Asia pada tahun 1200 AD, menunjukan Kerajaan Bagan dan sekitarnya.

Kerajaan Pagan (849-1287) dianggap sebagai kekaisaran pertama di Burma. Nama Pagan juga dieja Bagan.

Selama era kerajaan Pyu, antara tahun 500 hingga 950, Bamar, bagian dari grup etnis Burma, mulai menginfiltrasi wilayah utara hingga tengah Burma, yang sebelumnya diduduki oleh orang Pyu dibawah pengaruh Buddha Mahayana dari Bihar dan Benggala. Pada tahun 849, kota Pagan muncul sebagai ibu kota sebuah kerajaan yang kuat yang akan menyatukan Burma.

Kerajaan ini tumbuh dalam isolasi hingga era kekuasaan Anawrahta (1044 - 1077) yang berhasil menyatukan seluruh Myanmar dengan menaklukan kota Thaton tahun 1057, menandai dominasi Burma di wilayah tersebut yang terus berlanjut hingga kini. Konsolidasi dilakukan oleh penerusnya Kyansittha (1084-1112) dan Alaungsithu (1112-1167), sehingga pada pertengahan abad ke-12, Asia Tenggara daratan berada dibawah kekuasaan baik Kerajaan Pagan maupun Kekaisaran Khmer.

Kerajaan Pagan mengalami kemunduran karena semakin banyak wilayah dan sumber daya alam yang jatuh ke tangan sangha (kependetaan) yang kuat dan ancaman Mongol dari utara. Penguasa Pagan terakhir, Narathihapate (berkuasa 1254-1287) merasa percaya diri dalam kemampuannya melawan Mongol dan bergerak ke Yunnan pada 1277 untuk berperang melawan mereka. Tentaranya dihancurkan pada Pertempuran Ngasaunggyan, dan perlawanan Pagan berhasil dipadamkan. Raja dibunuh oleh anaknya sendiri tahun 1287, mempercepat serangan Mongol dalam Pertempuran Pagan. Mongol berhasil merebut hampir seluruh kekaisaran, termasuk ibu kotanya, dan Pagan tidak pernah berhasil memulihkan posisi dominannya. Dinasti Pagan berakhir pada tahun 1289 ketika Mongol memasang pemimpin boneka di Myanmar.

Penguasa Bagan (Pagan)
Nama Hubungan Kekuasaan (A.D.) Catatan
Thamudarit 107-152 pendiri Bagan[1]
Pyinbya Putra Khelu 846-878 memindahkan ibu kota dari Tampawadi (Pwasaw modern) ke Bagan
Anawratha Putra Kunsaw Kyaunghpyu 1044-1077 pendiri Bagan dan Kekaisaran Burma Pertama[2]
Sawlu 1077-1084
Kyansittha 1084-1112
Alaungsithu 1113-1165
Narathu 1165 Periode tanpa raja selama 3 tahun 1165-1168
Narapatisithu 1168-1210
Nandaungmya (Nātoṅmyā) 1211-1231
Naratheinhka (Narasiṅgha) 1231-1235
Kyaswa (Klacwās) 1235-1249
Uzana (Uccanās) 1249-1254
Min Yin 1254
Narathihapate (Narasīhapatis) 1254-1287 Kehilangan kerajaan ke tangan Mongol
Kyawswa (Klawcwā) 1287-1298
Sawhnit (Caw Nac) 1298-1325
Sawmunnit 1325-1369

Keagamaan

Kerajaan Pagan menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi kerajaan setelah raja Anawrahta (1044–1077) mempersatukan negara dengan memeluk aliran Theravada. Pada masa pemerintahannya, ia mulai membangun ribuan pagoda Buddha di kota Pagan.[3]

Referensi

  1. ^ Glass Palace Chronicle (Hmannan Yazawin)
  2. ^ Idem.
  3. ^ Khairiah (2018). Agama Budha (PDF). Pekanbaru: Kalimedia. hlm. 19. ISBN 978-602-6827-86-9. 

Bibliografi

  • Aung-Thwin, Michael (1985). Pagan: The Origins of Modern Burma. Honolulu: University of Hawai'i Press. ISBN 0-8248-0960-2. 
  • Aung-Thwin, Michael (2005). The mists of Rāmañña: The Legend that was Lower Burma (edisi ke-illustrated). Honolulu: University of Hawai'i Press. ISBN 9780824828868. 
  • Charney, Michael W. (2006). Powerful Learning: Buddhist Literati and the Throne in Burma's Last Dynasty, 1752–1885. Ann Arbor: University of Michigan. 
  • Cooler, Richard M. (2002). "The Art and Culture of Burma". Northern Illinois University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-26. Diakses tanggal 2013-12-21. 
  • Dijk, Wil O. (2006). Seventeenth-century Burma and the Dutch East India Company, 1634–1680 (edisi ke-illustrated). Singapore: NUS Press. ISBN 9789971693046. 
  • Hall, D.G.E. (1960). Burma (edisi ke-3rd). Hutchinson University Library. ISBN 978-1-4067-3503-1. 
  • Harvey, G. E. (1925). History of Burma: From the Earliest Times to 10 March 1824. London: Frank Cass & Co. Ltd. 
  • Htin Aung, Maung (1967). A History of Burma. New York and London: Cambridge University Press. 
  • Kala, U (1720). Maha Yazawin Gyi (dalam bahasa Burmese). 1–3 (edisi ke-2006, 4th printing). Yangon: Ya-Pyei Publishing. 
  • Köllner, Helmut (1998). Myanmar (Burma) (edisi ke-illustrated). Hunter Publishing. hlm. 255. ISBN 9783886184156. 
  • Kyaw Thet (1962). History of Burma (dalam bahasa Burmese). Yangon: Yangon University Press. 
  • Lieberman, Victor B. (2003). Strange Parallels: Southeast Asia in Global Context, c. 800–1830, volume 1, Integration on the Mainland. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-80496-7. 
  • Moore, Elizabeth H. (2007). Early Landscapes of Myanmar. Bangkok: River Books. ISBN 974-9863-31-3. 
  • Myint-U, Thant (2006). The River of Lost Footsteps—Histories of Burma. Farrar, Straus and Giroux. ISBN 978-0-374-16342-6. 
  • Pan Hla, Nai (1968). Razadarit Ayedawbon (dalam bahasa Burmese) (edisi ke-8th printing, 2004). Yangon: Armanthit Sarpay. 
  • Ricklefs, M.C. (2010). A New History of Southeast Asia. Palgrave Macmillan. hlm. 544. ISBN 978-0230212145. 
  • Royal Historical Commission of Burma (1829–1832). Hmannan Yazawin (dalam bahasa Burmese). 1–3 (edisi ke-2003). Yangon: Ministry of Information, Myanmar. 
  • Than Tun (December 1959). "History of Burma: A.D. 1300–1400". Journal of Burma Research Society. XLII (II). 
  • Than Tun (1964). Studies in Burmese History (dalam bahasa Burmese). 1. Yangon: Maha Dagon. 
  • Wicks, Robert S. (1992). Money, markets, and trade in early Southeast Asia: the development of indigenous monetary systems to AD 1400. SEAP Publications. ISBN 9780877277101. 

21°10′20″N 94°51′37″E / 21.17222°N 94.86028°E / 21.17222; 94.86028


21°10′20″N 94°51′37″E / 21.17222°N 94.86028°E / 21.17222; 94.86028{{#coordinates:}}: tidak bisa memiliki lebih dari satu tag utama per halaman

Kembali kehalaman sebelumnya